Menuju konten utama

Hannover Messe 2021: Indonesia Menuju Industri 4.0 yang Mendunia

Hannover Messe 2021 adalah panggung paling tepat untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sedang bertransformasi menuju industri 4.0.

Pembukaan Hannover Messe 2021. foto/Kemenperin.go.id

tirto.id - Hannover Messe tak hanya salah satu pameran industri terbesar di dunia. Lebih dari itu, ia adalah upaya Jerman bangkit dari keterpurukan: mengakui dan minta maaf atas dosa masa lalu, melupakan kekalahan di palagan, dan langkah perlahan menuju jalan baru.

Saat itu tahun 1947. Sebagai negara yang baru dua tahun kalah perang, ekonomi Jerman compang-camping. Bahan makanan susah didapat. Roda industri macet di sana-sini. Tentu tak ada dana untuk melakukan pembangunan ulang. Padahal, Jerman punya banyak potensi, apalagi di sektor industri. Pemerintah Inggris, yang saat itu menduduki sebagian Jerman, merasa perlu membuat pameran industri untuk menyokong pertumbuhan ekonomi Jerman.

Tak hanya acara biasa. Karena ini adalah upaya membangkitkan negara yang tengah menulis ulang sejarahnya, perlu dibuat acara akbar agar semua dunia menoleh. Proyek mercusuar! Maka, Hannover Messe pertama kali dibuat dengan nama Hannover Export Fair.

Acara besar pertama sejak Jerman kalah perang ini sukses besar. Di helatan perdana, ada 736.000 pengunjung dari 53 negara. Banyak kontrak ekspor skala raksasa ditandatangani. Menurut catatan arsip Hannover Messe, acara itu menghasilkan kesepakatan senilai 32 juta dolar.

Setelah ganti nama jadi Deutsche Industrie-Messe pada 1950, pameran dagang industri ini jadi Hannover Messe pada 1961. Sama seperti acara perdana, Hannover Messe selalu dibanjiri peserta dan pengunjung. Pada 2019, ajang ini diikuti oleh 6.500 peserta dari 75 negara. Rata-rata, ajang ini dikunjungi sekitar 225.000 orang, yang kebanyakan adalah C-level perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia.

Seiring tahun dan masa berganti, Hannover Messe juga terus bertransformasi. Apalagi sejak era internet, unjuk teknologi terbaru hadir di sana-sana sini. Internet dan teknologi, pada akhirnya mentransformasi bisnis industri dan manufaktur.

Dunia pin mengenal industri 4.0, sebuah istilah untuk menggambarkan perpaduan antara pekerjaan pabrik dan manufaktur konvensional dengan teknologi pintar nan modern. Ini adalah revolusi berikut usai Digital Revolution, juga dikenal sebagai Revolusi Industri 3.0, berlangsung pada akhir abad 20.

Tak usah kaget, bahwa pencetus revolusi industri 4.0 adalah negara yang dulu pernah berkubang dalam masa kelam: Jerman. Juga, tak mengherankan kalau istilah yang dengan segera menjadi populer ini dikenalkan di Hannover Messe pada 2011 silam, tepat satu dekade lalu.

Amat menarik melihat bagaimana Jerman bisa bangkit amat cepat dengan teknologi dan industrinya. Langkah serupa juga perlahan ditiru oleh negara yang terpisah ribuan kilometer jauhnya: Indonesia. Pelan tapi pasti, Indonesia, yang juga beberapa kali mengalami pasang surut, bisa sejajar dengan banyak negara maju, terutama terkait perdagangan dan industri.

Sejak 2018, pemerintah Indonesia berkomitmen membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi industri 4.0. Langkah ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai peta jalan dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.

Making Indonesia 4.0 memberikan arah jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan tujuh sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, industri elektonik, farmasi, dan alat kesehatan, yang akan menjadi percontohan.

Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70% dari total PDB manufaktur, 65% ekspor manufaktur, dan 60% pekerja industri. Tak hanya itu, Indonesia juga terus menjalankan 10 inisiatif nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.

Di samping itu, implementasi Making Indonesia 4.0 diharapkan mampu menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan.

Segala kerja yang dilakukan Indonesia untuk menjadi negara berdaya saing kuat di sektor industri dan manufaktur, mendapat pengakuan internasional. Dalam gelaran Hannover Messe 2021, Indonesia resmi menjadi partner country. Menjadi rekanan resmi dalam pameran industri terbesar di dunia tentu bukan hal sepele. Hal yang juga membanggakan: Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang menjadi partner country. Dengan tema Making Indonesia 4.0 dan tagline "Connect to Accelerate", Indonesia yakin bahwa transformasi ekonomi serta industri, juga kesepakatan bisnis serta kerjasama industri dan investasi, bakal mampu mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Indonesia 4.0 Meningkatkan Daya Saing dan Menarik Investasi

Indonesia memang tak main-main dalam menyiapkan diri sebagai calon raksasa baru di jagat industri dunia. Revolusi industri 4.0 di Indonesia akan melibatkan teknologi-teknologi termutakhir, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (Iot), printing 3 dimensi, hingga teknologi robotik. Dan semua teknologi termutakhir ini bisa disaksikan dalam kiprah perusahaan-perusahaan Indonesia di Hannover Messe 2021.

“Kebutuhan digitalisasi mutlak diperlukan dalam dunia industri, baik dalam hal manajemen, capacity building, quality testing, serta track and trace sistem logistik, termasuk otomatisasi dan perencanaan yang mampu bekerja sendiri,” tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Inovasi dan kualitas talenta merupakan kunci utama untuk memenangkan persaingan global di era industri 4.0. Kementerian Perindustrian pun membuat beberapa langkah strategis untuk mengakselerasi penerapan industri 4.0 di tanah air. Salah satunya dengan mendirikan Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri (PIDI 4.0) untuk memberikan pengalaman langsung dan pendampingan kepada industri dalam penerapan industri 4.0. Diharapkan, ke depannya PIDI 4.0 ini mampu mengakselerasi pengembangan SDM industri.Keikutsertaan Indonesia sebagai di Hannover Messe adalah sebuah pernyataan tegas bahwa Indonesia adalah negara yang patut diperhitungkan dalam inovasi teknologi industri juga makin mengukuhkan citra Indonesia di dunia internasional sebagai negara yang siap menyongsong dunia digital.

Dirjen Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internalsional (KPAII) menjelaskan, partisipasi di Hannover Messe bakal menjadi kesempatan terbaik bagi Indonesia, tidak hanya untuk melakukan benchmarking terhadap teknologi industri 4.0, tetapi juga bisa membidik sejumlah investasi potensial masuk ke Indonesia.

“Kami optimis keikutsertaan dalam kegiatan ini akan memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional dan global akibat dampak pandemi saat ini,” kata Dirjen KPAII Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto.

Dalam ajang ini, Indonesia akan menampilkan 156 eksibitor di Hannover Messe 2021, yang dikelompokkan ke dalam enam topik, antara lain automation, motion, and drives, yang terdiri dari 15 eksibitor; digital ecosystems sebanyak 56 eksibitor; energy solutions 13 eksibitor; engineered parts & solutions 20 eksibitor; new work sebanyak 38 eksibitor, serta global business & markets terdiri atas 15 eksibitor.

Kontribusi eksibitor terbesar berasal dari perusahaan besar sebanyak 65 perusahaan, diikuti perusahaan start-up (63 perusahaan), BUMN (14 perusahaan), serta delapan kawasan industri, dan empat kementerian/lembaga, serta dua asosiasi industri.

Karena dunia masih dirundung pandemi, Hannover Messe 2021 sepenuhnya dilakukan secara digital. Acara pre-event sudah berlangsung pada 5 hingga 9 April, dan diikuti oleh event utama pada 12 hingga 16 April. Presiden Joko Widodo dan Kanselir Jermen Angela Merkel memberikan keynote pada pukul 12 April, pukul 18.00 WIB, yang resmi menjadi pembuka Hannover Messe 2021.

Di Hannover Messe, Indonesia akan menapaki jalan menjadi Goliath di jagat industri dan manufaktur dunia. Tentu saja yang harus disadari: ini adalah tahapan panjang. Ada proses yang berkesinambungan di sana, sama seperti ketika Jerman berusaha bangkit usai 1945 hingga kini menjadi negara dengan sektor industri dan manufaktur yang amat maju.

Bedanya, Indonesia tidak berangkat dari titik nol seperti Jerman dahulu kala. Indonesia sudah menjadi negara yang potensial menjadi kekuatan ekonomi global. Belum lagi jika bicara soal sumber daya manusia, yang menurut BPS (2021), 70,7 persen penduduk Indonesia ada di usia produktif, dan akan mencapai puncak bonus demografi ini pada 2030.

Sama seperti Jerman yang berusaha bangkit lewat sektor industri, Indonesia kini juga dalam upaya menakik sejarah baru sebagai negara penting di sektor industri dunia. Hannover Messe 2021 adalah panggung paling tepat untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sedang bertransformasi menuju industri 4.0 melalui inovasi-inovasi teknologi industri.

Bagi Anda yang tertarik untuk tahu lebih banyak keikutsertaan Indonesia di ajang Hannover Messe 2021 bisa mengakses indonesiahm2021.id.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis
-->