Menuju konten utama

Gereja di Papua Minta Bentuk Tim Investigasi Khusus Kasus Yeremia

Petrus mendesak Jokowi dan kabinetnya datang ke Distrik Hitadipa dan membuat tim investigasi secara padu yang terdiri dari semua pemangku jabatan.

Gereja di Papua Minta Bentuk Tim Investigasi Khusus Kasus Yeremia
Ilustrasi Yeremia Zambani. tirto.id/Sabit

tirto.id - Gereja-gereja di Papua merespons kasus penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Hitadipa di Intan Jaya, yang diduga ditembak oleh anggota TNI pada Sabtu (19/9/2020) sore pekan lalu.

Ketua Sinode GKII Wilayah II Papua, Pendeta Petrus Bonyanode, mengharapkan pemerintah harus membuat situasi dan kondisi di Distrik Hitadipa agar pulih dan membaik. Pasalnya, kata Petrus, hingga saat ini warga sipil masih mengungsi keluar distrik.

"Saya enggak tahu mengapa TNI bisa begitu hebat menyuruh masyarakat keluar dari Hitadipa. Mereka masyarakat asli di situ, bagaimana mau makan? Injil itu kekuatan di sana, kalau mereka hari Minggu enggak bisa ibadah, ini sesuatu yang luar biasa," kata Petrus saat konferensi pers gereja-gereja di Papua merespons kasus ini via virtual, kemarin (25/9/2020).

Petrus mendesak Presiden Joko Widodo dan kabinetnya bisa datang ke Distrik Hitadipa dan membuat tim investigasi secara padu yang terdiri dari semua pemangku jabatan.

"Hitadipa harus dipulihkan. Rakyat harus kembali. Mereka harus kerja. Mereka harus ibadah ke Tuhan. Hitadipa perlu dipulih," kata Petrus.

Kata Petrus, memang ada beberapa orang warga Distrik Hitadipa yang sedang diminta menjadi saksi oleh kepolisian--termasuk istri Pendeta Yeremia. Namun mereka semua sekarang sedang mengungsi dan ketakutan.

"Situasi ini, mereka lagi pada takut. Polisi enggak mungkin periksa mereka kecuali ada keluarga dekat yang hubungi mereka. Mereka kurang terdidik. Bahasa Indonesia pun mereka enggak bisa. Harus ada alihbahasa bahasa Moni," kata dia.

Petrus menjelaskan saat ini Distrik Hitadipa merupakan salah satu daerah di Intan Jaya yang termasuk daerah operasi militer (DOM). Masyarakat sipil, PNS, hingga anggota DPR pun tak berani ke sana. Kata Petrus, masyarakat asli pun disuruh keluar dari distrik.

"Makanya ini teman-teman media harus bisa menangkap, ini daerah militer. Dan ini yang masuk pasukan non-organik, enggak ngerti budaya di sana. Mereka datang dari luar dan menguasai. Ini kan bermasalah," kata Petrus.

Kata dia, setidaknya ada enam gereja di Distrik Hitadipa dan telah kosong sejak sepekan terakhir. Masyarakat asli diminta keluar dari distrik dan berimbas tak bisa ibadah.

"Ini melanggar HAM. Bagaimana mereka mau makan? Mereka kelaparan. Kesehatan dan pendidikan enggak jalan. Bagaimana?" katanya.

"Harus ada tim investigasi khusus secara padu. Jangan hanya polisi dan TNI saja, enggak betul itu. Ini daerah yang dikuasai TNI non-organik," tambahnya.

Pendeta Yeremia Zanambani, Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Hitadipa di Intan Jaya, tewas ditembak pada Sabtu sore, 19 September 2020.

Menurut lima sumber warga sipil yang diwawancarai Tirto—tiga di distrik tersebut, satu di Nabire, satu di Jakarta—pendeta Yeremia ditembak oleh Tentara Nasional Indonesia.

Baca juga artikel terkait PENDETA YEREMIA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Hukum
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Abdul Aziz