Menuju konten utama

Gunung Anak Krakatau Meletus dengan Tinggi Kolom Abu 1.000 Meter

Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang

Gunung Anak Krakatau Meletus dengan Tinggi Kolom Abu 1.000 Meter
Ilustrasi Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Kamis (21/6/2018). FOTO/BNPB

tirto.id - PVMBG melaporkan Gunung Anak Krakatau meletus dengan ketinggian kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah pada Senin (25/6/2018) pukul 07.14 WIB. Meski demikian status Gunung Anak Krakatau tetap pada level Waspada (Level 2).

"Erupsi melontarkan abu vulkanik dan pasir. Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) orange," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Letusan Gunung yang terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung itu, menurut Sutopo, tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah. Selain itu erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda.

Meski terjadi erupsi, menurut Sutopo, status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (Level 2). Status Waspada ditetapkan sejak 26/1/2012 hingga sekarang.

"Tidak ada perubahan status Gunung Anak Krakatau. Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km," lanjut Sutopo.

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung yang masih aktif. Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Rata-rata bertambah tinggi 4-6 meter per tahun.

Energi dari letusan yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan.

Sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi. Menurut PVMBG, pada 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa Tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm (dominan 6 mm).

Pada 19 Juni 2018, gempa Hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu mulai terekam juga gempa Low Frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm). Pada tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa Low frekuensi dan 36 kali gempa Vulkanik Dangkal.

Selanjutnya pada tanggal 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa Hembusan, 8 kali gempa Low Frekuensi, 50 kali gempa Vulkanik Dangkal dan 4 kali gempa Vulkanik Dalam. Secara visual terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir. Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu.

"Masyarakat diimbau tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi. Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," kata Sutopo.

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG ANAK KRAKATAU atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora