Menuju konten utama

Gigi Hadid dan Kisah Penyandang Penyakit Hashimoto Lainnya

Individu dengan kondisi tiroiditis Hashimoto harus menjalani pengobatan seumur hidup.

Gigi Hadid dan Kisah Penyandang Penyakit Hashimoto Lainnya
Gigi Hadid menyatakan bahwa dia "mencintai" tubuhnya setelah didiagnosis Hashimoto. REUTERS

tirto.id - Gigi Hadid, model asal Amerika Serikat, baru saja berkicau masalah “bentuk tubuhnya”. Pada pagelaran New York Fashion Week, ia memakai busana berwarna ungu dengan bukaan di bagian perut. Namun, bukannya mengomentari gaya busananya, warganet malah fokus pada bentuk tubuh Gigi yang dianggap terlalu kurus.

Perempuan yang pernah masuk di daftar Top 50 Models di Models.com ini mencuit pada 11 Februari 2018 lalu. Ia mengatakan, sebelum umurnya menginjak 17 tahun, Gigi didiagnosis dengan penyakit Hashimoto. Persoalan kesehatan itu menyebabkan bentuk tubuhnya membengkak dan orang-orang berpendapat bahwa ia terlalu “besar” untuk sebuah industri hiburan.

Selama beberapa tahun terakhir, ia harus mengkonsumsi beragam obat-obatan. Ia juga bergulat dengan kelelahan ekstrem, masalah metabolisme, kemampuan tubuh untuk mempertahankan panas, dan sederet masalah lain karena penyakit langka tersebut. Pada Agustus 2016, Gigi fokus mengikuti latihan voli di sekolah dan kegiatan itulah yang mengubah massa tubuhnya.

Atas fluktuasi massa tubuhnya itu, Gigi berkicau: “Aku selalu makan dengan porsi yang sama, (tapi) sekarang tubuhku meresponsnya dengan cara berbeda.... Aku mungkin terlalu kurus untukmu, tapi jujur aku tak menginginkannya.... Tolong belajarlah berempati.”

Sering Dilabeli “Pemalas”

Tiroiditis Hashimoto, atau lebih dikenal dengan penyakit Hashimoto merupakan masalah autoimun. Ia adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid, sehingga menyebabkan hipotiroidisme. Tiroid tidak menghasilkan cukup hormon untuk kebutuhan tubuh.

Tiroid merupakan kelenjar yang berada di depan leher. Hormon yang dihasilkan kelenjar ini berfungsi untuk mengendalikan metabolisme, termasuk mengatur detak jantung dan pembakaran kalori dari asupan makanan. Jika hormon yang dihasilkan kurang, tubuh akan kehilangan kemampuan membakar kalori. Kondisi ini menyebabkan beberapa individu dengan Hashimoto jadi sulit mengontrol berat badan, seperti yang dialami Gigi Hadid, Victoria Justice, dan Kim Cattrall.

Sejauh ini, belum diketahui secara pasti penyebab dari Hashimoto. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini menjadi penyebab, di antaranya adalah faktor keturunan, hormon, yodium berlebih, dan paparan radiasi. Hashimoto menjangkiti perempuan tujuh kali lebih banyak dibandingkan pria.

Beberapa perempuan juga memiliki masalah tiroid di tahun pertama setelah melahirkan, meski lazimnya masalah ini akan hilang dengan sendirinya. Namun, 20 persen perempuan mengembangkan kembali Hashimoto di kemudian hari.

Beberapa gejala awal yang bisa dikaitkan dengan Hashimoto adalah tiroid membesar, lazim kita sebut sebagai gondok. Selain itu, berat badan mudah naik, lelah berlebihan, pucat atau bengkak pada wajah, nyeri sendi dan otot, sembelit, selalu kedinginan, sulit hamil, rambut rontok, menstruasi tidak teratur, depresi, dan denyut jantung lambat.

Masalah dengan Hashimoto, selain dalam hidup Gigi Hadid, dialami juga oleh Aelke Mariska, model sekaligus aktris Indonesia keturunan Jepang. Ia sering mendapat komentar negatif terkait kondisinya yang dipersepsikan orang sebagai pemalas dan rakus lantaran mudah gemuk.

“Sejak saya menderita Hashimoto, saya puas banget mendengar kalimat 'sekarang gendut sekali'. Padahal saya enggak makan lebih banyak dari orang-orang,” ujarnya dalam satu curahan hati di Instagram.

Ia pernah berada di titik malas bersosialisasi lantaran terus-terusan ditanya mengenai perubahan bentuk tubuhnya. Orang awam akan menganggap individu dengan Hashimoto mempunyai sifat malas karena lelah berlebih yang mereka rasakan.

“Saya sendiri juga shock berat naik 20 kilo tanpa puas makan.”

Kisah lain tentang penyintas Hashimoto diceritakan Henny Dewillis kepada Tirto. Perempuan kelahiran 24 Januari 1990 yang bekerja sebagai analis marketing ini baru mengetahui Hashimoto dalam dirinya pada 2016. Ketika itu, ia merasakan gejala berupa leher yang membengkak saat merias diri.

Seorang teman yang berprofesi dokter menyarankannya tes darah. Ia mendapat poin 0,5 di atas batas normal dalam tes Thyroid Stimulating Hormon Sensitive (TSHs). Artinya, Henny terkena kondisi hipotiroid. Tiga dokter spesialis penyakit dalam didatangi untuk memastikan kondisinya. Hasilnya sama saja, semua kompak mendiagnosis tiroiditis Hashimoto.

“Saya [diberi penjelasan bahwa] pengobatannya bukan satu-dua bulan, tapi seumur hidup. Karena patah hati, saya cari pendapat lain.”

Infografik Tiroiditis Hashimoto

Setelah mendapat penjelasan bahwa tiroid sintetis aman dikonsumsi, termasuk saat hamil dan menyusui, ia mulai menjalani terapi ini sebanyak 50 mikrogram setiap hari, saat perut masih kosong. Namun, saat tes darah selanjutnya, ia malah kelebihan tiroid, sehingga dosisnya berangsur dikurangi menjadi 25 mikrogram, dan kini hanya 12,5 mikrogram. Pengobatan itu berlaku seumur hidup dan bisa bertambah dosisnya seiring usia.

“Agar kondisi tiroid tetap stabil dan fisik tetap prima, harus olahraga ringan seperti jalan, yoga, berenang, dll,” kata Henny, menirukan saran dari dokternya.

Kondisi itu tak membuat aktivitas terhambat. Ia justru mendorong diri untuk terus produktif. Secara khusus, ia melakukan yoga dua kali seminggu guna menjaga kesehatan fisiknya, mengasah kemampuan bahasa, dan rajin bersosialisasi.

“Saya enggak ingin kalah dengan kondisi tersebut," katanya.

Baca juga artikel terkait AUTOIMUN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani