Menuju konten utama

Hampir 200 Dokter Meninggal karena Corona Selama Juli 2021

IDI mencatat pada Juli 2021 mencapai rekor tertinggi kematian dokter di angka 199.

Hampir 200 Dokter Meninggal karena Corona Selama Juli 2021
Sejumlah tenaga kesehatan mendorong peti mati berisi jenazah dokter Oki Alfin yang meninggal akibat COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp.

tirto.id - Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mahesa Paranadipa menyatakan hingga Selasa 3 Agustus 2021 total ada 640 dokter yang meninggal karena COVID-19. Lonjakan tertinggi terjadi pada Juli 2021 yang angkanya nyaris 200.

“Pada bulan Juli mencapai rekor tertinggi kematian dokter di angka 199 kematian dokter,” kata Mahesa dalam jumpa pers secara daring, Rabu (4/8/2021).

Untuk bulan ini setidaknya sampai tanggal 3 Agustus, kata Mahesa terjadi penurunan dibanding periode yang sama pada bulan sebelumnya. Total dalam tiga hari awal Agustus 2021 ada 7 dokter yang wafat.

“Walapun terjadi mengalami penurunan namun tetap kami dari tim mitigasi IDI terus memantau kondisi teman-teman sejawat dokter yang di beberapa wilayah yang dilaporkan masih terkonfirmasi ada yang isoman dan dirawat di ICU,” katanya.

Mahesa memaparkan daerah dengan kematian terbanyak sampai saat ini ada di Jawa Timur yakni 140 dokter yang meninggal, kemudian Jawa Tengah 96 dokter, DKI Jakarta dan Jawa Barat 94, serta Sumatera Utara 43 dokter meninggal.

Sebelumnya Mahesa mengatakan peningkatan kasus COVID-19 turut meningkatkan kapasitas pelayanan yang harus dilakukan oleh para dokter. Sehingga paparan virus di tempat para dokter bekerja ini menjadi sangat tinggi, kata Mahesa.

Meski sudah hampir semua dokter telah menerima vaksin COVID-19, namun hal itu tak serta merta membuat para dokter dapat terlindungi 100 persen dari paparan virus COVID-19

“Walaupun sudah divaksin daya tahan atau imunitas tubuh itu sangat tergantung dari banyak faktor. Pertama asupan nutrisi, kelelahan, stres dan lainnya yang sangat mempengaruhi. Dengan lonjakan kasus yang terjadi itu menyebabkan kelelahan yang tinggi,” ujarnya.

Akibat kelelahan ini menyebabkan imunitas menurun walaupun sudah terbentuk antibodi di dalam tubuh para dokter.

“Ibarat pasukannya sudah ada tapi disuruh perang terus melawan virus ya capek lama-lama. Ini salah satu faktor yang kami analisa dan prediksi,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait DOKTER MENINGGAL KARENA CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto