Menuju konten utama

Gerindra Jelang Pemilu 2024: Dorong Prabowo Lagi atau Lirik Sandi?

Wasisto menilai Sandiaga jadi kartu truf Gerindra dalam Pemilu 2024 bila Prabowo Subianto enggan maju lagi sebagai capres.

Gerindra Jelang Pemilu 2024: Dorong Prabowo Lagi atau Lirik Sandi?
Calon presiden Indonesia Prabowo Subianto, (kiri), berbicara dengan pasangannya, Sandiaga Uno saat pendaftaran resmi sebagai kandidat untuk pemilihan presiden 2019 di Jakarta, Indonesia, Jumat, 10 Agustus 2018. AP / Achmad Ibrahim

tirto.id - Internal Partai Gerindra bergejolak jelang tahun politik 2022. Hal ini diduga dampak deklarasi calon presiden yang dilakukan Relawan Kawan Sandi (RKS). Mereka ingin Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno maju sebagai capres di Pilpres 2024. Bahkan kelompok yang mengatasnamakan Ijtima Ulama Jabar juga mendukung mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.

Manuver-manuver tersebut membuat internal Partai Gerindra memanas. Sebab, sejumlah kader partai berlambang burung garuda itu masih menginginkan Prabowo Subianto kembali maju sebagai kandidat pada Pilpres 2024. Hal ini beberapa kali disinggung pengurus teras DPP Gerindra.

Sekjen DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani tercatat berkali-kali menyatakan Prabowo adalah capres 2024. Saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra pada Agustus 2020, ia menyatakan ada permintaan dari kader partai agar Prabowo maju lagi di Pilpres 2024. Pernyataan yang sama diungkapkan Muzani baru-baru ini merespons deklarasi capres oleh RKS.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco pun menegaskan bahwa Gerindra satu suara mendukung Prabowo Subisanto sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024. Dasco bahkan mengklaim sudah 30 DPD Gerindra yang meminta Prabowo maju kembali pada pilpres mendatang.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Kamrussamad bahkan secara terang-terangan menyindir Sandiaga. Kamrussamad menyinggung soal bagaimana Sandiaga berupaya menaikkan elektabilitas lewat kelompok ijtima ulama.

“Pengakuan H HOLIP Abdul Kadir (salah satu Deklarator Forum Ijtima Ulama Jawa Barat) bahwa ditugaskan untuk menaikkan elektabilitas Mas Sandi. Adalah langkah yang tidak etis. Sebab ulama tidak sepatutnya ditarik kepentingan politik praktis,” kata Kamrussamad, 20 Desember 2021.

Kamrussamad pun meminta Sandiaga meminta maaf kepada publik. Kamrussamad berdalih, pernyataan tersebut dilontarkan demi menjaga posisi Partai Gerindra yang kini kehilangan kursi di DPR akibat polarisasi Pemilu 2019.

“Saya bicara seperti itu, karena saya ingin menyelamatkan Nas Sandi dari jebakan batman itu,” kata Kamrussamad.

Sandiaga pun telah menemui Prabowo Subianto. Dalam akun Instagram @sandiuno, ia mengaku membahas banyak hal soal perkembangan isu terkini, khususnya soal sektor ekonomi. Sandiaga mengaku melaporkan ke Prabowo bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sudah mulai bangkit dan lapangan pekerjaan mulai tercipta.

Potensi Matahari Kembar di Gerindra

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai, kenaikan elektabilitas Sandiaga memang membawa dampak ke internal Gerindra. Sebab, Prabowo tengah berada di posisi teratas dalam elektabilitas Pilpres 2024.

“Kondisi inilah yang menjadikan adanya potensi ‘matahari kembar’ dalam Gerindra di mana loyalis Prabowo kurang begitu menyukai makin naiknya popularitas SU (Sandiaga Uno)” kata Wasisto kepada reporter Tirto, Senin (27/12/2021).

Wasisto mengatakan, kondisi matahari kembar ini bisa memicu pro-kontra. Ia beralasan, matahari kembar bisa mengganggu elektabilitas partai atau urusan pemenangan kandidat. Jika memang Prabowo bisa mengelola dengan baik, kata dia, maka partai akan muncul konsep dwitunggal dengan konsep kepemimpinan kolektif. Kemudian, pasangan Prabowo-Sandi akan terulang dan bisa memenangkan pemilu.

“Tentunya kalau misalnya terjadi friksi dan kemudian faksi SU keluar dari partai, secara finansial akan berdampak ke Gerindra,” kata Wasisto.

Bagi Wasisto, Sandiaga menjadi kartu truf dalam Pemilu 2024 bila Prabowo enggan maju dalam Pilpres 2024. Sebab Gerindra berperan penting dalam Pemilu 2024.

Wasisto meyakini, pemilihan Sandiaga bisa menjadi langkah baik bagi Gerindra jika melihat dampak di masa depan. Akan tetapi, kata Wasisto, kondisi internal Gerindra masih ingin Prabowo menjadi calon presiden meski sudah gagal sebagai capres di dua pemilu sebelumnya.

Namun semua opsi, baik Prabowo maju nyapres atau memajukan Sandi, kata Wasisto, kembali ke tangan Prabowo selaku ketua umum partai. Hal itu terlihat dengan kunjungan Sandiaga ke Prabowo secara langsung di kantor Kemenhan.

“Tentu hal itu menunjukkan bahwa masih ada etika politik yang dipegang SU dengan mendatangi Prabowo sehingga tidak memancing pedebatan internal. Hal itu juga mempertegas kalau Prabowo masih jadi sosok sentral dalam kandidasi capres cawapres 2024 dari Gerindra," kata Wasisto.

Direktur Eksekutif KedaiKopi Kunto Adi Wibowo memandang, Partai Gerindra sebenarnya merugi jika muncul konflik internal soal Prabowo dan Sandiaga. Ia beralasan, kedua tokoh ini merupakan figur dengan elektabilitas tertinggi sehingga tidak perlu diadu.

“Sungguh merugikan bagi Gerindra kalau kedua nama ini diadu-adu dan jadi konflik internal gitu. Ya tinggal digosok saja, toh Pak Prabowo sekarang ketua umum dan posisi ketua umum kan juga menguntungkan," kata Kunto kepada reporter Tirto, Senin (27/12/2021).

Kunto beralasan, nama Prabowo dan Sandiaga berada di peringkat teratas hasil survei politik beberapa waktu terakhir. Di survei KedaiKopi per 16-24 November 2021 dengan 1200 responden dan error sampling 2,83 persen saja, Prabowo berada di peringkat pertama sebagai responden terpopuler dengan angka 93 persen. Sandiaga berada di peringkat ketiga dengan angka 79,7 persen atau tepat di bawah Anies Baswedan yang 87,7 persen.

Dari segi elektabilitas calon presiden, Prabowo berada di peringkat teratas di angka 23,9 persen. Sandiaga Uno berada di bawah Jokowi dengan angka 3,6 persen. Namun nama Sandiaga berada pada posisi teratas dengan angka 17,9 persen jika menjadi wakil presiden.

Kunto memandang, status Prabowo dan Sandiaga sudah membuat Gerindra punya modal besar dalam Pilpres 2024. Sebagai contoh, di Jawa Barat, Prabowo berhasil memegang suara pendukung laki-laki Jawa Barat, sementara Sandiaga lebih ke ibu-ibu. Jika digarap dengan baik, suara Gerindra bisa sangat solid.

Keuntungan dari elektabilitas tinggi Prabowo dan Sandiaga juga menguntungkan bagi Gerindra untuk berkoalisi. Dalam simulasi yang dilakukan KedaiKopi, koalisi Gerindra+Golkar bisa membuat tingkat keterpilihan hingga 65,9 persen. Jika berkoalisi dengan PDIP, maka poros Gerindra+PDIP bisa membawa efek keterpilihan sekitar 63,6 persen.

Sementara itu, Prabowo bisa membuat koalisi lagi seperti koalisi 2019 yakni dengan PKS dan PAN. Angka yang muncul diprediksi di atas 60 persen karena basis massa di 2019 bisa dioptimalkan lagi.

“Jadi menurut saya kalau hitung-hitungan menguntungkan di atas kertas, Gerinda ini sekarang posisinya paling enak untuk bisa memilih, ya tentu saja selain PDIP yang bisa maju sendiri," kata Kunto.

Namun Kunto memandang Sandiaga akan sulit untuk mendapatkan tiket di bursa capres-cawapres 2024 lewat Gerindra. Sandiaga bisa saja menjadi cawapres jika kembali bersanding bersama Prabowo layaknya Pilpres 2019.

Di luar dari opsi tersebut, Kunto melihat Sandiaga akan terganjal dengan syarat presidential threshold. Ia beralasan, partai harus berkoalisi demi memenuhi standar ambang batas 20 persen. Namun partai di luar Gerindra tentu juga ingin ketua umum partai mereka lah yang didorong sebagai calon presiden.

Kunto juga menduga langkah Sandiaga maju dalam pilpres sulit lewat aksi sowan ke kantor Kementerian Pertahanan beberapa waktu lalu. Ia melihat, langkah Sandiaga menemui Prabowo langsung ke Kemenhan merupakan simbol politik Indonesia yang masih kental dengan konsep budaya Jawa.

“Jadi menurut saya kenapa tadi mengatakan peluang Prabowo untuk maju lebih besar daripada Sandiaga Uno, salah satunya dari pertemuan dua hari yang lalu itu," kata Kunto.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz