Menuju konten utama

Harga Garam Jatuh Rp300 per kg, Pemerintah akan Cari Penyebabnya

Luhut mengatakan, saat ini belum ada kejelasan mengenai sebab jatuhnya harga garam hingga Rp300 per kg. 

Harga Garam Jatuh Rp300 per kg, Pemerintah akan Cari Penyebabnya
Petani memanen garam di Kawasan Penggaraman Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (13/5/2019). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/ama.

tirto.id - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan jatuhnya harga garam di tingkat petani disebabkan karena impor yang terlalu besar. Ia pun sampai menyebutnya “terlalu banyak dan bocor”.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku belum mengetahui penyebab harga garam yang jatuh ke angka Rp 300 per kg itu. Namun, ia mengatakan bahwa pemerintah masih mencari tahu penyebabnya.

“Kami sedang melihat itu. Apakah karena impor atau apa?” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman pada Rabu (10/7).

Luhut mengatakan, saat ini belum ada kejelasan yang ia peroleh mengenai sebab jatuhnya harga garam. Ketika ditanya perihal adanya kelebihan impor seperti yang dikatakan Menteri Susi, Luhut hanya menjawab pendek.

“Saya belum tahu,” ucap Luhut.

Lagi pula menurut Luhut, saat ini produksi garam Indonesia juga membaik. Ia mengatakan, kebutuhan garam industri di dalam negeri sudah relatif lebih dapat dipenuhi dari sebelumnya.

“(Produksi) membaik karena kita banyak yang produksi garam industri,” ucap Luhut.

Sebelumnya, harga garam di tingkat petani sempat jatuh di angka Rp 300 per kg. Perkirannya, harga garam jatuh sampai 50 persen dari biasanya.

Menteri KKP, Susi Pudijastuti pun yakin apabila impor garam dapat dikendalikan, maka harganya bisa berada di kisaran Rp 1.500-2.000 per kg. Tepatnya berada di bawah 3 juta ton.

Ia pun menuding bahwa impor garam saat ini sudah berlebihan. Menurutnya, alasan ini cukup kuat untuk mengetahui sebab jatuhnya harga garam.

Baca juga artikel terkait IMPOR GARAM atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto