Menuju konten utama

Beda dengan Mendag, Buwas Sebut Stok Beras Bulog Hampir 1 Juta Ton

Buwas sebut stok beras Bulog per 25 Maret 2021 hampir 1 juta ton. Pernyataan Buwas ini bertolak belakang dengan klaim Mendag Lutfi.

Beda dengan Mendag, Buwas Sebut Stok Beras Bulog Hampir 1 Juta Ton
Dirut Perum Bulog Budi Waseso (kanan) bersama Kepala Bulog Divre Jabar Benhur Ngkaimi (kiri) memeriksa ketersediaan beras di Gudang Bulog Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pd.

tirto.id - Direktur Utama Bulog Budi Waseso atau akrab disapa Buwas menyatakan stok beras Bulog per Kamis (25/3/2021) hampir menyentuh 1 juta ton atau tepatnya 932.000 ton. Buwas bilang stok ini terus bertambah seiring penyerapan beras yang dilakukan Bulog saat panen raya Maret-April 2021 ini.

Dari jumlah 932.000 ton, sekitar 902.000 tonnya merupakan beras cadangan pemerintah (CBP). Stok ini sudah naik dari sebelumnya yang mencapai sekitar 800.000 ton. Sementara idealnya stok beras Bulog minimal mencapai 1 juta ton beras.

Penjelasan Buwas ini berbeda dengan klaim Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi yang sempat menyatakan stok beras Bulog saat ini di bawah 500.000 ton karena dari total 800.000 ton sekitar 300.000 tonnya turun mutu.

Menurut Buwas posisi stok beras Bulog ini menunjukkan sebenarnya impor tidak diperlukan. Ia juga mengingatkan ini sejalan dengan langkah Presiden Joko Widodo untuk mencintai produk dalam negeri.

"Saya ingin menjamin pangan itu aman, khususnya beras di seluruh Indonesia. Dan saya berkeyakinan bahwa kita ini bisa swasembada pangan, dan tidak perlu buru-buru menyatakan impor," ucap Buwas.

Impor menurut Buwas juga tak diperlukan karena kondisi 2021 ini berbeda. Ia mencontohkan pada 2018 lalu, Bulog pernah terpaksa mengimpor beras 1,8 juta ton karena waktu itu stok Bulog hanya berkisar 600.000 ton. Waktu itu impor diperlukan karena ada kebutuhan program bansos rastra yang diselenggarakan Kemensos dengan kebutuhan per tahun 2,6 juta ton.

Kini program bansos itu tidak ada dan sudah diubah menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Alhasil impor menjadi semakin tak relevan untuk tahun 2021 ini.

Di sisi lain, Buwas mengingatkan untuk belajar dari kesalahan impor beras 2018 yang nyatanya masih tersisa hingga hari ini karena sebagian beras tak terserap imbas perubahan dari rastra ke BPNT. Dari 300.000 ton sisa beras impor, 106.000 ton sudah berpotensi rusak atau turun mutu.

"Belum apa-apa kita sudah menyatakan impor, apalagi yang mendasar yaitu beras. Apalagi ini masa panen,” ucap Buwas.

Baca juga artikel terkait STOK BERAS atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz