Menuju konten utama

Fungsi Busana dan Pola Lantai Sebagai Unsur Tari Tradisional

Busana dan pola lantai merupakan salah satu unsur dalam tari tradisional yang harus diperhatikan dalam pementasan.

Fungsi Busana dan Pola Lantai Sebagai Unsur Tari Tradisional
Penari menampilkan pertunjukkan Tari Tatahar pada Festival Payung (Fespin) 2021, di Taman Balekambang, Solo, Jawa Tengah, Minggu (5/12/2021). ANTARAFOTO/Maulana Surya/hp.

tirto.id - Busana dan pola lantai merupakan unsur dalam tari tradisional. Busana tari adalah suatu pakaian yang dirancang secara khusus untuk membungkus badan si penari dalam penampilan tarinya.

Busana tari atau lebih dikenal dengan kostum tari dipahami sebagai penutup tubuh yang terdiri dari barang yang melekat pada pada tubuh seorang, termasuk untuk kepentingan orang menari.

Ketika seseorang melakukan penampilan di atas pentas, sudah barang tentu akan memikirkan secara konseptual tentang busana yang menjadi bagian utama.

Sementara, pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari. Oleh karena itu dalam pembuatan pola lantai harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

  • Bentuk pola lantai.
  • Maksud atau makna pola lantai.
  • Jumlah penari
  • Ruangan atau tempat pertunjukan.
  • Gerak tari.

Sehingga, penampilan gerak tari tidak terlepas dari desain garis dan desain pola lantai.

Fungsi Busana dalam Tari Tradisional

Busana atau kostum tari merupakan seni menata segala pakaian yang dikenakan oleh penari untuk mempertunjukkan karya tari. Selain nyaman, busana tari juga harus enak dipakai, enak dilihat, dan tidak mengganggu gerak penari.

Mengutip modul Pendukung Penampilan Tari (2018), fungsi utama dari busana dalam karya seni tari adalah:

  1. Memperjelas tema tari.
  2. Membantu menghidupkan karakter dan peran penari.
  3. Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari.
  4. Memberikan nilai tambah pada segi estetika dan etika.

Sementara, kostum tari pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

  1. Bagian Kepala. Penutup bagian kepala pada tari tradisional Nusantara banyak sekali ragamnya, mahkota bagi wanita (sunting, siger, omprok), bagi pria disebut destar, udeng, topi dan lain.
  2. Busana penutup torso ini terdiri dari bagian penutup dan penghias leher, penutup dada, dan penghias lengan dan tangan.
  3. Busana penutup pinggul dan kaki. Busana yang diutamakan adalah penutup pinggang dan pinggul seperti rok, kain panjang atau celana. Daerah tertentu ada juga yang menggunakan kaos kaki.

Fungsi Pola Lantai dalam Tari Tradisional

Mengutip modul Mari Menari Bersama (2018), ada dua jenis desain garis dalam pola lantai tari tradisional, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Pada desain garis lurus memberikan kesan sederhana tapi kuat.

Garis-garis mendatar memberikan kesan istirahat, sedangkan garis-garis yang tegak lurus memberi kesan ketenangan dan keseimbangan.

Garis melingkar atau melengkung memberi kesan lembut tetapi juga.manis, sedangkan garis menyilang atau diagonal memberikan kesan dinamis atau kuat.

Dalam penampilan sebuah tarian baik tari tradisional maupun tarian kreasi baru, penggunaan pola lantai sudah menjadi suatu hal yang harus diperhatikan.

Penggunaan pola lantai tidak hanya sekedar menempatkan posisi penari di atas panggung, tetapi juga bermakna sesuai dengan tema dari penampilan tarian tersebut.

Pola lantai pada tari tradisional memiliki fungsi, antara lain:

  1. Memperkuat atau memperjelas gerakan-gerakan dari peranan tertentu.
  2. Membantu memberikan tekanan atau kekuatan pada suatu tokoh tertentu yang ditonjolkan.
  3. Menghidupkan karakteristik gerak dari keseluruhan pertunjukan tari.
  4. Membentuk komposisi, menyesuaikan tari dengan bentuk ruang pertunjukan.
  5. Untuk memperindah suatu tarian.

Baca juga artikel terkait UNSUR TARI TRADISIONAL atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Addi M Idhom