Menuju konten utama

Fitch Ratings Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,6% di 2022

Lembaga Pemeringkat Kredit Fitch Ratings memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,6 persen pada 2022 dan 5,8 persen di 2023.

Fitch Ratings Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,6% di 2022
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek infrastuktur di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (3/4/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.

tirto.id - Lembaga Pemeringkat Kredit Fitch Ratings memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,6 persen pada 2022 dan 5,8 persen di 2023. Pertumbuhan itu didorong oleh aktivitas ekonomi di sektor jasa yang mulai pulih setelah sempat terdampak pandemi COVID-19.

"Pemulihan juga didukung oleh kuatnya net ekspor yang didorong oleh kenaikan harga komoditas," dalam laporan tersebut dikutip Kamis (30/6/2022).

Hingga Mei 2022, ekspor Indonesia selama 12 bulan terakhir mengalami peningkatan sebesar 43 persen dibandingkan periode sebelumnya. Sementara di 2023, Fitch Ratings memproyeksikan perekonomian akan tumbuh 5,8 persen, didukung oleh implementasi UU Cipta Kerja dan program pembangunan infrastruktur.

Tetapi Fitch Ratings menilai bahwa Indonesia masih dibayangi oleh risiko perlambatan pertumbuhan global akibat percepatan pengetatan kebijakan moneter. Kemudian beban subsidi Indonesia akan mengalami peningkatan dan diperkirakan mencapai 2,4 persen terhadap PDB. Peningkatan beban subsidi merupakan implikasi dari upaya pemerintah dalam melindungi daya beli rumah tangga di tengah kenaikan harga komoditas.

"Meskipun demikian, belanja subsidi dapat ditutup dengan peningkatan pendapatan negara akibat tingginya harga komoditas serta pemulihan ekonomi yang terus berlangsung," tulisnya.

Di sisi lain, Fitch Ratings memperkirakan defisit fiskal mencapai 4,3 persen dari PDB pada 2022, lebih rendah dari 4,6 persen di tahun 2021. Kemudian Indonesia akan kembali mencapai target defisit di bawah 3 persen PDB pada 2023.

"Meskipun dibayangi oleh peningkatan tekanan fiskal akibat kenaikan belanja subsidi serta risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari yang diperkirakan. Kembalinya defisit fiskal di bawah 3 persen PDB juga akan menandai berakhirnya pembiayaan moneter terhadap defisit APBN, sesuai amanat UU No 2 tahun 2020," akhir laporan tersebut.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI RI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin