Menuju konten utama

Gangguan Bipolar: Stigma Berkepribadian Buruk hingga Anggapan Gila

Individu dengan gangguan bipolar seperti Dolores O'Riordan perlu didukung orang-orang terdekat untuk menjaga kondisi tetap stabil.

Gangguan Bipolar: Stigma Berkepribadian Buruk hingga Anggapan Gila
Vokalis Cranberries Dolores O'Riorda. FOTO/REUTERS

tirto.id - Sebelum ditemukan tak bernyawa di kamar hotel pada Senin (15/1/2018) lalu, vokalis The Cranberries, Dolores O'Riordan pernah membuka beberapa hal kelam yang ia hadapi.

Tahun 2014 hingga 2015 menjadi tahun-tahun berat bagi Dolores. Saat itu, ia ditahan atas dakwaan penyerangan di dalam pesawat. Di waktu yang sama, sang suami yang telah dinikahi selama 20 tahun menggugat cerai. Sang rocker pun jatuh dalam keterpurukan.

“Ibu datang ke tahanan. Saya tak begitu ingat, karena dalam kondisi tidak sadar akibat obat penenang. Saya bersembunyi di balik selimut, menenangkan diri dengan bernyanyi,” ceritanya kepada Sunday Independent dan dikutip People. Kala itu, Dolores sedang berada di bawah pengawasan psikiater.

Pada 2015, Dolores mengatakan ia mengalami gangguan bipolar. Ia menceritakan masa-masa kelam saat harus berjuang melawan keputusasaan ketika ayahnya meninggal pada 2011. Dolores mengalami halusinasi sepanjang waktu, ia merasa sang ayah terus berada di sampingnya, berkomunikasi dengannya.

Sebelumnya, pada 2013, Dolores membuka kisah pahit ketika dirinya berumur 8 tahun. Seseorang yang begitu dipercaya malah melakukan pelecehan seksual padanya. Ia juga pernah melakukan upaya bunuh diri.

“Terkadang saya mengonsumsi alkohol jika memori buruk mulai memburu dan tak bisa dikendalikan,” katanya kepada Belfast Telegraph.

Selain Dolores, ada Demi Lovato, bintang yang juga mengidap bipolar. Demi seringkali membikin sensasi dengan mengunggah potret dirinya tanpa busana. Selain itu, ia pernah mengeluh stres karena menjalani hidup sebagai seorang selebriti lewat sebuah unggahan video. Dan sama seperti Dolores, Demi sempat berupaya mengakhiri hidup dengan menelan obat berlebih.

Jajaran bintang berikutnya adalah mendiang Carrie Fisher. Pemeran Princess Leia dalam serial “Star Wars”. Fisher pernah mengalami kecanduan obat dan menceritakan kisah itu dalam sebuah buku sehingga membuatnya terkenal sebagai penulis. Ia juga dikenal sebagai seorang advokat kesehatan mental yang berbicara tentang perjuangan dirinya dengan gangguan bipolar dan kecanduan kokain.

Bipolar disorder atau gangguan bipolar (manik depresif), seperti dicatat situs National Institutes of Health AS adalah gangguan pada otak yang menyebabkan fluktuasi yang luar biasa dalam hal mood, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan menjalani tugas rutin.

Seseorang yang mempunyai gangguan ini akan mengalami periode manik atau "naik", saat-saat ia begitu bergembira dan berenergi. Namun, ia seketika bisa masuk ke periode depresif atau "turun", seakan disergap halimun kesedihan dan keputusasaan.

Beberapa gejala gangguan bipolar hampir mirip dengan penyakit lain, misalnya skizofrenia atau ADHD. Dokter bisa salah mendiagnosis. Sebab, terkadang orang dengan bipolar mengalami masa depresi parah sehingga memiliki gejala psikotik seperti halusinasi atau delusi. Kondisi ini juga dialami Dolores saat kehilangan ayahnya.

Selain itu, orang yang mengalami gangguan bipolar bisa mencari pertolongan dari zat adiktif untuk mengalihkan rasa cemas, misalnya alkohol dan obat-obatan. Akibatnya, lingkungan sekitar mengenali perangainya sebagai dampak dari penyalahgunaan zat, bukan gejala bipolar.

Tak cukup harus melawan perubahan suasana hati yang begitu fluktuatif, individu dengan gangguan bipolar juga harus menerima risiko mengembangkan penyakit tiroid, sakit kepala, penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan penyakit fisik lainnya.

“Karena stres bisa juga mengakibatkan sakit fisik. Mengembangkan apa yang disebut psikosomatis,” jelas DR. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH, ahli psikiatri, kepada Tirto.

Melawan Stigma Negatif

Marshanda, merupakan salah satu contoh bintang di Indonesia, dengan gangguan bipolar. "Walaupun kita bipolar, kita punya potensi, punya kepintaran, kita bisa berpikir, bisa berkreasi," kata Marshanda seperti dikutip Kompas.com.

Di galerinya, akris dan penyanyi ini tak jarang mengunggah kalimat-kalimat motivasi. Namun, di kesempatan lain, ia bisa terlihat begitu bersemangat atau depresi karena suatu hal, tak pergi berlibur dengan sang putri, Sienna Kasyafani, misalnya.

Perubahan suasana hati dan perilaku para individu dengan gangguan bipolar ini seringkali tak dipahami masyarakat, bahkan tenaga kesehatan sekalipun. Mereka juga kerap mendapat stigma negatif, seperti dicap “gila” atau berkepribadian buruk.

Dr. Fidiansjah pun mengamini stigma buruk yang diberikan masyarakat pada individu dengan gangguan bipolar. Terutama pada tenaga kesehatan, yang perlu mendapat edukasi lebih untuk mendiagnosis dan memperlakukan pasien dengan gangguan kejiwaan. Ini penting, sebab banyak individu dengan bipolar tak terdeteksi dan mendapat ditangani dengan tepat hanya karena takut menanggung stigma negatif dari lingkungan.

“Terkadang, jika pasien minta second opinion, tenaga kesehatan langsung nembak 'memangnya kamu gila?' Ini yang membikin pasien urung ke psikiater,” ujarnya.

Infografik Bipolar disorder

Persoalan stigma negatif ini juga dapat dilihat dari survei yang dilakukan Depression and Bipolar SupportAlliance (DBSA) terhadap 1.200 responden Amerika mengenai pandangan awam terhadap individu dengan bipolar. Hasilnya menyatakan banyak orang masih perlu diberi pemahaman mengenai gangguan ini.

Satu dari empat orang menyatakan hal-hal negatif tentang individu dengan bipolar. Sebanyak 18 persen menyatakan individu dengan bipolar tak tidak seperti orang pada umumnya. Lalu, 19 persen mengatakan semestinya mereka tak memiliki anak.

Ada 26 persen responden yang mengaku dapat mengenali individu dengan gangguan bipolar di tempat kerjanya. Sebanyak 29 persen mengatakan individu dengan gangguan bipolar tidak menjalani kehidupan normal (berperilaku aneh) saat diobati. Lalu, ada dua pertiga responden yang meyakini bipolar sebagai perilaku atau kebiasaan buruk yang melekat pada individu.

Padahal, keluarga dan lingkungan sekitar sangat berperan untuk membuat individu dengan gangguan bipolar bisa berdamai dengan kondisinya. Jika tidak, mereka bisa merasa menghadapi masalahnya sendirian, dan tak menutup kemungkinan mencoba keluar dari kondisinya dengan cara yang keliru. Misalnya menenangkan diri dengan zat-zat adiktif.

Baca juga artikel terkait BIPOLAR atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani