Menuju konten utama
Gunung Agung Meletus

Gunung Agung Erupsi dengan Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter

Gunung Agung di Bali kembali meletus pada Kamis, pukul 01.31 Wita dengan tinggi kolom abu sekitar 2.000 meter, warga di sekitar diminta menjauhi zona bahaya.

Gunung Agung Erupsi dengan Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter
Asap dan abu vulkanik keluar dari kawah Gunung Agung terlihat dari Desa Batuniti, Karangasem, Bali, Rabu (4/7/2018). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana.

tirto.id - Gunung Agung, Bali kembali meletus pada Kamis (4/4/2019) pukul 01.31 Wita dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncaknya (5.142 meter di atas permukaan laut), menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Made Rentin.

Ia menjelaskan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitar 3 menit 37 detik.

Kejadian erupsi gunung tertinggi di Bali yang berada di Kabupaten Karangasem itu terdengar gemuruhnya di Pos Pemantauan Gunungapi di Rendang, Karangasem.

Selain itu, Rentin menyebutkan, dari laporan petugas BPBD, di seputaran Pura Kiduling Kreteg terpapar hujan abu tipis.

Namun, petugas BPBD Kabupaten Karangasem saat ini masih melakukan pemantauan di seputaran Pura Besakih dan membagikan masker bagi masyarakat yang melakukan persembahyangan serangkaian "Ida Betara Turun Kabeh" di pura tersebut.

Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga) yang merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Agung beserta para pengunjung (wisatawan dan pendaki) tidak berada atau melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang terbaru, katanya.

Rekomendasi berikutnya, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan.

Material erupsi yang masih berada di area puncak, bisa terbawa ke area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, tambahnya.

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG AGUNG atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Antara
Penulis: Maya Saputri
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno