Menuju konten utama

Gerhana Matahari Cincin 21 Juni: Fase, Cara Amati & Daftar Wilayah

Gerhana matahari cincin (GMC) dapat diamati pada besok Minggu, 21 Juni 2020.

Gerhana Matahari Cincin 21 Juni: Fase, Cara Amati & Daftar Wilayah
Gerhana Matahari Cincin sebesar 70% terlihat dari Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (26/12/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Gerhana matahari cincin (GMC) akan muncul pada Minggu (21/6/2020) dan melewati sebagian kawasan di Indonesia. Gerhana matahari terjadi ketika cahaya matahari terhalang oleh bulan sehingga tidak semuanya sampai ke bumi.

Saat gerhana matahari cincin terjadi, terdapat antumbra dan penumbra. Antumbra merupakan wilayah gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Cincin, sementara di wilayah lainnya yang teramati berupa Gerhana Matahari Sebagian atau penumbra.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), penumbra yang dapat diamati di Indonesia adalah Gerhana Matahari Sebagian, kecuali di sebagian besar Jawa dan sebagian kecil Sumatera bagian Selatan.

Dilansir dari laman resmi BMKG, gerhana matahari cincin terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Pada saat itu, piringan bulan yang bisa dilihat dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari. Akibatnya, saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.

Wilayah yang dilewati jalur cincin pada GMC 21 Juni 2020 adalah Kongo, Sudan Selatan, Ethiopia, Yaman, Oman, Pakistan, India, Cina, dan Samudera Pasifik. Kemudian sedikit di wilayah Afrika bagian Utara dan Timur, Asia (termasuk Indonesia), Samudra India, sebagian negara Eropa, Australia bagian Utara, dan Samudera Pasifik.

Selain itu, fenomena gerhana matahari cincin ini bakal menghiasi langit di delapan kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu. Delapan kabupaten dan kota di Bengkulu yang bisa melihat GMC yakni, Kota Bengkulu, Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma.

Jika Anda ingin menyaksikan GMC pada 21 Juni 2020, sebaiknya tidak menggunakan mata telanjang. Berikut beberapa cara/peralatan yang dapat digunakan untuk mengamati gerhana Matahari dengan aman berdasarkan rekomendasi LAPAN:

1. Kamera pinhole (kamera lubang jarum)

Kamera ini dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang sederhana. Terdapat banyak tutorial dari internet untuk membuat kamera lubang jarum dengan berbagai variasi bentuk.

2. Kacamata matahari

Kacamata ini bukanlah kacamata hitam biasa, melainkan kacamata dengan lensa khusus yang dirancang untuk menghalangi sebagian besar cahaya Matahari.

3. Binokular atau teleskop

Konsep dan prinsip penggunaan binokular serupa dengan kamera lubang jarum. Perbedaannya adalah, citra Matahari diproyeksikan melalui lensa pembesar, bukan “lubang jarum”. Penggunaan binokular atau teleskop akan dapat menghasilkan proyeksi gerhana yang lebih besar dan tajam dibanding kamera lubang jarum.

Binokular dapat dipasangkan ke tripod agar dapat berdiri dengan stabil, lalu diarahkan ke Matahari. Jangan pernah melihat melalui eyepiece secara langsung, kecuali terpasang filter khusus Matahari di depan cermin atau lensa objektif

4. Kamera DSLR

Saat pengamatan, jangan langsung arahkan lensa kamera ke Matahari karena dapat merusak sensor kamera. Gunakan filter khusus Matahari untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima kamera. Untuk mendapatkan citra Matahari yang berukuran besar, gunakan lensa telephoto dengan panjang fokus 500-2.000-mm. Lensa standar 200 mm hanya akan menghasilkan citra Matahari yang berukuran kecil.

Untuk pengaturan awal, dapat menggunakan ISO 100, F/8,0 dan shutter speed 1/1.000. Tentunya, pengaturan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi nantinya. Intinya, gunakan ISO rendah dan shutter speed yang tinggi. Untuk fokus, lebih baik atur secara manual. Agar kamera stabil, gunakan tripod.

Baca juga artikel terkait GERHANA MATAHARI CINCIN atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Alexander Haryanto