Menuju konten utama

Gelombang Panas dan Topan Faxai di Jepang, 2 Orang Meninggal

Suhu di Jepang mencapai di atas 35 derajat celcius dan daerah yang dilanda Topan Faxai pada Senin (9/9/2019) mengalami pemadaman listrik.

Gelombang Panas dan Topan Faxai di Jepang, 2 Orang Meninggal
Orang-orang menonton termometer yang membaca 41,2 derajat Celcius (106,16 derajat Fahrenheit) di dekat stasiun Tajimi, prefektur Gifu, Jepang tengah. Suhu panas yang membakar diperkirakan untuk petak lebar Jepang dan Korea Selatan dalam gelombang panas yang telah lama berjalan. Merkuri diperkirakan akan mencapai 39 derajat Celsius (102 derajat Fahrenheit) pada Senin (23/7/2018. AP/Yoshiaki Sakamoto/Kyodo News

tirto.id - Gelombang panas di Tokyo menyebabkan dua orang meninggal dunia, berdasarkan laporan pada Rabu (11/9/2019), sedangkan ratusan rumah lainnya mengalami pemadaman listrik setelah angin topan melanda Tokyo dan sekitarnya.

Dilansir Channel News Asia lansia berusia 93 dan 65 tahun tidak sadarkan diri di rumah mereka masing-masing pada Selasa (10/9/2019) dan kemudian meninggal dunia. Ada sekitar 48 orang masuk rumah sakit terkait gelombang panas.

Suhu di Jepang mencapai di atas 35 derajat celcius dan daerah yang dilanda Topan Faxai pada Senin (9/9/2019) mengalami pemadaman listrik. Hingga Rabu pagi, sekitar 456 ribu rumah tidak dapat mengakses listrik.

"Tolong berlindung di tempat-tempat dingin dan minum air untuk menghindari cuaca panas," kata Tokyo Electric Power (TEPCO) dalam sebuah pernyataan.

Selain listrik, 84 ribu rumah tidak dapat mengakses air karena rumah-rumah tersebut listrik untuk menyalakan pompa air. Air dapat kembali diakses setelah listrik berangsur pulih. Dengan bantuan militer, pemerintah mendistribusikan tangki air darurat di tempat-tempat tersebut.

Topan Faxai melandai Tokyo pada Senin pagi. Pemerintah telah memberi peringatan sebelumnya, sehingga sekitar 10 ribu orang telah diimbau untuk mengungsi.

Topan itu mengakibatkan dua orang tewas dan menunda jadwal transportasi umum Tokyo. Pemutusan listrik juga terjadi di Chiba yang membuat sekitar 17 ribu penumpang menunggu di bandara Narita karena jalur transportasi listrik terputus.

Bulan Agustus lalu, gelombang panas membuat 57 orang meninggal, 18 ribu orang dirawat di rumah sakit, South China Morning Post melaporkan. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit mengeluhkan beberapa gejala seperti tangan kebas dan kepala pusing.

Keikyu Corporation, perusahaan pemiliki kereta, listrik yang dimiliki tidak mampu menyalakan AC di dalam kereta. Penumpang hanya bisa membuka jendela kereta atau memilih tempat dekat kipas angin. Beberapa jadwal perjalanan di kereta jalur utama juga ditunda sekitar dua jam.

"Ada pengumuman [bagi penumpang] untuk membuka jendela, dan kami melakukannya. Setelah keluar dari kereta, saya takut saat melihat beberapa orang sudah digotong di atas tandu," kata seorang penumpang.

Di Bandara Narita, staf Keikyu menganjurkan para penumpang yang hendak ke Tokyo untuk memakai kereta api atau bus.

Angka kematian pada Agustus lalu merupakan angka kematian tertinggi kedua sejak 2008. Juli tahun 2018 lalu, 56 meninggal terkait gelombang panas, dan 22 ribu orang dirawat di rumah sakit, The Japan Times melansir.

Baca juga artikel terkait GELOMBANG PANAS atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra