Menuju konten utama

Grace Bantah PSI Gagal ke Senayan Sebab Inkonsistensi Kampanye

Grace Natalie menyatakan PSI tidak hanya mengandalkan strategi kampanye lewat iklan di televisi dan media sosial. Menurut Grace, kader PSI juga aktif mendatangi rumah-rumah warga.

Grace Bantah PSI Gagal ke Senayan Sebab Inkonsistensi Kampanye
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie. tirto.id/ Andrey Gromico

tirto.id - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) membantah penilaian Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIPOL UI, Aditya Perdana bahwa partainya tidak konsisten dalam melakukan kampanye.

Aditya sebelumnya menilai PSI tidak konsisten lantaran awalnya mengaku sebagai partai berbasis volunterisme, tetapi tetap aktif berkampanye lewat iklan televisi dan media sosial. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab PSI gagal menarik suara banyak pemilih di Pemilu 2019, dan sesuai hasil quick count sejumlah lembaga survei, tidak lolos ambang batas parlemen.

Akan tetapi, Grace menyatakan penilaian tersebut tidak sesuai dengan data. Selain itu, kata dia, tidak ada kaitan antara volunterisme dengan iklan kampanye.

"Saya mau protes terkait pengamat yang bilang volunterisme dan iklan, itu nggak ada hubungannya, nggak ada kaitannya sama sekali," kata Grace di Kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (29/4/2019).

"Kalau volunterisme itu kan orang yang mau ikut berpartisipasi, menyumbangkan apa pun, sedangkan iklan media [adalah] sosialisasi, nggak connect," tambah Grace.

Dia mengakui PSI berkampanye lewat iklan di televisi dan media sosial. Berdasarkan data analytic tools, intensitasnya pun lebih tinggi dibandingkan beberapa partai lainnya.

Namun, kata Grace, menerangkan partainya baru intensif berkampanye di udara mulai sekitar bulan Februari lalu. Sementara alasan PSI memilih berkampanye di TV, kata Grace, karena berdasarkan riset, media sosial masih memiliki keterbatasan.

Meskipun demikian, Grace mengklaim pergerakan partainya itu juga dibarengi dengan sosialisasi di darat. "Karena kader kami rata-rata orang kerja, tentu pilihan yang paling [bisa] mereka lakukan adalah blusukan," ujar Grace.

Dia menambahkan, kader partainya yang melakukan kampanye di darat aktif memberikan laporan ke Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu). Sehingga partainya mengetahui berapa jumlah rumah yang sudah didatangi para kadernya.

"Jadi, agar kami bisa menghitung beberapa rumah yang disentuh, kami punya e-canvassing dan ada controling juga dari sini. Sehingga kami punya data real mereka door to door," ujar Grace.

"Itu nggak bisa disamakan dengan kampanye media sosial. Itu cara yang paling murah, door to door, makanya kita pakai [strategi] itu," Grace menambahkan.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom