Menuju konten utama

Gengsi Profesi Koki, Tak Sekadar Tukang Masak

Profesi chef alias koki bukan lagi sekadar tukang masak. Ia kini bisa setara dengan pilot ataupun profesi mentereng lainnya. Gajinya pun bisa selangit. Namun, untuk menjadi chef profesional bukan sesuatu yang murah.

Gengsi Profesi Koki, Tak Sekadar Tukang Masak
Aktivitas murid di sekolah memasak I-Cook Culinary Center, Jakarta. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Wangi daun seledri tercium ketika tirto.id menyambangi ruang kelas I-Cook Culinary Center (ICC) di daerah Sunter, Jakarta Utara, Senin siang kemarin. Ada empat orang di dalam ruangan berfungsi sebagai kelas juga dapur itu. Mereka sibuk dengan alatnya masing-masing. Si murid asyik dengan peralatan memasak berikut dengan bahannya, sementara sang guru mondar mandir memperhatikan muridnya. Mereka begitu tekun menjalani aktivitas di dalam ruang kelas itu.

Bunyi pisau beradu dengan talenan terdengar begitu khas di ruangan berukuran sekitar 8x5 meter persegi itu. Sambil menonton acara MasterChef di televisi yang berada di sudut ruang kelas, para murid terdiri dari dua wanita dan satu lelaki memacu pisau mereka dan memotong dengan super cepat. Sementara seorang instruktur kelas itu duduk di bangku deretan paling belakang. Dia pun bergegas mendekati salah seorang murid dan mencicipi makanan yang baru saja dibuat.

“Wah enak, apalagi ditambah saus,” ujarnya sang instruktur memuji. Begitulah kira-kira gambaran singkat kelas memasak di I-Cook Culinary Center, berada di kawasan Sunter, Jakarta Utara.

I-Cook Culinary, merupakan salah satu dari sekian banyak sekolah memasak di Jakarta yang menciptakan para juru masak andal. Bagi mereka yang ingin menjalani profesi sebagai juru masak atau chef, I-Cook Culinary Center bisa menjadi salah satu sekolah referensi untuk belajar memasak. Di sini, calon juru masak akan digembleng untuk menjadi chef profesional. Di tempat ini juga menerima siswa yang hanya ingin melampiaskan hobi termasuk juga mereka yang mau menjelajahi bisnis kuliner.

Mario salah satunya, dia sudah tiga bulan berguru di I-Cook Culinary Center untuk belajar menjadi seorang juru masak. Tujuannya Mario bukanlah untuk bekerja, namun dia belajar di I-Cook Culinery Center karena ingin membuka usaha kuliner. “Saya ingin bisnis kuliner,” ujar Mario disela-sela waktu belajarnya.

Esther Siburian, salah seorang marketing I-Cook Culinary Center mengatakan, sejatinya murid murid yang belajar di sekolah memasak ini memang tidak hanya dibentuk untuk menjadi juru masak professional, melainkan juga mampu berwiraswasta. Dalam seminggu para murid murid itu digembleng buat menjadi juru masak andal. Porsi belajarnya, 20 persen teori dan 80 persen sisanya adalah praktik. “Jadi mereka selain nanti bisa kerja di industri perhotelan atau resto , mereka juga diajarkan di sini untuk jadi pelaku usaha,” ujar Esther.

Lalu berapa biaya dikeluarkan buat belajar selama 6 bulan di I-Cook Culinary Center?

Biaya yang dikeluarkan di sekolah masak itu memang tidak sedikit. Di I-Cook Culinary Center, ada lima program yang bisa diambil bagi calon murid mulai dari belajar memasak untuk menjadi chef hingga menjadi seorang peracik minuman atau bartender. Untuk program khusus juru masak per enam bulan biayanya Rp30 juta. Lulusannya pun dijamin menjadi juru masak professional dan ahli dalam Food and Bakery. Sebab progam ini mengajarkan siswa untuk bisa berbagai jenis masakan.

Program kedua, namanya Special Class. Untuk empat kali pertemuan mengikuti program ini, biayanya Rp 4 juta. Special Class mengajarkan membuat roti dari berbagai negara. Kurikulum yang diajarkan juga bisa pilih sendiri sesuai minat, masakan Indonesia atau masakan Cina, juga bisa memilih Cofee Shop. Waktu belajar untuk program ini bisa empat atau tiga jam dalam sehari.

Kemudian program selanjutnya yang bisa dipilih yaitu, Bar Class. Biaya untuk ikut belajar menjadi bartender ini Rp 7,2 juta untuk 6 kali pertemuan. Kalau mau cuma tiga kali pertemuan, biayanya Rp 3,8 juta. Materi yang diajarkan berupa meracik minuman seperti kopi, bubble tea, smoothies, mocktails hingga flavoures tea.

Selain tiga program yang bisa dipilih bagi calon siswa, dua kelas khusus juga disediakan I-Cook Culinary Center untuk cara membuat kopi dan juga kelas private belajar memasak masakan seluruh dunia. Untuk Coffee Class, harganya Rp 4 juta buat empat kali pertemuan. Sementara untuk Private Class belajar masakan mulai dari makanan khas Jepang, Cina hingga Eropa, kelas khusus ini juga mengajarkan pembuatan pasta dan roti. Tentu biayanya sebanding dengan ilmu yang di dapat, buat lima kali pertemuan Rp7.250.000.

Menurut Esther, guru dan materi yang diberikan juga sebanding dengan harga buat belajar di ICC. Kebanyakan kata dia, guru-guru yang mengajar di I Cook Culinary Center berasal dari para chef hotel berbintang lima yang ada di Indonesia. “Mereka harus sudah berpengalaman di bidangnya. Misalnya mereka ada yang ahli di Chinesse, Japanese dan lain-lain,” ujar Esther.

Gaji mencapai ratusan juta

Biaya dikeluarkan untuk menjadi seorang chef atau juru masak memang mahal. Rata-rata sekolah memasak yang ada di Jakarta mematok harga buat menikmati pendidikan menjadi chef kisaran Rp20 juta sama Rp 30 juta per enam bulan. Namun, di balik mahalnya biaya sekolah menjadi seorang juru masak, sebanding kah dengan pendapatannya kelak?

Menurut Kepala Sekolah I-Cook Culinary Center, Adhie Martadi, gaji seorang chef begitu menggiurkan, apalagi jika mereka bekerja di luar negeri seperti di Amerika. Menurut Adhie, gaji seorang juru masak di restoran bisa mencapai Rp60 juta. Gaji itupun belum termasuk dengan fasilitas untuk keluarga dan biaya anak sekolah yang ditanggung perusahaan. Sedangkan di Indonesia, untuk gaji juru masak hotel berbintang lima kisarannya bisa mencapai Rp 50 juta perbulan.

“Gajinya besar, jujur, apalagi kalau sudah kembali dari luar negeri,” ujar Adhie saat berbincang dengan tirto.id, Senin siang.

Menurut dia, gaji sebesar itu belum seberapa dibandingkan jika bekerja sebagai juru masak di kapal pesiar. Paling tidak para chef atau juru masak khusus untuk kapal pesiar, gajinya mencapai Rp 120 juta perbulan. “Apalagi kita lari ke kapal,” tutur Adhie yang juga menjabat sebagai Ketua Indonesia Chef Asosiation (ICA) Jakarta Utara ini.

Dia pun menegaskan jika juru masak asal Indonesia nomor dua dari Australia. Begitu juga dengan masakannya, kuliner Indonesia memiliki potensi sangat luar biasa di mata dunia. “Kalau di kelas dunia, orang luar yang mau jauh-­jauh belajar hanya untuk jadi chef, orang Indonesia,” ujarnya.

Jika Adhie bilang pendapatan menjadi seorang chef atau juru masak menggiurkan, sama halnya dengan yang diutarakan oleh Edwin Lau. Juri di program tayangan televisi MasterChef ini mengatakan, pendapatannya tak ternilai. Edwin yang sudah jatuh bangun dalam perkara chef di Indonesia itu kini menuai hasil dari jeri payahnya dulu. Sebagai selebrity Chef, pendapatannya saat ini tak kalah dari para selebriti.

“Saya adalah seorang celebrity chef yang menerapkan rate-nya sendiri untuk berbagai jenis jasa yang bisa saya lakukan. Jadi saya lebih leluasa dalam menentukan pendapatan saya sendiri dan tidak terikat pada suatu naungan organisasi atau perusahaan,” ujar Edwin melalui sambungan telepon, Senin malam kemarin.

Diapun menegaskan, kini profesi chef atau juru masak tak lagi dipandang sebelah mata di Indonesia. Apalagi saat ini bisnis kuliner di Indonesia juga sudah maju dengan mengubah konsep seperti di restoran dengan “Open Kitchen”. “Sekarang, profesi Chef sudah sama levelnya seperti profesi seorang dokter, artis, maupun seniman. Standar gajinya meningkat drastis,” kata Edwin.

Belajar Jadi Koki di Luar Negeri

I-Cook Culinary Center (ICC) hanya salah satu contoh sekolah khusus memasak di Indonesia yang menjanjikan para calon chef untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang juru masak andal. Biayanya pun masih terbilang terjangkau jika dibandingkan bersekolah khusus chef hingga ke luar negeri.

Sejatinya untuk menjadi seorang chef andal, biayanya memang mahal. Di luar negeri banyak sekolah sekolah khusus masak yang menjadi rujukan jika ingin menempuh pendidikan menjadi seorang chef profesional. Salah satunya di Rhode Island, sebuah negara bagian Amerika Serikat, sekolah khusus para chef ini bisa ditempuh di Johnson & Wales University. Di kampus ini, kocek yang harus dikeluarkan buat mengenyam pendidikan memasak berkisar antara $54.312 sampai $108.624. Sementara di Chicago's Kendall College, biaya untuk menjadi seorang chef berkisar $53.772 sampai $89.667.

Kalau mau bagus mengenyam pendidikan di salah satu kampus Tata Boga favorit seperti di Culinary Institute of America di Hyde Park dan St. Helena, California, biaya yang dikeluarkan sekitar $52.920 sampai 105.840. Sedangkan di Inggris yaitu, New England Culinary Institute pendidikan untuk menjadi seorang chef harganya $52.500 sampai $82.350.

Institute of Culinary Education yang berada di New York City termasuk tempat menimba ilmu menjadi seorang chef dengan biaya terjangkau. Di sini, untuk menjadi seorang chef hanya mengeluarkan biaya dari $30.278 sampai $34.278. Sekolah khusus chef di L'Academie de Cuisine yang letaknya dekat Washington DC juga mematok biaya murah untuk mengenyam pendidikan chef. Di L'Academie de Cuisine, biaya yang dikeluarkan $29.500 untuk 1.620 jam belajar.

Mahalnya sekolah buat menjadi juru masak atau chef itu memang sebanding dengan gaji yang didapatkan nanti. Seperti dilansir dari U.S. Bureau of Labor Statistics (BLS), pada tahun 2011 rata-rata gaji seorang chef di Amerika sebesar $74.060. Sedangkan pada 2012, seorang eksekutif chef yang bekerja pada sekolah masak digaji sebesar $67.995. Sementara, seorang Personal Chef yang bekerja di restoran 10 teratas menerima bayaran sebesar $45.120. Sedangkan untuk chef yang sedang melakukan magang atau asisten memasak, mereka rata-rata mendapatkan gaji sebesar $25.076.

Baca juga artikel terkait CHEF atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Mild report
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti