Menuju konten utama

Gempa Bumi Hari Ini di Pasawaran Lampung 5 Kali & Penjelasan BMKG

Diduga pembangkit gempa ini adalah Sesar Menanga (Menanga Fault) yang jalurnya memotong Gunung Pasawaran di Lampung.

Gempa Bumi Hari Ini di Pasawaran Lampung 5 Kali & Penjelasan BMKG
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Wilayah Pasawaran, Lampung diguncang gempa tektonik dengan magnitudo 3,4 pada Rabu, 6 Januari 2021 pukul 10.38.40 WIB.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, episenter gempa Pasawaran ini terletak pada koordinat 5,58 LS dan 105,16 BT tepatnya di laut pada jarak 22 km Tenggara Pesawaran, Lampung, pada kedalaman 3 kilometer.

Menurutnya, gempa Pasawaran ini berdasarkan pada lokasi episenter dan kedalamannya termasuk dalam klasifikasi gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.

"Diduga pembangkit gempa ini adalah Sesar Menanga (Menanga Fault) yang jalurnya memotong Gunung Pasawaran di Lampung," kata Daryono.

Berdasarkan pemodelan shake map dan laporan masyarakat, guncangan gempa dirasakan di wilayah Kemiling dan Pesawaran dengan skala intensitas III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan mengenai dampak kerusakan sebagai dampak gempa tersebut.

"Hingga pukul 11.30 WIB siang ini, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock)," ujar Daryono.

Tetapi gempa ini sebelumnya diawali oleh 4 kali rentetan gempa pendahuluan dengan magnitudo 2,2 hingga 2,7 sehingga total gempa sejak pagi dini hari tadi sudah 5 kali. Daryono mengimbau agar masyarakat tetap waspada dengan meningkatknya aktivitas gempa di Pasawaran Lampung ini.

Sementara itu, skala MMI (Skala Mercalli) adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada 1902. Skala MMI lalu dimodifikasi oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann pada 1931.

Skala MMI terbagi menjadi 12 kategori dampak guncangan gempa bumi. Petunjuk soal dampak gempa yang dimaksudkan pada setiap kategori skala MMI adalah sebagai berikut:

Skala I MMI: Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang

Skala II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Skala III MMI: Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Skala IV MMI: Getaran dirasakan banyak orang di dalam rumah, di luar rumah oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Skala V MMI: Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

Skala VI MMI: Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik bisa rusak, kerusakan ringan.

Skala VII MMI: Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur. Cerobong asap pecah. Getaran dirasakan oleh orang yang naik kendaraan.

Skala VIII MMI: Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen bisa roboh. Air menjadi keruh.

Skala IX MMI: Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

Skala X MMI: Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah pun terbelah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

Skala XI MMI: Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

Skala XII MMI: Hancur sama sekali, Gelombang tampak di permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

Baca juga artikel terkait GEMPA LAMPUNG atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH