Menuju konten utama
Riset Lembaga Demografi FEB UI

Go-Jek Sumbang Rp8,2 Triliun Per Tahun ke Perekonomian Indonesia

Hasil survei Lembaga Demografi FEB UI menyebutkan Go-jek menyumbang Rp8,2 triliun terhadap ekonomi nasional.

Go-Jek Sumbang Rp8,2 Triliun Per Tahun ke Perekonomian Indonesia
Ribuan pengemudi ojek daring yang tergabung dalam Gerakan Bersama seluruh Driver Online (GERAM Online) melakukan aksi damai di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (16/10/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyebutkan mitra pengemudi ojek di bawah naungan Go-Jek berkontribusi Rp8,2 triliun per tahun terhadap perekonomian nasional.

Dari sebanyak 3.315 responden di 9 wilayah, Lembaga Demografi FEB UI menyebutkan ada peningkatan pendapatan yang mereka alami sebesar Rp682 miliar per bulan. Angka tersebut sejalan dengan temuan bahwa 44 persen mitra Go-Jek mengaku puas dengan penghasilannya setelah bergabung dengan aplikasi layanan transportasi itu.

“Namun pengeluaran mereka juga meningkat 31 persen setelah bergabung. Rata-rata penghasilan bulanan mitra pengemudi lebih tinggi dari rata-rata UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) di 9 wilayah survei,” kata Manajer Penelitian dari Lembaga Demografi FEB UI, Paksi Walandouw, di Jakarta pada Kamis (22/3).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rata-rata penghasilan mitra pengemudi mencapai Rp3,31 juta, sementara rata-rata UMK di 9 wilayah itu hanya Rp2,8 juta. Hasil riset pun mengatakan kemampuan mitra untuk menabung meningkat.

Peningkatan penghasilan itu ternyata seiring dengan kualitas hidup mitra yang naik. Sebanyak 90 persen mitra mengaku mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik setelah menjadi mitra Go-Jek. Tak hanya itu, 97 persen mitra bahkan mengaku puas dengan fleksibilitas yang didapat.

“Keuntungan yang paling tinggi adalah waktu bersama keluarga. Mereka bisa kapan pun meninggalkan pekerjaan dan kembali ke keluarga. Kualitas hidup tidak hanya dari peningkatan ekonomi,” ungkap Paksi.

Masih dalam kesempatan yang sama, turut disampaikan pula bahwa 82 persen mitra UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) mengalami peningkatan volume transaksi setelah menjadi mitra Go-Jek.

Dengan demikian, kontribusi melalui penghasilan mitra UMKM terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp1,7 triliun per tahunnya. Adapun angka tersebut muncul dari lonjakan pendapatan sebesar Rp138 miliar per bulan yang dialami 797 responden ketika survei berlangsung.

“Dari kontribusi Rp8,2 triliun dan Rp1,7 triliun, hampir mencapai Rp10 triliun. Itu baru batas bawah. Masih ada fitur-fitur lain dalam Go-Jek yang belum masuk perhitungan,” ucap Paksi.

Kepala Lembaga Demografi FEB UI Turro Wongkaren tidak menampik apabila ada kerja sama dengan Go-Jek saat survei dilakukan. Akan tetapi, Turro menekankan adanya rambu-rambu yang sudah disepakati. Turro mengklaim kerja sama itu hanya terkait penyediaan data mitra untuk keperluan sampling.

“Untuk dapat data kita harus kerja sama dengan pihak yang punya data. Apakah itu mengganggu? Saya rasa tidak. Hasilnya kalau untuk kami tidak ada masalah. Kalau beberapa hasilnya positif, memang seperti itu,” jelas Turro.

Saat disinggung mengenai pemilihan Go-Jek sebagai obyek penelitian, Turro hanya menyebutkan bahwa Go-Jek merupakan perusahaan teknologi yang terkemuka. “Jadi kami pilih ini sebelum adanya informasi investasi masuk. Lebih karena Go-Jek merupakan perusahaan di Indonesia yang saya pikir perlu diteliti,” ujar Turro lagi.

Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Oktober-Desember 2017 di Denpasar, Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya. Survei ini memiliki margin of error +/- 5 persen.

Baca juga artikel terkait GO-JEK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH