Menuju konten utama

Gedung Filateli, Harapan Hidup Pos Indonesia

Pos Indonesia mengkomersialisasi sejumlah propertinya agar tetap eksis di tengah kerasnya daya saing

Gedung Filateli, Harapan Hidup Pos Indonesia
Gedung Filateli Pasar Baru, Jakarta. FOTO/Wikipedia

tirto.id - Badriah satu-satunya orang yang menyapa saya di kawasan Gedung Filateli, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Ia seorang pedagang perangko dan materai lawas yang berjualan di gang penghubung Gedung Filateli dan Kantor Pos Pasar Baru. Kami berjumpa menjelang tengah hari. Saya jadi calon pembeli pertama. Di gang ini barang dagangan Badriah tak lagi laku seperti dulu. Ia lantas mengingat tahun 1980an saat dagangan sedang laris-larisnya.

Dulu yang rutin berjualan ialah suami Badriah. Setelah suaminya meninggal, Badriah melanjutkan usahanya. Barang dagangan dipasarkan di pinggir jalan raya. Turis asing dan penggemar benda kuno jadi konsumernya. “Kami digusur waktu pembangunan busway. Katanya suruh pindah ke sini. Sekarang di sini sepi. Gedung sebelah aja udah dibeli orang Amerika,” tutur perempuan lansia ini.

Badriah menunjuk Starbucks, satu-satunya tempat di kawasan Gedung Filateli yang tampak ramai. Siang itu hampir seluruh kursi terisi. Sebagian besar tamu kedai merupakan siswa dan siswi sekolah yang mengerjakan tugas atau sekadar kongko-kongko sepulang sekolah. Tadinya kawasan ini ialah bagian kantor Gedung Filateli. Beberapa tahun lalu, sebagian area gedung yang menghadap ke kali Pasar Baru disewakan kepada pihak swasta. Sebelum Starbucks, ruang tersebut pernah berfungsi sebagai Indomaret.

Dari tahun ke tahun, area Gedung Filateli yang disewakan kian meluas. Area yang menjadi kekhasan gedung yakni ruang dengan jendela melengkung berhias kaca patri akhirnya disewakan. Penyewanya ialah pemilik Ev Hive, usaha coworking space. Ev Hive @Filateli ialah cabang ke 19 dari coworking space yang didirikan pada tahun 2015.

Di ruang tersebut terletak sekitar 50 kursi kerja beserta meja-meja panjang tanpa sekat. Area kerja diapit oleh dua ruang memanjang yang dibagi menjadi beberapa ruang untuk keperluan kerja kelompok. Ketika saya datang, seorang pekerja tengah membersihkan tempat duduk bertingkat yang ada di samping kursi-kursi kerja itu.

Di ruangan itu hanya ada kami. Tanpa resepsionis dan tanpa pintu utama yang terkunci. Usai bersih-bersih ia berkata bahwa hari itu sedang tidak ada acara sehingga tidak ada orang yang datang. Tak berapa lama, seorang wanita masuk ke area gedung untuk mencari tahu informasi tentang penyewaan gedung. Ia tidak ingin lagi menunggu anak pulang sekolah di dalam kafe. Ibu itu butuh tempat yang sepi dan kondusif untuk bekerja.

Sebagian orang menganggap gedung tersebut hanya sebuah area kosong. Sebelum berfungsi sebagai coworking space, interior gedung digunakan sebagai tempat acara internal karyawan Pos Indonesia.

infografik napak tilas zaman surat suratan

Tujuh tahun lalu Adjie Hadipriawan, pendiri komunitas Love Our Heritage kerap menjadikan Gedung Filateli sebagai salah satu destinasi tur dalam kota. “Saya bikin tur agar orang tahu aktivitas di gedung ini di masa lalu. Bagaimana sistem mereka mengirim surat dan paket,” kata Adjie yang bicara dalam tempo lambat. Pria ini membawa para peserta tur mengelilingi seluruh bagian ruang gedung yang saat itu masih diisi mesin-mesin cetak tua. Ia menceritakan pada peserta tentang fungsi ruang percetakan dan pengemasan tagihan kartu kredit, salah satu unit usaha yang pernah dimiliki Pos Indonesia.

Ingatan Adjie begitu melekat pada lantai dua Gedung Filateli, bekas lokasi markas komunitasnya. Di sana pun ada ruangan bagi pedagang filateli menjual surat-surat lama, bekas bungkus rokok, materai, dan perangko. Adjie berkisah di gedung tersebut rutin diselenggarakan acara lelang perangko. “November 2017 lalu kami harus pindah. Katanya ada bagian gedung yang akan difungsikan sebagai restoran. Buat saya gedung itu berkesan karena punya nilai sejarah. Sebenarnya sayang juga kalau beralih fungsi.” Sejak saat itu, Adjie jarang datang ke Gedung Filateli. Kegiatan tur pun berhenti karena Adjie sempat terserang stroke.

Handriani Tjatur Setijowati, Presiden Direktur PT Pos Properti Indonesia berkata sejak pergantian direksi pada tahun 2016, Pos Properti Indonesia punya tujuan untuk meningkatkan penjualan pos. “Kami hendak mengkomersialisasi dan mengutilisasi aset pos di Indonesia. Cara tercepat menurut kami ialah menciptakan keramaian lewat pembentukan ruang pertemuan. Kami menilai visi ini cocok dengan coworking space. Selain sebagai penghasilan tambahan, kerjasama ini juga jadi cara kami menyosialisasikan kembali pos Indonesia sebagai perusahaan yang pernah jadi pemimpin di bisnis logistik. Sekarang kami sedang membangun kembali fondasi itu,” tutur Wati.

Ada 3.400 aset pos yang berpotensi untuk dikomersialisasi. Wati menyusun prioritas aset yang lebih baik digarap terlebih dahulu. Salah satunya Pasar Baru. Ia memutuskan untuk mendekati Ev Hive. “Ev Hive sudah pernah bekerjasama dengan kami. Awalnya mereka menyewa properti pos di Jakarta Selatan kemudian di kantor Pos Indonesia. Bisnis mereka berkembang cepat. Saya mengajak kerjasama untuk Gedung Filateli ini. Kali ini sistemnya bagi hasil.”

Kerjasama itu diresmikan pada 6 April lalu. Saat itu Ev Hive mengadakan acara bazaar seni, pertunjukan musik, lokakarya menggambar, dan kelas kaligrafi. “Kami mengundang banyak komunitas. Harapan kami muncul interaksi organik antar pengguna coworking space. Kami pun akan mengadakan acara-acara yang bisa membuka peluang kolaborasi. Banyak pengunjung yang baru pertama kali datang ke ke Gedung Filateli. Beberapa anggota komunitas juga telah menunjukkan ketertarikan untuk mengadakan acara di sini,” kata Kennita Kurniawan, Head of Marketing Ev Hive.

Kennita optimistis lantaran banyak komunitas yang ada di Jakarta Pusat. Wati pun menyiratkan rasa optimistis yang sama. Rasa yang belum dimiliki Badriah sekarang. Ia masih berharap agar kiosnya kembali ramai didatangi pembeli.

Baca juga artikel terkait KANTOR POS atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti