Menuju konten utama

Gereja di Surabaya Dijaga Ketat Saat Kebaktian pada Hari Ini

Aparat gabungan polisi dan TNI melakukan penjagaan ketat saat kebaktian di gereja-gereja Surabaya berlangsung pada hari ini.

Gereja di Surabaya Dijaga Ketat Saat Kebaktian pada Hari Ini
Sejumlah umat lintas agama melakukan doa bersama dan menyerukan pesan perdamaian bagi bangsa, di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/5/2018). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

tirto.id - Aparat gabungan Polri dan TNI memperketat penjagaan gereja-gereja di Surabaya saat pelaksanaan kebaktian dan misa jemaat, pada Minggu (20/5/2018). Hari ini tepat sepekan usai teror bom terjadi pada tiga gereja di Surabaya.

"Pagi-pagi sekali anggota sudah kami siagakan untuk berjaga demi memberikan rasa aman serta nyaman bagi jemaat yang akan beribadah," ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin saat meninjau aktivitas pengamanan gereja di Surabaya pada hari ini seperti dikutip Antara.

Di sejumlah gereja, pengamanan dilakukan oleh tenaga keamanan sipil, polisi lalu lintas, anggota Brimob Polda Jatim bersenjata lengkap serta pasukan TNI yang membawa senjata laras panjang.

Pada pintu masuk sejumlah gereja di Surabaya dan titik-titik di sekitarnya, pengamanan ketat juga berlangsung.

Bahkan, di beberapa gereja yang lokasinya berada bukan di jalan umum, polisi menutup total arus lalu lintas, kecuali bagi jemaat yang akan melakukan kebaktian.

Pengamanan seperti itu terpantau di Gereja Kristen Abdiel Gloria Pusat di Jalan Pacar Surabaya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Pregolan, dan sejumlah gereja lainnya.

Selain itu, saat masuk lokasi gereja pun para jemaat harus melewati meja penjagaan dari petugas untuk memeriksa tas maupun barang bawaan lainnya.

Pada 13 Mei 2018 lalu, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya. Ketiganya ialah Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna.

Berdasar keterangan kepolisian, aksi bom bunuh diri di tiga tempat itu itu dilakukan oleh satu keluarga, yakni Dita Oepriarto dan istrinya Puji Kuswati bersama keempat anak mereka. Pada malam harinya, ledakan juga terjadi Rusunawa Wonocolo Blok B Lantai 5 mengakibatkan tiga orang tewas, yakni pemilik bom Anton Ferdiantono, istri dan anaknya. Bom "makan tuan" itu meledak di rumah milik Anton.

Sementara pada keesokan harinya, Senin (14/5/2018) pagi, bom bunuh diri kembali terjadi. Kali ini ledakan terjadi di Mapolrestabes Surabaya. Bom bunuh diri ini melibatkan keluarga Tri Murtiono. Dari lima anggota keluarga itu, empat tewas dan satu anak selamat.

Usai insiden ledakan bom pada lima tempat itu, polisi melakukan penangkapan ke sejumlah terduga teroris. Tercatat sudah lebih dari 20 orang yang ditangkap oleh polisi dalam keadaan hidup maupun tewas karena ditembak saat melawan aparat.

Baca juga artikel terkait BOM SURABAYA

tirto.id - Hukum
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom