Menuju konten utama
8 Agustus 1969

Foto Beatles di Abbey Road: Antara Konspirasi dan Album Terbaik

Mengenang foto ikonik The Beatles di Abbey Road

Foto Beatles di Abbey Road: Antara Konspirasi dan Album Terbaik
Ilustrasi Mozaik Foto Beatles di Abbey Road. tirto.id/Deadnauval

tirto.id - 50 tahun lalu, tepatnya 8 Agustus 1969 pukul 11.35 waktu London, Inggris, The Beatles melakukan pemotretan di jalan Abbey Road. Konsepnya sederhana: empat personel band itu menyebrangi seruas zebra cross di jalan tersebut. Pemotretan tadi dilakukan untuk sampul album studio ke-11 mereka yang dinamakan sesuai nama jalan tadi: Abbey Road.

Adalah Ian Stewart Macmillan, nama fotografer terkenal asal Skotlandia yang ditugasi untuk memotret The Beatles kala itu. Perkenalan Macmillan dengan Beatles dimulai ketika ia menggunakan foto Yoko Ono, istri John, menjadi sampul sebuah buku yang ia terbitkan pada tahun 1966. Ono lalu mengajak Macmillan untuk memotret pamerannya, sebelum kemudian ia memperkenalkannya kepada sang suami. Sejak itu, Macmillan pun terus bekerja dengan keluarga Lennon.

Ide pemotretan di Abbey Road tersebut dicetuskan oleh McCartney, pemain bass, melalui sketsa di atas kertas, yang lantas dimodifikasi oleh Macmillan menjadi lebih detail. Setelah konsep yang diharapkan matang, mereka pun keluar dari EMI Studio dan berjalan menuju zebra cross di persimpangan Abbey Road. Dalam cuaca yang panas terik di London Utara kala itu, pemotretan pun dimulai.

Dengan menaiki tangga lipat setinggi dua meter, Macmillan lalu mengeluarkan kamera Hasselblad dengan lensa 50mm miliknya. Sebanyak enam foto berhasil dijepret dengan berbagai pose yang cukup berbeda. Misalnya dalam empat foto pertama, Paul tidak mengenakan alas kaki, dan di dua foto lain ia memakai sandalnya. Namun begitu, konsep utamanya tetap sama: keempat personel The Beatles tengah berjalan bersama melintasi zebra cross.

Paul kemudian menyeleksi foto-foto tersebut dengan kaca pembesar dan setelah berdiskusi dengan yang lain, akhirnya dipilihlah sebuah foto yang memperlihatkan mereka berjalan dari kiri ke kanan. Urutannya: Lennon di depan memakai setelan jas putih, diikuti oleh Starr yang mengenakan hitam-hitam, kemudian McCartney (yang bertelanjang kaki sambil memegang rokok) dengan setelan abu-abu, dan paling belakang ada George dengan kemeja biru dan celana berwarna senada. Seluruh busana mereka merupakan rancangan Tommy Nutter, desainer ternama Inggris yang mempopulerkan gaya berpakaian ala Savile Row.

Tampak di sebelah kiri foto tersebut, sebuah Volkswagen Beetle putih terparkir dengan sebelah ban naik ke trotoar. Mobil itu milik seseorang yang tinggal di apartemen di seberang studio rekaman. Setelah album Abbey Road dirilis, plat nomor mobil tersebut, LMW 281F, berulang kali dicuri. Pada tahun 1986, mobil itu akhirnya dilelang dengan harga £2.530 dan pada tahun 2001, ia dipajang di museum ZeitHaus di Jerman.

Lalu di sebelah kanan foto juga tampak seorang laki-laki tua memakai jas cokelat berdiri di samping mobil polisi sambil menoleh ke arah kamera. Banyak berita menyebutkan bahwa laki-laki tersebut seorang pensiunan salesman asal Amerika Serikat bernama Paul Cole dan telah meninggal pada 13 Februari 2008.

“Saat itu saya tengah melihat-lihat sekeliling, lalu mendapati mereka berjalan di seberang jalan seperti barisan bebek. Sekelompok kooks, saya menyebut mereka demikian, karena penampilan mereka agak radikal pada waktu itu. Anda tidak berjalan di London tanpa alas kaki,” ujar Cole dalam wawancaranya dengan Daily Mirror yang juga dilansir di situsweb yang didedikasikan khusus untuk Paul, McCartney Times.

Kini persimpangan yang terkenal tersebut telah digusur, berganti dengan sebuah real estate mewah yang lokasinya terletak di antara Boundary Road dan Belsize Road. Namun begitu, ingatan orang-orang terhadap foto ikonik The Beatles di Abbey Road itu jelas tak akan pernah punah. Bahkan saking terkenalnya, banyak yang “menganalisis” foto tersebut hingga memunculkan ragam teori konspirasi.

Teori Konspirasi Kematian Paul

Jadi, para penggemar teori konspirasi percaya: Paul sebetulnya telah meninggal akibat kecelakaan sejak tahun 1966 dan pria bertelanjang kaki di foto Abbey Road tersebut merupakan sosok penggantinya yang, sebagaimana dilansir Rolling Stone, bernama Billy Shears.

Otak atik gathuk tersebut, salah satunya, didasari oleh busana yang mereka kenakan. Lennon yang paling depan dan memakai setelah rapih putih-putih dianggap sebagai pastor. Ringgo yang di belakangnya dengan pakaian hitam-hitam adalah sang pengangkut jenazah. Sementara pilihan bertelanjang kaki Paul menandai bahwa ia telah kembali ke “tanah”. Lalu Harrison yang berpakaian kasual adalah si penggali kubur.

Berhenti sampai di situ? Ini baru permulaan.

Berlanjut ke plat nomor VW Beetle putih yang terdapat di foto: LMW 28IF. Para konspirasi teoris percaya bahwa angka 28 merupakan usia Paul jika saat itu ia belum meninggal. Meski ketika Abbey Road dirilis usia Paul baru 27 tahun, para teoris itu membawa-bawa ajaran mistik India yang menghitung usia seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Adapun alasan mengapa ajaran mistik tersebut yang menjadi patokan, tak lain karena Beatles memang dikenal sebagai pengikut Guru India, Maharishi Mahesh Yogi.

Lalu tiga huruf LMW juga dipercaya sebagai singkatan “Linda Mccartney Weeps” (Weeps = mengucurkan air mata), yang merujuk kepada nama istri baru Paul yang baru dinikahinya pada awal tahun kematiannya. Sementara jika diperhatikan, ada sekelompok kecil orang berpakaian putih berdiri di salah satu sisi jalan, sementara salah seorang di antara mereka berdiri di sisi lain. Dugaan para konspirasi teoris: itu menandakan bahwa Paul telah berpindah “alam” dari teman-temannya.

Berpindah ke mobil polisi berwarna hitam di sisi kanan jalan. Warna tersebut, selain menandakan kematian, juga sebagai simbol bungkamnya polisi terkait kematian Paul. Satu lagi yang dahsyat: jika ditarik garis lurus dari roda kanan mobil VW Beetle ke arah tiga mobil di depannya, maka posisinya akan persis melewati kepala Paul. Tentu saja itu menandai luka di kepala Paul yang ia derita akibat kecelakaan.

Ada banyak lagi otak atik gathuk yang telah “diselidiki” dengan seksama oleh para konspirasi teoris tersebut. Percikan darah di jalan di belakang Ringo dan John yang terdapat dalam album Abbey Road versi Australia; Retakan huruf "S" pada bagian belakang cover yang mengesankan Beatles sedang punya masalah; Di sebelah kiri tulisan "BEATLES" terdapat rentetan delapan titik yang jika dihubungkan akan membentuk nomor tiga, jumlah personil Beatles usai Paul tiada.

Infografik Mozaik Foto Beatles di Abbey Road

Infografik Mozaik Foto Beatles di Abbey Road. tirto.id/Nauval

Salah Satu Album Terbaik Beatles

Para sejarawan musik rock dan sebagian besar pemuja Beatles, seringkali menganggap Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band sebagai album terbaik band asal Liverpool tersebut dengan sebiji alasan: album itu tak ubahnya suatu momentum, bahwa pada saat peluncurannya pada 1967, musik rock mulai tumbuh dan diakui sebagai sebuah bentuk seni. Namun, tentunya tidak semua fans Beatles memiliki pandangan yang sama.

The Beatles alias The White Album, misalnya, disukai oleh banyak orang karena kemisteriusannya. Dorian Lynskey, dalam ulasannya di BBC, menulis bahwa album tersebut merupakan “rilisan besar pertama yang menyebarkan ketidaklogisan sebagai strategi artistik yang disengaja. Berisi pengisi-ruang meskipun tidak ada ruang yang perlu diisi, dan diurutkan sedemikian rupa untuk menonjolkan perpaduan karya avant garde antara yang remeh temeh dan memiliki makna mendalam, yang spiritual dan yang profan, yang compang-camping.”

Lalu selanjutnya ada Revolver yang secara musikalitas kerap dianggap sebagai magnum opus Beatles sesungguhnya. Album ini muncul setelah Rubber Soul dan direkam pada 1965, sebuah masa ketika Beatles mencapai tingkat kecanggihan baru dalam penulisan lagu. Bagaimana permainan kata dalam "Norwegian Wood" dan "In My Life", hingga ambisi teknik suara yang futuristis pada zamannya adalah mahakarya terbaik dari yang terbaik dalam sejarah Beatles.

Bagaimana dengan Abbey Road? Album ini menandai sesi rekaman terakhir bareng The Beatles, sekaligus benih bagi rock progresif melalui rangkaian sebelas lagu yang agung. Selain memuat "Something" yang menjadi persembahan terbaik Harrison bersama Beatles, terdapat pula "She's So Heavy", karya Lennon yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam terciptanya genre heavy metal.

Baca juga artikel terkait THE BEATLES atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Musik
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nuran Wibisono