Menuju konten utama

Hadiah Natal Prabowo untuk Tanah Leluhur Ibunya

Tanah Minahasa--terutama Langowan--punya arti spesial bagi Prabowo. Dari sanalah muasal leluhur keluarga Prabowo dari pihak ibunya, Dora Marie Sigar.

Hadiah Natal Prabowo untuk Tanah Leluhur Ibunya
Header johann gottlieb schwarz. (tirto.id/Fuad)

tirto.id - Atas mau Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, sebuah patung pendeta Kristen legendaris di Kota Langowan, Sulawesi Utara, dibongkar. Patung yang dibongkar itu adalah sosok Johann Gottlieb Schwarz (1800-1859), penyebar ajaran Kristen Protestan yang legendaris di Langowan dan sekitarnya. Dulu, dia adalah pendeta dari Netherland Zendeling Genoschape (NZG).

Patung Schwarz itu berdiri di dekat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Schwarz Sentrum Langowan. GMIM sendiri adalah persekutuan gereja terbesar di Minahasa.

Schwarz sangat dihormati masyarakat Minahasa karena “kabar gembira” yang mereka bawa. Agama Kristen pun tumbuh subur di Minahasa dan diikuti oleh kemajuan bidang pendidikan.

Karenanya, Prabowo tidak sembarangan saja membongkar patung Pendeta Schwarz yang dihormati. Patung lama itu lantas dipindahkan ke kompleks makam sang pendeta di Desa Wolaang, Kecamatan Langowan Timur. Sebagai gantinya, Prabowo bakal membangun patung Schwarz yang baru di lokasi yang sama.

Bedanya, patung baru itu bakal dibikin dari campuran perunggu dan tembaga. Itulah persembahan Prabowo Subianto untuk tanah Minahasa menjelang tibanya hari raya Natal tahun ini.

“[Patung itu] Sumbangan pribadi dari bapak Letjen Purnawirawan Prabowo Subianto. Beliau menugaskan bapak Mayjen Purnawirawan Glenny Kairupan untuk proses pengangkutan hingga pemasangan monumen yang baru nanti,” jelas tokoh masyarakat Sulawesi Utara Ferdinand Mewengkang seperti dikutip Manado Post (20/9/2021).

Tanah Leluhur Prabowo

Pendeta Schwarz hidup sezaman dengan Johann Friedrich Riedel (1798-1860) yang mengkristenkan Tondano dan sekitarnya. Sebelum kedua penginjil itu datang, orang Minahasa menganut agama lokal Alifuru.

Kedua pendeta itu juga hidup sezaman dengan Kyai Modjo (1764-1849). Mantan pendukung utama Pangeran Diponegoro itu menghabiskan sisa hayatnya di Kampung Jawa Tondano setelah berakhirnya Perang Jawa (1825-1830).

Menurut Pendeta Nicolaas Graafland dalam Minahasa: Negeri, Rakyat, dan Budayanya (1991, hlm. 458-459), Kyai Modjo pernah berinteraksi dan menjalin hubungan yang rukun dengan Riedel. Kyai Modjo pernah diberi Injil oleh Riedel. Para pengikut keduanya juga rukun hingga hari ini.

Tanah Minahasa dan terutama Langowan punya arti spesial bagi Prabowo. Dari sanalah muasal leluhur keluarga Prabowo dari pihak ibunya, Dora Marie Sigar.

Ibu Prabowo adalah keturunan dari Tawaijln Sigar alias Benjamin Thomas Sigar (1790-1878). Tawaijln adalah seorang pemuka masyarakat yang pernah jadi hukum besar atau mayor di Langowan. Dia juga hidup sezaman dengan Pendeta Schwarz.

Seturut Jessy Wenas dalam Sejarah dan Budaya Minahasa (2007, hlm. 51), Benjamin Thomas Sigar turut terlibat dalam Perang Jawa. Dia adalah salah satu kapten dalam Pasukan Tulungan—satuan hoelptroepen (pasukan bantuan) bagi militer Belanda yang dipimpin Mayor Herman Willem Dotulong.

Banyak yang percaya Benjamin ikut terlibat dalam penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang. Setelah Perang Jawa selesai dan Schwarz masuk ke Langowan, masyarakat di sana perlahan meninggalkan kepercayaan lamanya. Kabar baik yang dibawa Schwarz lalu diimani oleh rakyat Langowan, termasuk keluarga Benjamin.Keturunan Benjamin di antaranya jadi orang penting, ada yang pernah menjadi mayor atau setidaknya menjadi elit pamong praja era kolonial.

Kakek Prabowo, Philip Frederik Laurens Sigar, pada 1930-an memboyong keluarganya ke Negeri Belanda. Di sanalah, Dora bertemu Sumitro Djojohadikusumo. Ayah dan ibu Prabowo, seperti disebut dalam buku Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000, hlm. 396), kembali ke Indonesia pada 1946.

