Menuju konten utama

Harga Minyak Global Turun, Pertamina: Kami Tidak Bisa Dapat Untung

Dirut Pertamina menjelaskan mengapa penurunan harga minyak dunia belum menguntungkan perusahaanya untuk saat ini.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup dengan Menteri BUMN Erick Thohir di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (12/12/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

tirto.id - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut, penurunan harga minyak mentah dunia tak menguntungkan bagi perusahaannya di tengah kondisi hari-hari ini.

Pasalnya, kata dia, permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri mengalami penurunan drastis akibat pandemi COVID-19. Di sisi lain, pelemahan rupiah terhadap dolar AS membuat ongkos yang perlu dikeluarkan untuk impor minyak mentah (crude) menjadi tinggi.

"Mungkin sebagian orang berpikir, aduh ini harga miyak turun, Pertamina modalnya bisa turun, nih profit-nya banyak. Masalahnya, harga lagi murah tapi orang enggak ada yang mau beli barang kita. Jadi akhirnya semua yang diperkirakan jadi keuntungan itu tidak bisa kita dapat," ucapnya dalam rapat bersama komisi VII, Selasa (21/4/2020).

Tren harga minyak mentah dunia memang terus merosot hingga saat ini. Bahkan, produksi minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat untuk pengiriman Mei sempat anjlok hingga minus 37,63 dolar AS per barel dan merupakan kejatuhan terbesar sepanjang sejarah sejak 1983.

Namun perlu diketahui, ada dua hal utama yang membentuk harga jual BBM di dalam negeri, yakni harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jika dalam waktu bersamaan harga minyak dunia naik dan rupiah melemah, maka harga jual BBM bisa melonjak.

Sebaliknya, kata Nicke, jika harga minyak dunia turun tetapi rupiah melemah, harga jual BBM juga sulit untuk ikut turun. "Jadi bagi kami yang pasti tidak positif kondisi ini," imbuh Nicke.

Penyesuaian harga BBM juga masih menunggu keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pemerintah meninjau harga jual BBM setiap tiga bulan dan untuk menghitung harga keekonomian BBM, pemerintah sudah menetapkan formula yang mencakup gabungan antara harga dasar, margin, dan pajak.

Ada pun harga dasar dibentuk oleh beberapa komponen, yakni; harga indeks pasar (HIP), biaya alpha yang terdiri dari biaya distribusi, biaya penyimpanan, dan biaya perolehan kilang dalam negeri atau impor.

"Harga BBM, kami berkomunikasi dengan ESDM mudah-mudahan pemerintah bisa segera ambil keputusan tepat untuk saat ini," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA BBM atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Gilang Ramadhan
-->