Menuju konten utama

FSGI: Debat Cawapres Soal Pendidikan Masih Mentah

Ketua FSGI Retno mengatakan belum menemukan pandangan baru yang membuat ia yakin bahwa pendidikan berkualitas akan terwujud ketika salah satu kubu berkuasa.

FSGI: Debat Cawapres Soal Pendidikan Masih Mentah
Siswa mengikuti kegiatan belajar-mengajar di ruang kelas darurat bekas parkir sepeda di SDN 03 Serut, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (5/11/2018). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

tirto.id - Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengatakan

tidak menemukan suatu gagasan menarik mengenai isu pendidikan dari keduanya cawapres pada debat Minggu (17/3/2019).

"Hingga sesi akhir Debat Cawapres perkara pendidikan nampaknya belum menjadi prioritas kedua kubu. Saya belum menemukan pandangan baru yang membuat saya yakin bahwa pendidikan berkualitas akan terwujud ketika salah satu kubu berkuasa," ujarnya melalui pesan singkat, Senin (18/3/2019).

Padahal persoalan link and match dalam lingkup Sekolah Menengah Atas menarik untuk dibahas mendalam.

Sebab menurutnya apa yang diajarkan pada jenjang pendidikan tersebut, tidak sesuai dengan dunia kerja ataupun ketika lanjut ke perguruan tinggi.

"Perlu ada evaluasi terhadap kurikulum agar disesuaikan dengan tuntutan era revolusi 4.0, berarti pemerintahan ke depan kembali merevisi kurikulum pendidikan nasional (K13)," ujarnya.

Begitu juga dengan persoalan kualitas guru, kedua kubu menurutnya tidak secara komprehensif membedah gagasan yang mampu meningkatkan kompetensi tenaga ajar.

Padahal hal tersebut penting, sebab menurutnya guru berkualitas akan mampu memberikan dampak yang luas pada kualitas siswa, sekolah, dan bahkan suatu daerah.

"Tidak ada usulan pelatihan-pelatihan guru yang sistemik, masif dan berkelanjutan. Masih berkutat dengan kesejahteraan guru dan status guru honorer K2," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAWAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari