Menuju konten utama

Harga Daging Ayam Melonjak, Tembus Rp53.000 per Kg

Harga daging ayam mengalami kenaikan mulai dari harga Rp48.000 per kilogram (kg) naik ke Rp50.000 per kg. Lalu saat ini dijual Rp53.000 per kg.

Harga Daging Ayam Melonjak, Tembus Rp53.000 per Kg
Pedagang ayam di Pasar Kopro, Jakarta Barat. tirto.id/Hanif Reyhan Alghifari

tirto.id - Harga daging ayam terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan terjadi secara bertahap, mulai dari harga Rp48.000 per kilogram (kg) naik ke Rp50.000 per kg. Lalu saat ini dijual Rp53.000 per kg.

Salah satu pedagang daging ayam di Kawasan Pasar Kopro, Jakarta Barat, Hardi (35) mengatakan, kenaikan harga daging ayam membuat dagangannya sepi.

“Ini harga daging ayam sudah naik terus dari minggu lalu, dagangan saya dan juga kawan-kawan saya pedagang daging ayam lainnya mengalami sepi pelanggan,” ucap Hardi saat sedang berbincang-bincang dengan Tirto, Jakarta, Kamis (25/5/2023).

“Untuk yang mahal ini di bagian filletnya, fillet bagian dada Rp55.000 per kilogram, terus fillet bagian paha itu harganya Rp53.000 per kilogram. Untuk per ekor dijual Rp42.000 dari yang sebelumnya Rp35.000," sambungnya.

Hardi mengatakan, harga ayam saat ini memang mengalami penurunan dari Rp55.000 per kg menjadi Rp53.000 per kg, namun masih tergolong mahal jika dibandingkan dengan kondisi normal.

“Ini walaupun turun, tetap saja saya di komplain mahal. Harga Rp50.000an kalau menurut mereka (konsumen) masih mahal harganya. Kadang-kadang ada yang biasanya beli 3 kilogram jadi dikurangi 2 sampai 1 kilogram untuk pembelian daging ayam di dagangan saya,” ucapnya.

Menurutnya, kesulitan yang ia alami selama ini selain sepi ialah, ukuran ayam dari pemasok yang terbilang lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

“Untuk distribusi dari pemasok sih aman ya, tapi ini sampai hari ini ukuran ayamnya yang dipasok ke dagangan saya lebih kecil dibanding sebelumnya,” jelasnya.

Hardi hingga saat ini belum tahu penyebab harga ayam yang naik signifikan. Namun, ia mendapat informasi dari orang sekitar bahwa, kenaikan harga daging ayam dikarenakan tingginya suhu cuaca di Jakarta dan juga banyaknya daging ayam yang di ekspor keluar sehingga menyebabkan stok daging ayam menipis.

“Ada yang bilang karena suhu yang terlalu panas di Jakarta, sama ayam dibuang keluar semua atau ekspor ke Australia dan Singapura tapi saya tidak tahu itu benar atau tidaknya. Soalnya, yang saya tahu dari orang-orang seperti itu," tandasnya.

Beralih ke konsumen bernama Riri (40) menuturkan, kenaikan harga daging ayam membuatnya sulit untuk memenuhi kebutuhan dirumah. Sebab, saat harga ayam yang masih stabil dan murah, ia biasanya membeli daging ayam hingga 4 kilogram.

“Ini daging ayam mahal sekali, buat masak dirumah jadi susah. Terpaksa saya pilih makanan lainnya seperti sayuran, ini karena daging ayam mahal, saya sekarang untuk beli dada fillet hanya di 2 kilogram saja. Soalnya, saya biasanya beli itu sampe 4 kilogram,” kata Riri.

Riri berasumsi bahwa, kenaikan daging ayam disebabkan oleh naiknya harga telur beberapa waktu yang lalu. Kendati begitu, Riri berharap naiknya harga daging ayam jangan naik secara terus menerus.

“Daging ayam kalau bisa jangan naik terus, saya juga untuk dirumah apalagi buat keluarga itu pada suka daging ayam. Pemerintah kalau bisa daging ayam turun saja, karena nantinya ibu-ibu lain juga akan komplain ke pedagang kenapa ini harga ayam mahal,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA DAGING AYAM atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang