Menuju konten utama

Harga Kelapa Sawit di Tingkat Global Turun, Batu Bara Naik

BPS mencatat harga beberapa komoditas di tingkat global pada September 2022 mengalami penurunan dibandingkan beberapa bulan terakhir.

Harga Kelapa Sawit di Tingkat Global Turun, Batu Bara Naik
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beberapa komoditas di tingkat global pada September 2022 mengalami penurunan dibandingkan beberapa bulan terakhir. Penurunan terjadi misalnya pada harga komoditas minyak kelapa sawit dan bijih besi.

"Minyak kelapa sawit lebih rendah 23,03 persen. Sementara untuk bijih besi ini lebih rendah 19,85 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (17/10/2022).

Namun untuk beberapa komoditas lainnya terjadi peningkatan pada September 2022 dibanding 2021. Contohnya, batu bara mengalami peningkatan 120,11 persen, serta gas alam yang juga meningkat 51,88 persen.

Kemudian komoditas nikel, yang mengalami peningkatan sebesar 17,96 persen. Selain itu terdapat minyak mentah yang harganya lebih tinggi 21,18 persen dibandingkan September 2021.

Beberapa harga komoditas di tingkat global tersebut, secara tidak langsung telah mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia pada bulan lalu.

Neraca perdagangan barang Indonesia pada September 2022 mengalami surplus sebesar 4,99 miliar dolar AS. Surplus ini menjadi tren positif selama 29 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.

"Neraca perdagangan sampai September 2022 ini membukukan surplus selama 29 bulan berturut," kata Setianto.

Dia menjelaskan surplus pada Agustus terjadi lantaran nilai ekspornya masih lebih tinggi dari pada impor. Di mana ekspor pada bulan lalu tercatat sebesar 24,80 milar dolar AS. Sementara impornya hanya 19,81 miliar dolar AS.

Jika dirinci, neraca perdagangan untuk nonmigas mengalami surplus sebesar 7,09 miliar dolar AS. Surplus ini ditopang oleh bahan bakar mineral dengan HS 27, besi dan baja HS 72, dan lemak dan minyak hewan atau nabati HS 15.

Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas Indonesia mengalami defisit sebesar 2,10 miliar dolar AS. Komoditas utama penyumbang defisit yaitu minyak mentah, hasil minyak.

Baca juga artikel terkait HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang