Menuju konten utama

Gaya Hidup Sehat Selebgram Tak Sepenuhnya Menginspirasi

Gaya hidup sehat ala Selebgram dapat memicu perundungan sekaligus melanggengkan stigma terhadap orang bertubuh gemuk.

Gaya Hidup Sehat Selebgram Tak Sepenuhnya Menginspirasi
Ilustrasi instagram. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - “Dulu berarti aku selebar kaosku itu, sampai nggak muat lingkar pinggul, paha, lengan, dan dada. Pantas saja ada yang bilang kayak karung beras, kulkas dua pintu, TV 40 inchi.”

Andria Nidyandra pernah merasakan betapa tak menyenangkannya punya tubuh gemuk. Diet menjadi pilihannya ketika rasa begah dan minder semakin tak bisa ditahannya. Perlahan-lahan, Andria mengubah gaya hidupnya. Tak sekadar mengatur pola makan, dia juga rutin berolahraga.

Setelah hampir dua tahun membiasakan diri dengan pola makan yang sehat, perempuan ini perlahan mendapatkan berat tubuh idamannya. Selama itu pula, dia kerap mengunggah menu hariannya di Instagram.

Selain mengunggah menu makannya, dia juga tak jarang memamerkan bentuk tubuhnya sebelum dan setelah mengubah gaya hidup. Postingan-postingan itu menggugah semangat warganet untuk mengikuti pola makannya.

Kini, Andria dikenal sebagai salah satu selebgram yang mengkampanyekan gaya hidup sehat. Tak kurang dari 21 ribu akun menjadi pengikutnya.

Berbeda dengan Maya, selebgram lain bernama Sherent Wilson justru menghindari nasi. Atas saran dokter, dia lantas mengganti nasi dengan umbi-umbian yang mengandung karbohidrat kompleks.

Hasilnya, berat badannya yang semula 80 kilogram kini turun di angka 49-51 kilogram. Mengikuti langkah Andria, Sherent kerap membagikan fotonya sebelum dan sesudah mengubah gaya hidupnya. Dia mengaku merasa lebih sehat dan ingin menginspirasi warganet.

Media sosial memberi efek besar dalam mengubah pola makan manusia. Tak melulu untuk mengikuti tren yang sedang berkembang, media sosial seperti Instagram juga mengubah perspektif orang untuk memperhatikan yang mereka makan.

Lewat Instagram, makanan diet tampil lebih menarik. Orang lantas terpacu untuk mengonsumsi makanan yang serupa demi mendapatkan tubuh yang ideal. Namun, benarkah selebgram sepenuhnya menginspirasi?

Menurut Proud2Bme, tindakan membandingkan tubuh seperti yang dilakukan Andria dan Sherent dapat memicu perundungan sekaligus melanggengkan stigma terhadap orang bertubuh gemuk.

Sebagai komunitas daring remaja, Proud2Bme memang memiliki tujuan untuk mengkampanyekan citra tubuh positif.

Kendati si pengunggah menambahkan tagar semacam #strongnotskinny, #fitspiration, #eatclean, dan #bodygoals yang identik dengan ajakan hidup sehat, postingannya justru menggelincirkan para pengikutnya untuk berpikir tubuh gemuk adalah tubuh yang tak layak dibanggakan.

Brenna O’Malley sepakat bahwa perundungan di media sosial tak melulu tentang membandingkan bentuk tubuh, namun juga mencakup apa yang dimakan orang lain.

Menurut nutrisionis dari New York University ini, kebiasaan selebgram mengunggah foto makanan ke media sosial bisa memicu para pengikut melakukan penghakiman.

Orang cenderung memuji sekaligus iri pada orang lain yang mengunggah makanan seperti pizza dan es krim, sementara di sisi lain menganggap makanan tersebut hanya “sampah” bagi tubuh.

Dari sudut pandang pengguna media sosial yang bertubuh gemuk, Caitlin Cantor menyarankan selektif dalam mengikuti akun-akun di media sosial adalah kunci terhindar dari rasa rendah diri.

Jika tetap ingin mengikuti akun kesehatan dan olahraga, terapis dari Philadelphia ini juga menekankan pilihlah akun yang kontennya menyugesti pentingnya mendapatkan tubuh yang sehat ketimbang berat tubuh yang ideal.

“Jangan terlalu kritis dan ciptakanlah kekuatan pendukung dalam diri Anda sendiri. Itu akan mendorong Anda agar lebih disiplin berolahraga. Selain itu, bersyukurlah dengan tubuh yang Anda dapatkan karena tubuh itulah yang membantu Anda bertahan hidup sampai sekarang,” jelas Cantor.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP SEHAT atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Artika Sari
Penulis: Artika Sari
Editor: Yantina Debora