Menuju konten utama
13 Juli 1954

Frida Kahlo dan Lukisannya: Sejarah Hidup Rumit si Pelukis Aneh

Frida Kahlo kerap dianggap pelukis surealis. Padahal ia sesungguhnya melukis realitas hidupnya sendiri yang rumit dan berliku.

Frida Kahlo dan Lukisannya: Sejarah Hidup Rumit si Pelukis Aneh
Ilustrasi Frida Kahlo. tirto.id/Deadnauval

tirto.id - Vans, jenama asal Amerika yang terkenal karena mengusung gaya subkultur skateboard dalam produk-produknya, beberapa minggu lalu meluncurkan tiga jenis edisi khusus sepatu lace-up dan slip-on bertemakan lukisan-lukisan Frida Kahlo.

Salah satu lukisan Kahlo yang terpacak di edisi khusus tersebut berjudul “Self-Portrait with Thorn Necklace and Hummingbird”—"Potret Diri dengan Kalung Duri dan Burung Kolibri”, yang ia buat tahun 1940. Ada pula lukisan terkenal Kahlo lain, “Las Dos Fridas”, yang menampilkan dua versi dirinya berpegangan tangan, representasi warisan gandanya namun juga dianggap melambangkan perceraiannya dari Diego Rivera, di sepatu Vans OG Sk8-Hi.

Sementara lukisan terakhir Kahlo yang digunakan adalah "Viva la Vida, Watermelons” pada koleksi OG Authentic LX. Lukisan tersebut konon dibuat hanya delapan hari sebelum kematian Frida pada 1954. Koleksi khusus ini merupakan kerja sama antara Vans dengan Banco de México. Seluruh koleksi ini diluncurkan Vans pada 29 Juni 2019 secara online dan dengan segera menjadi incaran kolektor sneakers.

Ini bukan pertama kalinya Kahlo diangkat dalam budaya populer. Pada 2018 perusahaan boneka Mattel merilis boneka barbie yang menampilkan sosok Kahlo. Akan tetapi, sejumlah kerabatnya mengatakan perusahaan tersebut telah menggunakan citra Kahlo tanpa izin. Setelah dibawa ke meja hijau, pengadilan setempat kemudian memutuskan melarang penjualan boneka tersebut.

Kendati kematiannya sudah lebih dari setengah abad berlalu, pesona Kahlo memang tak pernah lekang. Berbagai lukisannya masih menjadi perbincangan dan bahan studi, sementara kisah hidupnya yang unik, seluk beluk percintaannya, hingga kondisi psikologis dirinya, juga merupakan topik yang selalu menarik dibicarakan hingga kapan pun.

Jalan Berliku Frida Kahlo

Tak berlebihan jika menganggap Frida Kahlo sebagai sosok yang aneh dengan jalan hidup yang rumit.

Satu contoh: catatan resmi kelahiran Kahlo adalah 6 Juli 1907, namun ia kerap mengaku lahir pada 1910 karena Revolusi Meksiko terjadi di tahun tersebut. Dengan memanipulasi tahun kelahirannya, Kahlo berharap orang-orang menghubungkannya dengan revolusi itu.

Ia lahir di rumah orang tuanya yang terkenal sebagai La Casa Azul (Rumah Biru) di Coyoacán, sebuah kota kecil di Meksiko. Rumah ini kelak menjadi persinggahan banyak aktivis dan figur penting dunia. Ayahnya, Guillermo Kahlo, yang lahir dengan nama Carl Wilhelm Kahlo di Pforzheim, Jerman, adalah putra dari Jakob Heinrich Kahlo dan Henriette Kaufmann. Frida menyatakan ayahnya adalah keturunan Hungaria-Yahudi, namun para sejarawan menetapkan bahwa orang tua Guillermo Kahlo adalah Lutheran-Jerman.

Ibu Kahlo bernama Matilde Calderón y Gonzalez, seorang Katolik yang taat dan keturunan suku Indian sekaligus berdarah Spanyol. Kahlo merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tapi ia juga memiliki dua saudara perempuan lain dari istri ayahnya yang telah meninggal. Mereka semua dibesarkan di rumah yang sama.

Sejak usia enam, Kahlo menderita polio hingga mengakibatkan kaki kanannya lebih kecil dari kaki kirinya. Ia lantas menyamarkannya dengan mengenakan rok panjang berwarna-warni. Konon, Kahlo diduga juga menderita spina bifida, semacam penyakit kelainan bawaan yang dapat memengaruhi tulang belakang dan perkembangan kaki.

Ketika remaja, Kahlo mengalami kecelakaan bus tragis yang mengakibatkan luka serius: tulang belakang, tulang leher, tulang rusuk, dan tulang panggulnya patah; sebelas patahan tulang di kaki kanannya remuk; serta mengalami dislokasi bahu. Tak hanya itu, sebuah pegangan besi menusuk perut dan rahimnya hingga merusak kemampuan reproduksi Kahlo secara permanen. Ia menghabiskan tiga bulan masa pemulihan dengan tubuh penuh gips, termasuk menjalani 35 kali operasi, terutama di punggung dan kaki kanannya.

Kendati akhirnya dapat berjalan kembali, Kahlo tak pernah benar-benar pulih. Selama sisa hidup, sakitnya kerap kambuh dengan rasa nyeri yang ekstrem hingga harus kembali dibawa ke rumah sakit atau hanya dapat terbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan. Tapi dari kecelakaan inilah Kahlo akhirnya memulai karier sebagai pelukis.

Tema potret diri menjadi pilihan utama Kahlo dalam berkarya. Ayah dan ibunya begitu mendukung kegiatan Kahlo, bahkan turut membuat sandaran papan gambar khusus agar ia dapat melukis di tempat tidur. Dari total 200-an lukisannya, sebagian besar di antaranya merupakan potret diri, dan nyaris semuanya ditafsirkan para kritikus sebagai penggambaran simbolis dari luka fisik dan psikologis yang dialami Kahlo.

Secara estetika, karya-karya Kahlo kental dipengaruhi budaya asli Meksiko yang dominan dalam penggunaan warna-warna cerah dan simbolisme dramatis. Selain itu Kahlo juga kerap menggabungkan unsur-unsur dari tradisi agama kuno Meksiko dengan sentuhan surealis. Satu hal menarik lain: ia kerap menampilkan monyet sebagai permainan simbol dalam lukisannya—Kahlo menganggap hewan tersebut sebagai simbol penawar dan pelindung, berkebalikan dari mitologi Meksiko yang menafsirkan monyet sebagai simbol hawa nafsu.

Ketika bergabung dengan Partai Komunis Meksiko (Partido Comunista Mexicano, PCM), Kahlo berkenalan dengan pemuda kesohor bernama Diego Rivera yang terpaut usia 20 tahun dengannya. Rivera merupakan seniman fresko yang gigih membangkitkan kembali tradisi mural kuno suku Maya. Ia juga dikenal vokal dalam menyuarakan nasib pekerja pribumi Meksiko yang mencari kesetaraan sosial setelah berabad-abad mengalami penindasan kolonial.

Kahlo kerap meminta nasihat Rivera terkait karier melukisnya. Dan karena sejak awal Rivera memang mengakui bakat Kahlo, ia terus mendorong perkembangan artistik rekannya tersebut. Mereka kemudian terlibat kisah asmara lalu memutuskan menikah pada 1929. Hanya saja, semua tidak berlangsung seindah yang dibayangkan.

Kahlo yang masih muda memiliki temperamen yang susah dikendalikan, sementara Rivera punya watak freeman dan gemar indehoy dengan perempuan lain, bahkan dengan adik Kahlo sendiri, Christina. Mengetahui kelakuan suaminya itu, Kahlo juga selingkuh, termasuk dengan sesama jenis—ia baru menyadari dirinya biseksual setelah menikah dengan Rivera. Mereka akhirnya bercerai pada November 1939, namun menikah kembali satu tahun berselang.

Kahlo berselingkuh dengan perempuan bernama Josephine Baker, artis kesohor yang juga aktivis terkemuka pada masanya. Rivera mengetahui hal ini dan ia dapat menolerirnya. Namun tidak ketika Kahlo berhubungan dengan laki-laki. Sosok yang menjadi selingkuhannya pun bukan sembarangan: Leon Trotsky, yang kala itu mendapat suaka politik di Meksiko karena dikejar-kejar rezim Joseph Stalin di Uni Soviet selama 1930-an.

Trotsky semula tinggal dengan Rivera, lalu pindah ke rumah Kahlo ketika mereka mulai dekat. Hubungan mereka cukup dalam, bahkan Kahlo sempat memberikan Trotsky hadiah ulang tahun sebuah lukisan potret dirinya yang dinamakan “Between the Curtains", lengkap dengan secarik surat yang bertuliskan: “Untuk Leon Trotsky, dengan semua cintaku, aku membuat lukisan ini pada 7 November 1937. Frida Kahlo di Saint Angel, Meksiko.”

Tiga tahun berselang, Trotsky tewas dibunuh oleh agen Stalin: Ramon Mercader.

Pada 1953 Kahlo menyelenggarakan pameran tunggal di Mexico City. Namun karena kesehatannya memburuk, dokter melarangnya. Kahlo tak menghiraukan larangan itu. Ia tetap ingin datang. Dan Kahlo betul-betul melakukannya dengan cara luar biasa: ia berada di atas tempat tidur tepat di tengah-tengah galeri, saling bercengkerama dan bertukar lelucon, bernyanyi dan bersukacita, kepada siapapun yang singgah hari itu.

Setahun kemudian, pada 13 Juli 1954, tepat hari ini 65 tahun lalu, Kahlo meninggal di usia 47.

Lukisan-lukisan Frida: Potret Diri dan Refleksi

Lukisan-lukisan Kahlo kental dengan metafora, menghadirkan banyak simbolisme yang sureal, dan pada saat yang bersamaan juga sangat inosen. Secara estetis, ia amat terpengaruh budaya Meksiko dan untuk hal ini, selain Rivera yang menjadi mitra diskusi utamanya, Kahlo juga kerap bertukar gagasan dengan pelukis lain seperti David Alfaro Siqueiros atau Jose Clemente Orozco.

Tema potret diri amat dominan dalam karya-karya Kahlo. Lukisan potret diri pertama Kahlo diberi judul “Self-Portrait in a Velvet Dress” pada 1926. Lukisan tersebut dibuat dengan gaya para pelukis potret Meksiko abad ke-19 yang sangat dipengaruhi citarasa Renaisans Eropa. Gaya yang sama—latar belakang tirai yang diikat—juga tampak di beberapa lukisan terkenalnya: “Self-Portrait-Time Flies” (1929), “Portrait of a a Woman in White” (1930), dan “Self-Portrait Dedicated to Leon Trotsky” (1937).

Dalam lukisan potret dirinya yang kedua, "Time Flies," Kahlo menggunakan gaya folk yang didominasi warna-warna cerah: busana petani yang dibalut dengan latar warna merah, putih, dan hijau sebagai representasi warna bendera Meksiko. Lukisan ini adalah bagian dari upaya Kahlo agar masyarakat Meksiko senantiasa mengingatnya sepanjang sejarah.

Infografik Mozaik Frida Kahlo

Infografik Mozaik Frida Kahlo. tirto.id/Nauval

Tema lukisan Kahlo lain yang juga dominan menyangkut kompleksitas hubungannya dengan Rivera misalnya “Self-Portrait With Cropped Hair” (1940). Lukisan bergaya sartorial yang aneh itu menampilkan Kahlo memakai satu setel jas pria berwarna hijau dan kemeja cokelat gelap, sedang duduk di kursi sambil memegang gunting. Di lantai tampak potongan rambut yang bertebaran acak. Lukisan ini dibuat Kahlo tatkala mengetahui Rivera berselingkuh, lalu ia memotong rambutnya asal-asalan sebagai bentuk kemarahan.

Tiga tahun sebelumnya, ketika Rivera selingkuh dengan adik perempuan Kahlo, Christina, ia melukis “Memory, the Heart”. Setelah mereka kembali rujuk dan menikah dua tahun kemudian, Kahlo menandainya dengan membuat “Two Fridas”, lukisan dua potret dirinya tengah duduk bersebelahan sambil memakai kostum yang berbeda. Frida I, dengan kostum dari wilayah Tehuana di Meksiko, mewakili Frida yang dicintai Rivera. Sementara Frida II yang mengenakan gaun Eropa adalah representasi wanita yang dikhianati dan ditolak oleh Rivera.

Kahlo kembali mengenakan gaun Tehuana di lukisan “Self-Portrait as a Tehuana” (1943) dan “Self Portrait” (1948). “Self-Portrait as a Tehuana”—yang juga sering disebut “Diego on My Mind”—sejatinya dibuat Kahlo sejak 1940, pada masa hubungannya dan Rivera masih tidak stabil. Selain memperlihatkan Kahlo yang memakai gaun Tehuana, tampak juga ia dikelilingi serpihan serat seperti jaring, namun juga menyiratkan kaca yang retak, semacam simbol kerapuhan dirinya selama ini.

Satu hal menarik dari lukisan tersebut adalah terpampangnya potret Rivera di kening Kahlo. Ini menjadi semacam upaya yang melambangkan penglihatan batin, seolah-olah suaminya itu merupakan bagian integral dari realitas Kahlo. Gaya serupa juga tampak jelas dalam “Diego dan I” (1949), lukisan wajah Kahlo yang memperlihatkan tetesan air mata di pipinya, menjadi semacam stigmata atas trauma yang tak kunjung tuntas.

Banyak yang menganggap Kahlo adalah pelukis surealis karena permainan simbol dan silang sengkarut warna-warna pilihannya. Seperti sebuah fantasi. Tapi Kahlo menolak anggapan tersebut dengan mengatakan: "Aku tidak pernah melukis mimpi. Aku melukis realitasku sendiri."

Baca juga artikel terkait SEJARAH SENI atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Ivan Aulia Ahsan