Menuju konten utama

Hadiah Nobel Sastra 2020 Diraih Penyair Perempuan AS, Louise Gluck

Penyair perempuan asal Amerika Serikat, Louise Glück memenangkan hadiah Nobel Sastra 2020.

Hadiah Nobel Sastra 2020 Diraih Penyair Perempuan AS, Louise Gluck
Ilustrasi Puisi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Penghargaan Nobel Sastra 2020 dimenangkan oleh penyair asal Amerika Serikat, Louise Elisabeth Glück. Penyair berusia 77 tahun ini menjadi perempuan ke-16 yang pernah meraih penghargaan prestisius tersebut, sejak hadiah Nobel pertama kali diberikan pada 1901 silam.

Ia sekaligus merupakan perempuan kedua asal AS yang menerima penghargaan ini, setelah Toni Morrison mendapatkannya pada tahun 1993.

Akademi Swedia menyatakan penghargaan Nobel Sastra 2020 dianugerahkan pada Louise Glück "atas suara puitisnya yang indah dan secara luar biasa menjadikan eksistensi individu universal." Hal ini diumumkan pada Kamis malam (8/10/2020), waktu Indonesia.

Louise Glück memulai debut di dunia sastra pada 1968 melalui buku kumpulan puisinya, Firstborn. Sejak saat itu, ia dianggap sebagai salah satu penyair penting dalam sejarah sastra kontemporer AS.

Sebelum memenangkan Nobel Sastra 2020, Louise Glück pernah menerima sejumlah penghargaan bergengsi lainnya, seperti Pulitzer Prize (1993) dan National Book Award (2014).

Di antara karya-karya Glück yang memikat banyak pembaca di AS adalah The Triumph of Achilles (1985) dan Ararat (1990). Selain itu, ada Poems 1962-2012 (2012), yang telah memenangkan Los Angeles Times Book Prize. Lalu, Faithful and Virtuous Night (2014) yang membuat ia dianugerahi National Book Award.

Selain aktif sebagai penyair, perempuan kelahiran 1943 di New York itu merupakan profesor sastra Inggris di Yale University, New Haven, Connecticut. Sepanjang hidupnya, ia telah menerbitkan 12 buku kumpulan puisi dan beberapa volume koleksi esai yang mengulas tentang puisi.

Komite Nobel menilai karya-karya Glück menggambarkan pencarian akan kejernihan. Kehidupan masa kanak-kanak, hubungan dekat dengan orang tua dan saudara, adalah tema sentral di karya-karyanya.

"Dalam puisi-puisinya, ia mendengarkan apa yang tersisa dari mimpi dan delusi, dan tidak ada yang bisa lebih keras daripada dia dalam menghadapi ilusinya," kata Anders Olsson, Ketua Komite Akademi Swedia.

"Kami menemukan gambaran sangat gamblang tentang hubungan keluarga yang menyakitkan. Itu jujur ​​dan tanpa kompromi, tanpa jejak ornamen puitis," ujar Ollson saat mengomentari puisi-puisi Glück dalam Ararat.

Glück yang tumbuh di Long Island dan kuliah di Sarah Lawrence College dan Columbia University, dikenal akan ketepatan teknis puisinya. Ia pun dianggap mempunyai kepekaan, dan wawasan luas tentang kesepian, hubungan keluarga, perceraian, kematian, serta penafsiran ulangnya terhadap mitologi Yunani maupun Romawi.

Dalam ulasan di poetryfoundation.org, penyair Robert Hass memuji Louise Glück sebagai "salah satu pengarang puisi liris paling murni yang masih produktif menulis sampai sekarang."

Melalui sebuah wawancara singkat yang dilakukan pada hari pengumuman penerima Nobel Sastra 2020, Glück menyatakan penghargaan untuknya merupakan suatu kehormatan besar, meskipun ia mengaku ada penerima hadiah serupa yang tidak dikaguminya.

Saat ditanya dari mana pembaca baru harus memulai menjelajahi karya-karyanya, Glück bilang: "Saya menyarankan mereka untuk tidak membaca buku pertama saya kecuali mereka ingin merasa terhina. Tapi segala sesuatu setelah itu mungkin menarik." Glück menyarankan pembaca yang baru akan mengenal karyanya, memulai dengan Averno atau Faithful and Virtuous Night.

Baca juga artikel terkait NOBEL SASTRA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH