Menuju konten utama

Gapmmi: Industri Minuman di Indonesia Tunjukkan Tren Penurunan

Gapmmi menduga penurunan permintaan terjadi karena konsumen mengurangi konsumsi atau pembeliannya terhadap minuman ringan

Gapmmi: Industri Minuman di Indonesia Tunjukkan Tren Penurunan
Minuman ringan (ilustrasi) [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengaku geliat industri minuman di dalam negeri dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan. Adapun penurunan dari segi permintaan tersebut lebih besar ketimbang pertumbuhan pada industri makanan.

“Memang secara bisnis, yang [industri] minuman cenderung suffering ketimbang makanan. Kemarin yang investasi miliaran atau bahkan triliunan, harus menambah investasinya. Kami tidak tahu gejala apa ini,” kata Wakil Ketua Gapmmi Bidang Kebijakan Publik Rachmat Hidayat di kawasan Menteng, Jakarta pada Rabu (29/8/2018).

Lebih lanjut, Rachmat menduga penurunan permintaan terjadi karena konsumen mengurangi konsumsi atau pembeliannya terhadap minuman ringan. Ia lantas menyebutkan apabila pertumbuhan di sektor minuman pada tahun lalu pun tidak begitu menggembirakan.

Pertumbuhan industri minuman di tanah air pada 2017 memang tercatat minus 1 persen. Hal tersebut merupakan yang pertama kalinya karena pada tahun-tahun sebelumnya industri minuman selalu mencatatkan kinerja positif dengan berada pada level peningkatan 6-8 persen.

“Industri makanan dan minuman ini sangat elastis. Ada kenaikan harga sedikit, penurunan terjadi signifikan. Sementara apabila terjadi peningkatan pendapatan, maka konsumsinya pun naik,” jelas Rachmat.

Oleh karena itu, Rachmat berharap adanya peningkatan pendapatan di tengah masyarakat sehingga konsumsi makanan dan minuman pun bisa meningkat. Rachmat pun menyebutkan Gapmmi saat ini terus berupaya untuk mendorong kinerja di industri minuman agar bisa kembali bergeliat.

Kendati menunjukkan tren penurunan namun Rachmat menilai bahwa investasi di industri makanan dan minuman Indonesia masih menarik. Sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan pemerintah, Rachmat mendorong agar terjadi pemanfaatan maksimal pada industri makanan dan minuman.

Saat disinggung mengenai PMDN (Penyertaan Modal Dalam Negeri) di sektor makanan dan minuman yang lebih besar, Rachmat menilainya sebagai pengaruh dari tahun politik. Ia menyebutkan bahwa investasi asing akan mengambil sikap wait and see terlebih dahulu.

“Investasi asing akan melihat stabilitasnya dulu. Mungkin setelah selesai tahun politik, Insya Allah tahun depan bisa rebound,” ucap Rachmat.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yulaika Ramadhani