Menuju konten utama

Go-Jek Ditolak di Malaysia, Menginvasi Vietnam

Go-Viet meluncur pada awal Agustus 2018 di Vietnam bagian dari invasi bisnis di ASEAN tapi di Malaysia, pejabat pemerintah di sana tak menghendakinya.

Go-Jek Ditolak di Malaysia, Menginvasi Vietnam
Goviet. FOTO/cafebiz.vn

tirto.id - Mulai awal Agustus 2018, Go-Viet, resmi mengaspal di Vietnam. Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek sempat menjajal layanan ride-sharing Go-Viet. Ia dibonceng oleh pengemudi Go-Viet, sembari tersenyum dan mengarahkan kamera ke arahnya.

“Naik Go-Viet pertama kali, wuhu…!”

Ia juga mengarahkan kamera ponselnya menampilkan wajah para pengemudi Go-Viet yang mendampingi Nadiem,

“Lihatlah, tentara merah Go-Viet”

Go-Viet adalah anak usaha Go-Jek yang menyajikan layanan ride-sharing di Vietnam. Pada wawancara dengan jurnalis CNBC Christine Tan, Nadiem mengatakan ekspansi internasional Go-Jek melalui skema membentuk tim lokal dan memberi mereka otonomi.

Go-Viet memakai bendera bernama Go-Viet Trading Technology Co. Menurut Nadiem, tim lokal yang dibentuk Go-Jek memiliki hak untuk “mengubah merek,” dengan mengubah nama “Go-Jek” menjadi “Go-Viet” di Vietnam. Selain merek, warna merek juga berubah, di Indonesia berwarna hijau menjadi merah. Namun, tampilan dalam aplikasi tak ada perbedaan signifikan antara Go-Jek original dengan Go-Viet.

“Arti dari tim dan kemitraan lokal ini ialah untuk menerjemahkan konsep Go-Jek ke konteks lokal [...] Go-Jek membimbing mereka tentang apa yang telah kami pelajari untuk menjadi sukses, dan apa yang telah kami pelajari tetapi tidak berhasil di Indonesia,” kata Nadiem.

Peluncuran Go-Viet di Agustus adalah hasil manis ujicoba yang dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Nguyen Vu Duc, Chief Executive Officer Go-Viet, mengatakan “kami memperoleh ujicoba yang sukses dan menerima banyak saran positif.”

Pada tahap awal, sebagaimana dilaporkan VnExpress, media lokal Vietnam, Go-Viet baru melayani 12 distrik di kota Ho Chi Minh City, dengan dua layanan andalan yakni Go-Ride dan Go-Send, selanjutnya akan menyusul di distrik lainnya.

Peluncuran Go-Viet adalah implementasi ekspansi internasional bisnis Go-Jek yang diumumkan Mei 2018. Go-Jek menyiapkan dana senilai $500 juta, yang diperoleh dalam pendanaan Seri E yang dilakukan pada Februari 2018. Pada pendanaan tersebut, Go-Jek memperoleh suntikan dana $1,5 miliar dari nama-nama beser seperti Astra, Google, Tencent, JD, dan Meituan.

Vietnam merupakan satu di antara empat negara Asia Tenggara yang dibidik Go-Jek. Tiga negara berikutnya ialah Singapura, Thailand, dan Filipina. Saat peluncuran Go-Viet di Vietnam terasa mulus, bagaimana kans Go-Jek di negara lainnya?

Infografik Go viet

Malaysia Belum Siap Menerima Go-Jek

Singapura merupakan markas besar saingan terdekat dan terbesar Go-Jek: Grab. Di Singapura, Grab tidak menjalankan salah satu layanan utama mereka GoBike, layanan ride-sharing berbasis sepeda motor. Sebagaimana dilaporkan Tech In Asia pada akhir Juni 2017, perwakilan Grab menyatakan mereka “tidak memiliki rencana meluncurkan GrabBike di Singapura.”

Menurut Grab, peluncuran suatu produk memperhatikan relevansi dengan pasar yang disasar. “Orang Singapura tidak memiliki kebiasaan dan ketertarikan menggunakan motor, misalnya ketika dibandingkan dengan Jakarta. Di Jakarta, masyarakat telah mengenal ojek terlebih dahulu,” jelas keterangan Grab.

Salah satu alasan mengapa orang Singapura kurang tertarik pada sepeda motor karena punya risiko tingkat kecelakaan tinggi. Sebagaimana dilaporkan The Straits Times, satu orang pengendara sepeda motor tewas tiap pekannya di Singapura.

Secara statistik, sepeda motor menyumbang 40 persen total kecelakaan fatal yang terjadi di 2017. Amrin Amin, pejabat senior Singapura, mengatakan “meskipun jalanan di Singapura telah lebih aman dibandingkan sebelumnya,” pengendara sepeda motor tetap merupakan kelompok yang rentang kecelakaan.

Kondisi publik di Singapura yang tak responsif terhadap armada sepeda motor dapat dilihat di atas kertas. Data yang dipacak dari laman data.gov.sg, populasi sepeda motor terus melorot tiap tahunnya. Pada 2017, terdapat 141,9 ribu unit sepeda motor di jalanan Singapura. Angka tersebut menurun dibandingkan 143 ribu unit sepeda motor yang ada setahun sebelumnya.

Sepinya peminat sepeda motor di Singapura karena kebijakan Pemerintah Singapura yang membatasi umur kendaraan beroda dua. Kebijakan itu ialah memberikan ganjaran uang insentif hingga $3.500 jika para pemilik motor yang memiliki motor yang diregistrasi sebelum 1 Juli 2003 dan melakukan deregistrasi kepemilikan motor mereka. Menurut perkiraan, ada sekitar 27 ribu motor di Singapura yang masuk kriteria memperoleh insentif kebijakan deregistrasi.

Sehingga tak mengherankan Grab sebagai tuan rumah, pada Maret 2018 meluncurkan GrabCycle, layanan bike cycle-sharing daripada sepeda motor. Pada laporan Channel News Asia, Reuben Lai, petinggi Grab, mengatakan peluncuran layanan pinjam sepeda itu dilakukan sebagai “suplemen transportasi publik yang mendukung komitmen pemerintah pada lingkungan hijau.”

Kondisi ini tentu jadi lampu merah bagi Go-Jek, yang layanan utamanya ialah Go-Ride, ride-sharing berbasis sepeda motor. Bila merujuk pernyataan Nadiem pada CNBC tentang tim lokal, Go-Jek nampaknya akan menanggalkan Go-Ride dan memilih “hanya” meluncurkan Go-Car untuk pasar Singapura yang tak lama lagi akan disinggahi Go-Jek.

Tantangan berbeda datang di Thailand yang juga tak kalah sulitnya. Publik di Negeri Gajah Putih ini memang memiliki kebiasaan mengendarai sepeda motor sama seperti di Indonesia. Namun, tantangan kemungkinan akan dihadirkan oleh ojek motor tradisional yang telah eksis lebih dulu. Pada laporan techcrunch, ojek tradisional yang beroperasi di Bangkok pernah sukses “berperang” melawan Grab dan Uber.

Pada Mei 2016, GrabBike dari Grab dan UberMoto dari Uber, terpaksa berhenti beroperasi di Bangkok atas permintaan Pemerintah Thailand. Kementerian Transportasi Thailand mengeluarkan permintaan GrabBike dan UberMoto berhenti beroperasi karena didesak oleh ojek konvensional.

Kehadiran Go-Jek di Thailand berpotensi mendapatkan resistensi dari pemain lama transportasi Thailand, seperti yang menimpa Grab dan Uber. Jika hendak meluncur, Go-Jek nampaknya harus memberikan pendekatan berbeda, khususnya pada pemerintah setempat dan juga pemain tradisional bisnis transportasi Thailand.

Bagaimana kans Go-Jek jika meluncur di Filipina? Jika hendak meluncur di Filipina, Go-Jek bisa melihat pengalaman Angkas, ride-sharing berbasis motor versi lokal Filipina. Angkas merupakan “salah satu pemain ride-sharing berbasis motor terdepan di Filipina.”

Sayangnya, Angkas terbendung regulasi. Rambo Talabong, jurnalis Rappler, dalam salah satu artikelnya, menyebutkan layanan tersebut ilegal di Filipina. Mengutip aturan di Filipina, Republic Act 4136 menyebutkan sepeda motor merupakan kendaraan pribadi, dan oleh karenanya tidak bisa digunakan untuk membawa penumpang dalam kerangka mencari keuntungan.

“Kendaraan pribadi hanya bisa digunakan oleh pemiliknya, dan tidak bisa digunakan untuk mengantar pihak asing dengan maksud mencari uang,” tulis Talabong.

Jika kendaraan hendak dijadikan angkutan umum, aturan di Filipina hanya memungkinkannya pada jenis kendaraan beroda empat atau lebih, bukan roda dua. “RA 4136 merupakan hukum. Kecuali itu diubah, maka itulah waktu di mana ride-sharing berbasis sepeda motor bisa diizinkan,” kata Aileen Lizada, pejabat transportasi Filipina.

Sama hal seperti di Singapura, ketiadaan restu Pemerintah Filipina atas transportasi roda dua ialah tingkat kecelakaan yang tinggi. Dipacak dari Top Gear, ada 18.668 kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dengan 238 di antaranya berakibat fatal terjadi di Filipina. Lagi-lagi tantagan ini jadi sesuatu yang mesti dipikirkan Go-Jek ketika hendak masuk ke Filipina.

Secara khusus, negara-negara yang akan dimasuki Go-Jek memang belum merespons dengan menolak kehadiran startup unicorn Indonesia ini. Namun, Menteri Transportasi Anthony Loke Siew Fook secara pribadi sudah menolak kehadiran Go-Jek dan ride-sharing berbasis sepeda motor di negaranya seperti dilaporkan oleh The Star berjudul No plans for Go-Jek ride-hailing in Malaysia, accident rate among bikers too high, says Loke

“Pendapat pribadi saya, Malaysia belum siap kedatangan ride-sharing berbasis motor dan oleh karenanya kami pun tidak memiliki rencana menghadirkannya,” kata Anthony sebagaimana dikutip dari The Star Online.

Tantangan yang akan dihadapi Go-Jek dalam rangka ekspansi bisnis di Singapura, Thailand, dan Filipina adalah soal aturan hukum tentang transportasi berbasis sepeda motor, resistensi dari pemain yang lebih dahulu eksis, hingga tingkat kecelakaan yang tinggi yang menimpa pengendara sepeda motor juga dialami di Indonesia. Namun, pengalaman Go-Jek di Indonesia jadi modal penting bagi Nadiem dengan slogan Go-Jek sebagai "Karya Anak Bangsa-nya".

Baca juga artikel terkait GO-JEK atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra