Menuju konten utama

Film Hidden Figures, Potret Perjuangan Kaum Minoritas di AS

Film Hidden Figures adalah potret perjuangan kaum perempuan berkulit berwarna di Amerika Serikat di tengah iklim segregasi karena diskriminasi warna kulit yang masih kental saat itu.

Film Hidden Figures, Potret Perjuangan Kaum Minoritas di AS
Cuplikan dalam trailer Hidden Figures. Foto/youtube/20th Century Fox

tirto.id - "Every time we get a chance to get ahead they move the finish line. Every time."

Perkataan itu diucapkan oleh Mary Jackson (Janelle Monae), perempuan kulit hitam yang bekerja di bagian komputasi NASA (Lembaga Luar Angkasa AS), tepatnya di bagian gedung Area Barat, khusus bagi pegawai perempuan "colored" atau berwarna, eufemisme bagi kaum kulit hitam.

Film "Hidden Figures" menampilkan perjuangan tiga perempuan berkulit hitam (yang merupakan minoritas di Amerika Serikat), di NASA pada tahun 1961 yang ketika itu masih dikenal akrab dengan iklim segregasi (pemisahan berdasarkan ras atau warna kulit).

Mary Jackson, salah satu dari perempuan itu, ahli teknik, yang karena warna kulit dan gendernya mendapatkan penolakan untuk menjadi teknisi di NASA, kecuali bila dia berhasil lulus di pendidikan tinggi yang khusus bagi kulit putih.

Selain Mary, Dorothy Vaughan (Octavia Spencer), yang memiliki peran sebagai pelaksana tugas Supervisor atau pengawas dari Area Barat, namun jabatan tersebut selalu tidak berhasil diperolehnya secara permanen atau tetap, lagi-lagi karena warna kulitnya.

Di samping Mary dan Dorothy, terdapat pula Katherine Goble (Taraji Henson), yang sebenarnya merupakan tokoh sentral dari film berdurasi 127 menit itu.

Dari awal film, diperlihatkan sosok jenius sang Katherine kecil, yang mampu menyelesaikan soal persamaan aritmetika linear yang nyaris tidak dipahami oleh anak-anak seusianya.

Kecerdasannya yang cemerlang membuatnya mendapatkan beasiswa, dan dia juga diterima di NASA sebagai salah satu pegawai dalam Area Barat lembaga antariksawan tersebut.

Kesempatan datang kepada Katherine ketika Kelompok Kerja Luar Angkasa (yang melakukan perhitungan super-njelimet bagi NASA) membutuhkan satu tenaga matematikawan handal.

Lowongan tersebut juga dipicu oleh Rusia (yang saat itu menjadi rival AS dalam "Space Race" atau perjuangan menuju luar angkasa), yang berhasil dengan sukses meluncurkan satelit pertamanya yang mengorbit bumi.

Keunggulan Rusia membuat pemerintahan AS menjadi lebih agresif dalam menyuruh NASA mempercepat apa saja yang mereka kerjakan, dan Ketua Kelompok Kerja Luar Angkasa, Al Harrison (Kevin Costner) membutuhkan tambahan bantuan tenaga kerja.

Dorothy sebagai supervisor menunjuk Katherine yang memang berotak encer. Katherine, ternyata menjadi matematikawan pertama baik sebagai wanita maupun berkulit hitam, yang masuk ke dalam kelompok kerja tersebut.

Namun, menjadi yang pertama ternyata tidak memudahkan bagi Katherine, bahkan dia kerap merasakan perlakuan diskriminatif yang didukung oleh iklim segregasi yang masih terasa saat itu.

Contohnya, di bangunan Kelompok Kerja Luar Angkasa itu ternyata tidak ada kamar mandi khusus untuk kaum minoritas (saat itu bahkan untuk WC juga masih harus dipisah antara kulit putih dan berwarna).

Akibatnya, Katherine sehari-hari harus terpaksa berlari ke gedung Area Barat yang berjarak sekitar setengah mil jauhnya dari tempatnya bekerja, hanya untuk bisa melakukan buang air.

Mary, Dorothy dan Katherine, merupakan tokoh nyata yang diangkat berdasarkan isi dari buku "Hidden Figures" yang ditulis oleh penulis Margot Lee Shetterly pada 2016.

Katherine Coleman Goble Johnson, yang saat ini berusia 98 tahun, juga telah dianugerahi Presidential Medal of Freedom, atau tanda jasa tertinggi dari Amerika Serikat, oleh Presiden AS Barack Obama pada tahun 2015 lampau.

Katherine memiliki banyak jasa dalam masa-masa awal NASA, dan perhitungannya juga membantu arah dan lokasi lintasan roket, termasuk dalam program pesawat angkasa Apollo 11 yang merupakan roket pertama yang tiba di bulan dengan awak manusia pada tahun 1969.

Dorothy Vaughan (1910-2008), yang belajar bahasa pemrograman secara otodidak, juga selanjutnya diangkat untuk mengepalai seksi pemrograman di Divisi Analisis dan Komputasi, divisi yang terbentuk di NASA yang tidak lagi tersegregasi baik oleh warna kulit maupun jenis kelamin.

Mary Winston (1921-2005), setelah berkarier hingga 34 tahun di NASA, juga meraih gelar teknisi paling senior dan sepanjang masa kerjanya aktif mempromosikan perempuan ke dalam NASA.

Sutradara Theodore Melfi, yang juga menulis skenario film itu bersama-sama dengan Allison Schroeder, berhasil membawakan sebuah film yang inspiratif dan menggugah, dengan takaran yang pas dan tidak berlebihan.

Tidak mengherankan pula bila film tersebut juga dinominasikan untuk tiga piala Oscar tahun ini, yaitu dalam kategori Film Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, dan Aktris Pembantu Terbaik (untuk Octavia Spencer).

Film inspirasional mengenai perjuangan kaum minoritas di AS, yang dibawakan dengan populer tetapi maknanya tetap sampai, seperti "Hidden Figures" ini seperti menjadi mutiara yang bersinar di antara berbagai deretan film lainnya di bioskop yang hanya mengandalkan kekerasan atau percintaan belaka.

Baca juga artikel terkait FILM HIDDEN FIGURES atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Film
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri

Artikel Terkait