Menuju konten utama

GoPro yang Sedang Menukik Tajam

Penjualan action cam GoPro sedang menukik tajam. Kamera khusus para pegiat tantangan ini memang sedang menghadapi tantangan bisnis sejak tahun lalu.

GoPro yang Sedang Menukik Tajam
Pegguna kamera GoPro. FOTO/Istock

tirto.id - Bagi Anda yang gemar menonton acara TV bertema trip dan adventure di akhir pekan, pastinya sudah tak asing dengan seorang pria yang berakrobat ke sungai bersama tongkat dan kameranya. Pria itu menggunakan action cam yang cocok untuk aktivitasnya. Di segmen ini, salah satu pemain utama produk ini adalah GoPro.

GoPro, produsen kamera aksi bagi pencinta tantangan, kini sedang mengalami tantangan tersendiri dalam penjualannya. Pada kuartal III-2016, sebagaimana dikutip dari Market Watch, GoPro mengalami kerugian hingga $104 Juta.

Market Watch mengungkapkan pendapatan GoPro turun 40 persen menjadi sekitar $240,6 Juta dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai $400,3 Juta. Hal ini disebabkan oleh pengapalan kamera GoPro yang turun ke angka 1,02 Juta unit di 2016. Capaian ini sangat buruk dibandingkan dengan 2015, mereka berhasil mengapalkan 1,59 Juta unit GoPro.

Dikutip dari Statista, pada 2016 diperkirakan ada 11 Juta unit kamera aksi yang dikapalkan. Ini artinya, meskipun GoPro adalah pionir di bidang kamera aksi, ia tidak menjadi raja di 2016. Akibat ketidakberuntungan tersebut, sebagaimana dikutip dari CNN, GoPro harus memangkas lebih dari 200 pegawainya.

Salah satu penyebab kerugian GoPro tahun lalu adalah kegagalan dari 2 kamera terbaru dan drone pertama mereka. Nick Woodman, petinggi GoPro sebagaimana dikutip dari Market Watch mengatakan “Melihat ke depan (di tahun) 2017, kami berharap bisa mengembalikan profitabilitas.

Mengapa GoPro Menukik?

Sebagaimana dikutip dari Techcruch, tipikal pengguna kamera aksi GoPro mirip dengan pengguna tablet. Banyak orang ingin memiliki, tapi jauh lebih sedikit orang yang mau memperbarui perangkat kamera aksi tersebut ke model terbaru. Lagi pula, jumlah orang-orang pecinta adrenalin atau fotografer petualangan terbilang sedikit. Kalaupun membeli, tidak banyak yang memanfaatkannya secara optimal. Banyak kamera aksi GoPro yang berakhir hanya sebagai penghuni lemari.

“Berapa banyak orang tua yang membelikan anaknya sebuah GoPro hanya untuk disimpan di atas lemari,” ujar Andrew Left dari Citron Research sebagaimana dikutip dari CNBC.

GoPro adalah produk bagus. Sayangnya, segmen pasar yang diincar terbilang kecil. Kemampuan fotografi ataupun videografi juga dimiliki perangkat lainnya, semisal DSLR. DSLR juga bisa digunakan sebagai kamera aksi. Pengguna tinggal membeli aksesoris-aksesoris tambahan untuk mengubah kamera DSLR-nya.

Selain itu, GoPro juga kalah lengkap dibandingkan misalnya dengan perangkat "all-in" semacam iPhone. Hanya perlu membeli housing atau pelindung, iPhone bisa dimanfaatkan sebagaimana kemampuan yang dimiliki GoPro. Perangkat iPhone juga memiliki keunggulan yang tidak dimiliki GoPro.

Berbekal iPhone, pengguna bisa langsung mengunggah bidikannya ke media sosial semacam Facebook atau Instagram, hal yang cukup sulit dilakukan GoPro. Saat pengguna ingin mengunggah ke media sosial, ia harus menyambungkan kamera aksi GoPro-nya ke perangkat pintar semacam iPhone. Sebuah kesia-siaan bukan?

