Menuju konten utama

Harga Kedelai Terus Melonjak, Tahu-Tempe Makin Mahal

Harga tempe diperkirakan mengalami penyesuaian menembus harga Rp17.000/kg dari sebelumnya Rp16.000/kg.

Harga Kedelai Terus Melonjak, Tahu-Tempe Makin Mahal
Pekerja menyelesaikan pembuatan Tahu Cibuntu di Industri Rumahan di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/hp.

tirto.id - Harga kedelai terus melonjak, bahkan kini di beberapa daerah sudah menembus Rp11.000 per kilogram. Hal ini mengakibatkan harga tahu dan tempe mengalami penyesuaian.

“Penyesuaian harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe dikarenakan komoditas kedelai asal Amerika Serikat masih belum memasuki masa panen sehingga berdampak pada tingginya harga kedelai dunia sampai dengan saat ini,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan dalam siaran persnya yang dikutip Tirto, Jumat (4/6/2021).

Berdasarkan Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia masih relatif tinggi. Pada awal Juni 2021 harga kedelai berada di kisaran USD 15,42/bushels atau sekitar USD 566/ton. Dengan kondisi tersebut maka landed price berada di kisaran Rp9.376/kg sementara di tingkat importir berada di kisaran Rp10.206/kg.

Oke memperkirakan, dengan kondisi harga kedelai saat ini maka harga tempe akan mengalami penyesuaian menembus harga Rp17.000/kg dari sebelumnya Rp16.000/kg. Sedangkan harga tahu juga menembus harga Rp700/potong dari sebelumnya Rp650/potong.

“Kemendag konsisten memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia, baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga. Tujuannya, untuk memastikan harga kedelai di pasar serta di tingkat pengrajin tahu dan tempe berada di tingkat yang wajar,” jelasnya.

Oke menegaskan, pemerintah memastikan ketersediaan bahan baku tempe dan tahu di dalam negeri meski harganya terus melonjak. Pemerintah telah bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk memastikan stok kedelai meski dengan harga yang disesuaikan akibat produsen kedelai internasional seperti Amerika Serikat belum memasuki panen raya.

Oke mengimbau kepada para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara rutin kepada pengrajin tahu dan tempe. Termasuk kepada anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti provinsi maupun Kopti Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan harga kedelai terjangkau.

“Penyesuaian harga tahu dan tempe ini diharapkan tetap memberikan gairah bagi pengrajin untuk terus berproduksi di tengah tingginya harga kedelai dunia. Sehingga tahu dan tempe selalu tersedia di masyarakat sebagai pilihan sumber protein dengan harga terjangkau,” pungkas Oke.

Harga kedelai terus merayap sejak pandemi. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sebelumnya memperkirakan, kenaikan harga kedelai akan terus berlangsung hingga Mei 2021.

Lembaga pemeringkat S&P Global menyatakan kenaikan harga kedelai terutama disebabkan peningkatan pembelian dari Cina seiring pulihnya ekonomi negara itu dari pandemi COVID-19. Peningkatan pembelian sangat terasa dampaknya karena negara itu berkontribusi terhadap 60 persen perdagangan kedelai dunia.

Dari Amerika Serikat, Cina membeli 31,8 juta metrik ton selama 1 Januari-17 Desember 2020, padahal tahun sebelumnya hanya 10,5 juta metrik ton. Dari Brazil--yang merupakan eksportir nomor satu kedelai dunia--Cina membeli 60 juta metrik ton atau naik 8 persen dari tahun sebelumnya. S&P Global meyakini tren ini bakal berlanjut tahun ini.

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Agung Hendriadi sebelumnya mengatakan, impor kedelai pada 2021 secara total mencapai 2,6 juta ton. "Itu total kedelai untuk kebutuhkan produksi tahu tempe saja,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi IV DPR RI, Senayan Jakarta Selatan, Rabu (13/1/2021).

Baca juga artikel terkait KEDELAI atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti