Menuju konten utama

Garuda akan Evaluasi Target Laba 2018 Menyusul Kenaikan Bahan Bakar

Pahala mengatakan, biaya bahan bakar pesawat naik sebesar 12 persen menjadi 639,7 juta dolar AS pada semester I/2018.

Garuda akan Evaluasi Target Laba 2018 Menyusul Kenaikan Bahan Bakar
Pesawat Garuda Indonesia. Antara foto/M Agung Rajasa.

tirto.id - PT Garuda Indonesia (Persero) berencana mengevaluasi target laba bersih pada tahun ini. Rencana itu menyusul adanya kenaikan biaya operasional untuk bahan bakar pesawat (avtur) sebesar 12 persen pada semester I/2018. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berada di kisaran Rp14.400, sehingga biaya bahan bakar pesawat semakin melambung.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala N. Mansury mengatakan, biaya bahan bakar pesawat pada semester I/2017 sebesar 571,1 juta dolar AS, naik 12 persen menjadi 639,7 juta dolar AS pada semester I/2018. Sementara porsi biaya operasional untuk bahan bakar pesawat ada sekitar 35 persen.

"Bayangkan fuel [bahan bakar pesawat/avtur] kalau naik 12 persen, dan porsinya 35 persen. Operational expense biaya kami bisa terpengaruh sampai 3,5 hingga 4 persen," ucap Pahala dalam paparan kinerja semester I/2018 di kantor Garuda Indonesia Jakarta pada Senin (30/7/2018).

Namun, Pahala tidak merinci evaluasi yang akan dilakukan. "Masih perlu lihat lagi bagaimana pengaruhnya apakah ada sumber pendapatan lain yang bisa kami optimalkan untuk imbangi adanya kenaikan fuel tadi," ujarnya.

Menurut Pahala, biaya bahan bakar pesawat bisa disiasati dengan melakukan lindung nilai (hedging) terhadap biaya bahan bakar pesawat, avtur. Saat ini, perseroan telah melakukan hedging sebesar 28 persen terhadap beban avtur.

"Garuda Indonesia masih memiliki ruang untuk meningkatkan porsi hedging avtur menjadi 50 persen," ucapnya.

Selain itu, kata Pahala, perseroan juga dapat mengoptimalkan berbagai sumber pendapatan lainnya untuk menjaga pertumbuhan laba. Misalnya, pendapatan kargo.

"Kami harap dari sumber-sumber, termasuk renegosiasi biaya leasing pesawat, kami terus melanjutkan dan harapnya dari hal tersebut bisa cost saving lagi dari situ," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Kargo dan Niaga Internasional Garuda Indonesia, Sigit Muhartono mengatakan bahwa keterisian kargo masih sebesar 51-52 persen. Menurut dia, pendapatan kargo pada semester I/2018 ini tumbuh sebesar 7,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi sebesar 124,5 juta dolar AS.

"Sementara kapasitas paling maksimal 60 persen, jadi masih ada ruang banyak," ucapnya.

Pada semester I/2018 ini, maskapai plat merah ini diketahui masih mencatat rugi sebesar 116,857 juta dolar AS. Rugi ini mengalami penyusutan sebesar 58,55 persen dari 281,923 juta dolar AS pada semester I/2017 (year on year/yoy).

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto