Menuju konten utama

Harga Sayur Mayur Naik Jelang Nataru, Kenapa?

IKAPPI menjelaskan faktor gagal panen, peralihan jenis tanaman hingga permintaan yang tinggi membuat harga sayur mayur naik menjelang Nataru 2023.

Harga Sayur Mayur Naik Jelang Nataru, Kenapa?
Pedagang menyiapkan kebutuhan pokok yang dijual di pasar Senen, Jakarta, Senin (3/10/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp.

tirto.id - Menjelang Natal dan Tahun baru 2023 harga komoditas pangan mulai mengalami kenaikan. Mulai dari sayur mayur, telur hingga beras.

Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri menjelaskan banyak hal yang menyebabkan sayur mayur mengalami kenaikan. Mulai dari gagal panen, peralihan jenis tanaman hingga permintaan yang tinggi.

"Ada banyak sekali faktor yang membuat harga sayur mayur meninggi, hal ini dikarenakan pertama gagal panen, kedua peralihan jenis tanam, lalu ketiga permintaan yang tinggi,” katanya ketika dihubungi Tirto, Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Abdullah menjelaskan faktor tersebut dapat mengancam pedagang hingga pembeli. Seperti sayur mayur yang harusnya sudah siap dipanen, malah menjadi tidak siap, akibatnya stok berkurang.

"Gagal panen karena musim penghujan atau cuaca tidak baik ya, dan faktor tersebut ada. Apalagi saat ini Indonesia sedang mengalami musim hujan yang terjadi secara terus menerus,” bebernya.

Tidak hanya faktor gagal panen, peralihan jenis tanam juga menjadi penyebab harga sayur mayur naik. Hal itu kata Abdullah diikuti oleh kondisi yang tidak menentu. Misalnya, seperti para petani yang awalnya menanam kol tiba-tiba beralih menjadi menanam yang lain.

"Peralihan jenis tanam juga menjadi penyebab kenaikan harga sayur mayur, seperti yang tadinya menanam kol, lalu sekarang menjadi peralihan menanam yang lain," bebernya.

Abdullah mengakui menjelang Natal dan Tahun Baru permintaan cabai, bawang merah dan bawah putih meningkat hingga 60 persen. Namun peningkatan tersebut, kata dia tidak dibarengi dengan produksi.

"Bahan pangan komoditas seperti cabai, bawang merah dan bawang putih mengalami kenaikan pada nataru ini karena tidak berbarengan dengan produksi yang lebih, problemnya disitu. Lalu supply and demand menjadi tidak seimbang," ungkapnya.

"Makanya supply and demand ini diharuskan seimbang agar kenaikan harga tidak terjadi. Permintaan yang tinggi ini bisa mencapai 60. Dan apakah itu adalah suatu kendala? Bukan, karena memang faktornya, semakin tinggi permintaannya maka akan semakin tinggi harga jualnya,” pungkasnya.

Untuk diketahui sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengakui harga sayur mayur mengalami kenaikan. Ini disebabkan faktor musiman mengingat saat ini mendekati hari besar seperti Natal.

“Nanti keperluan akan landai lagi, jadi naik 5 persen tidak apa apa mengenai sayur bayam, sayur kol, sayur-sayuran lah. Tapi itu kita toleransi,” katanya.

Meski demikian, Zulhas memastikan inflasi terkendali. Sebab menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi turun dari angka 5,7 persen pada Oktober ke 5,4 persen pada November.

“Itu BPS, bukan kata saya. Terutama volatile food, itu 3,3 persen,” pungkas dia.

Baca juga artikel terkait HARGA SAYUR MAYUR NAIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin