Menuju konten utama

FIFA Kecam Iran karena Kasus Blue Girl, Gadis yang Bakar Diri

FIFA mengecam Iran atas kasus "Blue Girl", seorang perempuan yang membakar diri usai dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena menonton sepakbola.

FIFA Kecam Iran karena Kasus Blue Girl, Gadis yang Bakar Diri
Penonton wanita Iran bersorak ketika mereka mengibarkan bendera negara mereka selama pertandingan sepak bola persahabatan antara Iran dan Bolivia, di stadion Azadi (Kebebasan), di Teheran, Iran, Selasa, 16 Oktober 2018. Vahid Salemi/AP

tirto.id - FIFA mengecam Iran atas kasus meninggalnya "Blue Girl" yang menjadi perbincangan di jagat maya pada Selasa (10/9/2019). "Blue Girl" alias Sahar Khodayari adalah perempuan Iran berusia 29 tahun yang membakar diri usai dijatuhi hukuman oleh pengadilan Iran akibat diketahui menonton pertandingan sepak bola di stadion.

"Kami menyadari tragedi itu dan sangat menyesalinya. FIFA menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman Sahar dan mengulangi seruan kami pada otoritas Iran untuk memastikan kebebasan dan keamanan setiap wanita yang terlibat dalam perjuangan sah ini untuk mengakhiri larangan stadion bagi wanita di Iran," ujar FIFA, seperti dikutip BBC.

Sahar ketahuan menonton pertandingan Liga Champions Asia antara Esteghlal vs Al Ain pada Maret silam dan dipenjara selama tiga hari. Setelah dibebaskan dengan syarat, Sahar harus menunggu persidangan kasusnya dalam 6 bulan. Pada hari persidangan pada 2 September kemarin, hakim menundanya karena alasan keluarga.

Akan tetapi Sahar terlanjur mengetahui dirinya akan dipenjara dalam jangka 6 bulan hingga 2 tahun. Kemudian dia membakar dirinya sendiri di depan kantor pengadilan dan meninggal sepekan kemudian di rumah sakit Motahari Disaster and Burn Hospital.

Dilansir dari Rokna, portal berita Iran, saudara perempuan Sahar mengungkapkan Sahar menderita gangguan bipolar dalam dua tahun terakhir.

"Saudara perempuan saya menderita gangguan bipolar dan telah berada di bawah pengawasan seorang dokter selama dua tahun terakhir. Kami memiliki bukti lengkap yang disampaikan ke kantor kejaksaan, tetapi setelah saudara perempuan saya berperilaku kasar dengan ibunya, dia diselidiki sebagai orang yang sehat," ungkap saudara perempuan Sahar.

Pada Juni kemarin, Presiden FIFA, Gianni Infantino telah memperingatkan FFIRI (Federasi Sepak Bola Iran) untuk mengambil langkah kongkret memperbolehkan wanita menonton pertandingan sepak bola di stadion. Infantino memberi tenggat waktu hingga tanggal 15 Juli.

Melalui Menteri Olahraga, Jamshid Taghizadeh, Iran mengumumkan, perempuan dapat menonton pertandingan timnas pria Iran dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 10 Oktober mendatang, demikian sebagaimana diwartakan Orissa Post. Pada tanggal tersebut, Iran akan menjamu Kamboja di Stadion Azadi.

"Perempuan dapat pergi ke Stadion Azadi pada 10 Oktober 2019 untuk melihat pertandingan antara Iran vs Kamboja dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2022," kata Jashmid Taghizadeh.

"Tidak ada larangan hukum [tentang keberadaan perempuan di stadion] dan kami harus mengaktifkan infrastruktur, yang sedang berlangsung. Pandangan kami tentang perempuan, di semua tingkatan, adalah untuk mempersiapkan kondisi yang diperlukan untuk kesuksesan perempuan."

Kendati regulasi telah diubah dengan membiarkan perempuan menonton di stadion, Human Right Watch melalui Direktur Inisiatif Global, Minky Worden mengatakan itu semua belum cukup. Menurut Worden, FiFA terlalu menunda-nunda untuk menegakkan urusan ini.

Selain Human Right Watch, Philip Luther dari Amnesti Internasional juga mengecam tragedi ini. Menurutnya, kematian Sahar Khodayari adalah dampak diskriminasi atas hak-hak perempuan yang mengerikan.

"Kematiannya [Sahar Khodayari] tidak boleh sia-sia. Itu harus memacu perubahan di Iran jika tragedi lebih lanjut harus dihindari di masa depan," kata Philip Luther.

Sejak 1979, pemerintah Iran pimpinan Ayatollah Ruhholla Khomeini, melarang perempuan menonton pertandingan olahraga pria secara langsung.

Baca juga artikel terkait KASUS BLUE GIRL atau tulisan lainnya dari Gilang Ramadhan

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Gilang Ramadhan
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Dipna Videlia Putsanra