Pada awal 1960-an, Pasangan Sumitro-Dora dan keempat anaknya sempat jadi keluarga pelarian di luar negeri karena masalah politik.

Untuk Meraih Dukungan Orang Minahasa?

Patung Pendeta Schwarz hadiah Prabowo itu dibuat oleh seniman patung Yogyakarta Dunadi. Sebelumnya, Dunadi jugalah yang membuat patung Sukarno yang berdiri di halaman Kementerian Pertahanan. Lain itu, patung Sukarno karyanya juga menghiasi halaman Lemhanas RI.

Patung Pendeta Schwarz tiba di Langowan pada 2 Desember lalu. Hari itu juga, patung hadiah Prabowo ditegakkan di depan GMIM. Tinggi patung itu sendiri sekira 6 meter dengan berat mencapai 2 ton—menjadikannya salah satu monumen terbesar di Sulawesi Utara. Pematung Dunadi pun turut serta dalam proses pendirian monumen hari itu.

Saya juga berharap kehadiran patung Johann Gottlieb Schwarz ini bisa memberikan nilai positif bagi kehidupan warga Langowan secara umum dan jemaat GMIM Schwarz Sentrum secara khusus. Untuk selanjutnya, kami akan menuntaskan pekerjaan ini hingga patung berdiri kokoh pada tempatnya,” tutur Dunadi seperti dikutip Manado News.

Adakah alasan khusus dari hadiah Prabowo itu? Patung Pendeta Schwarz itu jelas menabalkan ikatannya dengan tanah leluhurnya. Bukan sekali ini saja Prabowo Subianto Djojohadikusumo menunjukkan perhatiannya pada sejarah keluarganya. Sejak muda, dia kerap berkunjung ke makam leluhurnya, termasuk ke makam Benjamin Thomas Sigar. Selain dari pihak ibu, dia juga kerap berziarah ke makam kakeknya Margono Djojohadikusumo di Banyumas.

Tapi, orang-orang bisa juga menerka hadiah patung itu adalah upaya halus Prabowo meraih dukungan publik Minahasa.

Prabowo sudah dua kali mencalonkan diri sebagai presiden dan dua kali pula dia gagal. Dalam Pilpres 2019, Prabowo kalah telak di kampung halaman ibunya. Bahkan, di sebuah TPS, Prabowo hanya dapat 7 suara sementara lawannya mendapat 230 suara. Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Sandiaga Uno justru bisa mendapat suara lebih banyak di daerah seperti Bolaang Mangondow yang punya basis Islam Sulawesi Selatan.

Infografik Mild Johann Gottlieb Schwarz

Infografik johann gottlieb schwarz. (tirto.id/Fuad)

Menurut Antropolog Nono S.A. Sumampouw yang tinggal di Manado dan telah merilis buku Menjadi Manado (2015), Prabowo kalah karena politik identitas yang dimainkannya sendiri. Sejak Pilpres 2014, Prabowo sudah dekat dengan golongan Islam Politik yang di antara dari FPI pimpinan Rizieq Shihab.

Kedekatan Prabowo dengan golongan yang kerap mengedepankan identitas Islam garis keras menjadi masalah besar di mata banyak orang Sulawesi Utara. Betapa pun harus diakui, dominasi kelompok Islam macam itu merupakan kengerian tersendiri bagi kalangan minoritas.

Agaknya, itulah sebabnya Prabowo bisa kalah telak di kampung halaman leluhur ibunya pada 2019.

Prabowo kemungkinan bakal ikut berlaga lagi pada Pilpres 2024. Meski belum ada deklarasi apa pun, kans untuknya masih terbuka. Dia masih populer dan menempati posisi teratas sebagai kandidat capres dalam beberapa survei. Jika benar Prabowo bakal maju lagi di Pilpres 2014, dukungan dan suara dari masyarakat Minahasa tentu layak diperjuangkan.

Namun, anggapan itu dibantah oleh Ferdinand Mewengkang yang menjadi Koordinator Lapangan Pembangunan Monumen Pendeta Schwarz.

“Pemberian ini bukan atas nama jabatan beliau di partai maupun sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan RI, akan tetapi lebih pada hubungan emosional beliau dengan warga Langowan sendiri, karena ibunda tercinta Dora Sigar adalah tou Langowan asli,” tutur Mewengkang seperti dikutip Manado News.

Terlepas dari itu semua, patung tembaga Schwarz itu tetaplah kado Natal yang menggembirakan bagi orang Kristen Minahasa.

Baca juga artikel terkait MINAHASA atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Fadrik Aziz Firdausi