Selain itu, di ranah kamera aksi, ada nama Xiaomi Yi. Dikutip dari PC World, harga kamera aksi Xiaomi setengah dari harga kamera level pemula GoPro. Untuk sebuah perangkat yang jarang dipakai, Xiaomi Yi adalah pilihan terbaik. Lagi pula, Xiaomi Yi memiliki kemampuan yang hampir serupa dengan GoPro. Yang terbaru, dukungan video beresolusi 4K juga didukung oleh Xiaomi.

Infografik Memilih Kamera Aksi

Secara teknis, ada banyak alasan mengapa GoPro kurang disukai. Dikutip dari Makeuseof, GoPro Hero4Black menggunakan resolusi 4K. Sayangnya, kebanyakan orang tidak memiliki layar atau televisi yang mendukung 4K. Rata-rata pengguna hanya memiliki layar atau monitor berosolusi HD atau High Definition.

Ukuran resolusi HD, sudah lebih cukup bagi pengguna rumahan. Kecuali ia memiliki bioskop pribadi di rumah. Merekam sebuah kejadian menggunakan kamera beresolusi 4K tanpa bisa menikmatinya, adalah kesia-siaan belaka. Akibatnya, membeli teknologi terbaru dari GoPro, tidaklah terlalu penting.

Beberapa alasan lain GoPro kurang diminati yakni soal wide angle yang terlalu lebar. Bagi orang awam, akan sangat tidak menyenangkan memakai GoPro untuk keperluan swafoto atau selfie. Foto yang diabadikan menggunakan GoPro, akan terlihat tidak natural. Fitur wide angle, hanya bagus untuk keperluan aksi yang memungkinkan terekamnya banyak adegan dan terekamnya secara luas sebuah pemandangan. Jika seseorang hendak selfie menggunakan GoPro, bersiap-siaplah banyak latar yang akan berubah lentur bagaikan di film-film kartun.

Aksesoris yang terlalu banyak, merupakan alasan lain mengapa banyak orang yang kurang suka terhadap GoPro. Mulai dari housing, remote, tongkat, hingga beragam tambahan lainnya yang memusingkan untuk digunakan. Sebuah unit GoPro, tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus ditopang oleh banyak aksesoris pendukung.

Saat seseorang hendak menggunakan GoPro untuk keperluan mengendarai motor, ia harus memiliki tempat untuk memasang GoPro di helm-nya. Saat hendak dibawa menyelam, housing harus siap tersedia. Saat dipakai untuk merekam hal-hal keseharian, GoPro juga memerlukan gimbal. Hal ini memang tidak begitu berpengaruh bagi para pecinta petualangan, namun bagi orang awam, tentu sesuatu yang cukup menjengkelkan.

Untuk mengembalikan peruntungan, GoPro seharusnya memikirkan untuk melebarkan “tema” mereka. Alih-alih tetap menggenggam segmen adrenaline junkie, GoPro juga harus memikirkan produknya bisa dinikmati secara menyenangkan bagi orang awam. Artinya, GoPro harus memikirkan produknya dapat dinikmati secara sederhana.

Aksesoris yang banyak, perlu dipangkas agar seseorang yang membelinya tidak terlalu dipusingkan dengan tambahan-tambahan lain. Tentu saja, banyaknya aksesoris juga berhubungan dengan biaya. Semakin banyak aksesoris yang diperlukan, semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan pengguna. Akibatnya harga kamera aksi GoPro tidak berdiri sendiri.

Pengguna harus memikirkan uang yang cukup banyak untuk aksesori-aksesoris yang lain. Ini tentunya jadi tantangan bagi GoPro di tengah persoalan kerugian yang mendera mereka. Sesuai namanya sebagai kamera pecinta tantangan, mereka benar-benar sedang dihadapkan dengan tantangan besar.

Baca juga artikel terkait KAMERA atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra