Menuju konten utama

Franz Magnis Tanggapi Ceramah Kontroversi Abdul Somad Tentang Salib

Menurut Magnis, ceramah UAS yang mengomentari tentang jin di dalam patung salib adalah bentuk tidak menghormati kepercayaan agama lain.

Franz Magnis Tanggapi Ceramah Kontroversi Abdul Somad Tentang Salib
Romo Franz Magnis Suseno memberikan keterangan kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam acara bedah buku berjudul 'Kata Bersama' di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (22/8/2019). (tirto.id/Irwan A. Syambudi)

tirto.id - Romo Franz Magnis Suseno merespons video ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) yang mengomentari tentang salib yang dinilai menyinggung umat Kristen. Menurut Magnis, harusnya seorang penceramah bicara sopan dan hormat tentang agama lain.

"Coba belajar bicara sopan dan hormat tentang agama lain dan jangan kampungan saja," kata Romo Magnis usai menjadi pembicara dalam acara bedah buku berjudul 'Kata Bersama' di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis (22/8/2019).

Magnis mengatakan, selama ini ia mengenal banyak tokoh dari berbagai agama dan menurut dia mereka selalu bicara hormat tentang agama lain.

Namun, menurut Magnis, ceramah UAS yang mengomentari tentang jin di dalam patung salib adalah bentuk tidak menghormati kepercayaan agama lain.

"Dia [UAS] juga ngomong kasar, ngomong setan dan bilang patung ini itu dan sebagainya. Bilang saja kalau memang terganggu tidak usah masuk ruangan itu. Tidak usah takut setan nanti kena jin dan apa pun itu. Jadi tahu diri dan bicara hormat. Ini masalah kesopanan," katanya.

Di sisi lain, menurut Romo Magnis, UAS tidak menyadari bahwa di zaman sekarang, ceramah di mana pun bisa berubah konteks ketika sudah tersebar luas di media sosial.

Oleh karena itu, Romo selalu berpesan pada umatnya agar berbicara dengan hormat. Berbicara seolah-olah apa yang dikatakan itu didengar oleh umat agama lain meskipun saat bicara hanya di hadapan umat Katolik.

"Menurut saya menyindir agama lain itu tanda-tanda kesombongan," ujarnya.

Namun demikian, soal isi ceramah UAS, menurut Romo Magnis tidak perlu lagi dibesar-besarkan. Apalagi harus sampai dibawa ke ranah hukum, menurutnya cukup dengan teguran.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid berpendapat bahwa pemimpin agama harus menyadari dan hati-hati dengan perkataannya.

"Berarti dia membuka peluang bahwa untuk dianggap telah menodai ajaran agamanya sendiri," kata dia.

Namun, Yenny tidak sependapat dengan adanya pasal penodaan agama. Sebab, menurutnya, pasal penodaan agama akan menimbulkan konflik bagi semua agama.

Baca juga artikel terkait ABDUL SOMAD atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Alexander Haryanto