Menuju konten utama

Gerindra Minta Polisi Tingkatkan Deteksi Dini Pelaku Teror

Sejak serangkaian aksi teror belakangan ini, terjadi gejala saling curiga tidak mendasar kepada orang-orang yang berpakaian Muslim.

Gerindra Minta Polisi Tingkatkan Deteksi Dini Pelaku Teror
(Ilustrasi) Sejumlah petugas kepolisian bersiaga pascaterjadi penyerangan di Polda Riau, Pekanbaru, Riau, Jumat (16/5/2018). ANTARA FOTO/FB Anggoro

tirto.id - Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, meminta kepolisian meningkatkan deteksi dini kepada aksi terorisme agar tidak terjadi kecurigaan pelaku teror di antara masyarakat.

"Negara memiliki alat yang canggih, deteksi dini sudah ada. Mestinya kecurigaan itu kepada orang-orang yang disasar dengan tepat. Sehingga tidak menimbulkan masifisme ketakutan terhadap orang-orang," kata Muzani, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2018).

Sebab, kata Muzani, sejak serangkaian aksi teror belakangan ini, terjadi gejala saling curiga tidak mendasar kepada orang-orang yang berpakaian Muslim. Sementara, menurutnya, itu dapat membuat ketakutan berlebih di masyarakat.

"Kecurigaan hal yang wajar. Tapi jangan hantam, jangan main tuduh, jangan main sabuk, orang yang bersarung, orang yang berpeci dicurigai, orang yang berkopiah dicurigai," kata Muzani.

Sebelumnya, beredar sebuah video seorang berpeci dan bersarung tampak kesal karena diminta Brimob untuk membuka isi kardus yang dibawanya.

Dalam video itu, terdengar beberapa anggota Brimob berbincang. Dua anggota yang terlihat di kamera, meminta pria yang belum diketahui identitasnya tersebut untuk membuka kardus yang dibawa.

Terlihat dia marah dan menyobek kardus. Isi kardus yang berupa baju, selanjutnya dihamburkan keluar.

Selanjutnya Brimob menyuruh pria tersebut membuka tas punggung miliknya. Saat dibuka, ternyata tas tersebut juga hanya berisi pakaian. Pria tersebut lantas kesal dan melempar tas beserta isinya ke hadapan Brimob yang memintanya.

Tak pelak, video tersebut menjadi perbincangan warganet di sosial media yang menyebut tindakan anggota Brimob tersebut berlebihan.

Setelah video tersebut beredar, Humas Polda Jateng Kombes Pol Agus Triatmaja mengklarifikasi bahwa pria tersebut hanya seorang santri yang pulang dari pesantren. Ia pun menyatakan bahwa tindakan anggota Brimob tersebut merupakan prosedur atas status siaga 1 yang ditetapkan Mabes Polri.

Serangkaian aksi teror terjadi di berbagai wilayah dalam seminggu terakhir. Paling baru, terjadi penyerangan di Markas Polda Riau oleh sejumlah terduga teroris.

Seorang wartawan dan seorang polisi meninggal dunia akibat serangan tersebut. Sementara, tiga terduga teroris ditembak mati di tempat.

Baca juga artikel terkait TEROR BOM atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Hukum
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yantina Debora