Menuju konten utama

Festival Film Dokumenter 2018, Tak Ada Pemenang Dokumenter Pendek

Juri menemukan adanya kesamaan cara bercerita, serta tidak cukupnya eksplorasi bahasa sinema dalam nominasi kategori Dokumenter Pendek.

Festival Film Dokumenter 2018, Tak Ada Pemenang Dokumenter Pendek
Alexander Matius (kiri) berfoto bersama perwakilan pemenang kategori Dokumenter Pelajar (kiri), yaitu film Tarian Kehidupan (2018). FOTO/FFD

tirto.id - Perhelatan tahunan Festival Film Dokumenter (FFD) 2018 resmi berakhir. Festival yang dimulai dari 5 hingga 12 Desember 2018 itu digelar dengan agenda pemutaran film program, pemutaran film peserta kompetisi, diskusi, peluncuran program baru, lokakarya kritik film hingga pameran dan ekshibisi di dua lokasi; Taman Budaya Yogyakarta dan IFI–LIP Yogyakarta.

Malam penganugerahan dan penutupan menjadi rangkaian akhir dari gelaran FFD, yang diadakan

pada Rabu (5/12) di Gedung Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta.

Pengumuman pemenang dari tiga kategori kompetisi dipimpin Direktur Forum Film Dokumenter, Henricus Pria Setiawan. Dalam kesempatan ini, Henricus menyampaikan, film kompetisi merupakan ajang bagi pembuat film untuk membagikan perspektif serta pandangan kritis terhadap isu-isu di sekitar mereka.

Seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Tirto, Kamis (13/12/2018), tahun ini FFD menerima 118 film kategori panjang internasional, 100 film kategori pendek, dan 23 film kategori pelajar. Pemenang Kategori Pelajar diraih oleh film berjudul Tarian Kehidupan (2018) karya Naira Capah dan Fauzan Syam Adiya.

Alexander Matius, salah satu juri kategori pelajar menyampaikan beberapa catatan bagi finalis. Menurut juri, secara umum pilihan topik kategori pelajar cukup beragam dan menarik, namun masih memerlukan fokus, kelugasan serta perspektif yang lebih dalam.

“Pemenang dipilih karena berhasil merespons isu yang dekat dengan pelajar itu sendiri dengan pengemasan yang eksploratif dan menarik. Selain memberikan gambar yang menarik dan tepat guna, filmmaker juga memperhatikan permainan suara dalam film tersebut,” ujar Alexander Matius.

Tahun ini, tidak ada pemenang dalam kategori Dokumenter Pendek. Adrian Jonathan Pasaribu,

mewakili juri yang berhalangan hadir, menyampaikan beberapa catatan mengenai para peserta.

“Juri menemukan adanya kesamaan cara bercerita, serta tidak cukupnya eksplorasi bahasa sinema di kelima film nominasi. Kelima film memiliki topik yang menarik namun belum bisa meyampaikan

cerita secara utuh. Pembuat film harus memperhatikan eksplorasi gaya dan cara bercerita dalam

proses kreatif nya. Oleh sebab itu kategori film pendek terbaik tidak diberikan pada tahun ini,” jelas Adrian.

Namun juri memberikan penghargaan lainnya berupa Special Mention Jury Awards kepada film The Nameless Boy (2017) karya Diego Batara. Pertimbangan juri dalam memberikan penghargaan ini karena The Nameless Boy mencoba untuk mengeksplorasi gaya penceritaan yang berbeda, meski demikian film ini dirasa masih perlu menguatkan penyampaian isu yang dipilih.

Kategori film panjang internasional terbaik diraih oleh film asal Filipina In The Claws Of Century

Wanting (2017) karya Jewel Maranan. Mewakili para juri yang berhalangan hadir, Amerta Kusuma

menyampaikan catatan juri untuk pemenang film kategori panjang.

“Film ini menangkap realitas dari masyarakat yang hidup dalam keberanian walau hidup terasing dari akses mata pencaharian mereka. Sisi lain dari realitas tersebut hadir melalui ambisi sutradara dan sudut pandang obsesif serta editing yang radikal,” ungkap Amerta.

Sebagai penutup, direktur FFD 2018, Ukky Satya Nugrahani menyampaikan beberapa hal yang

perlu digarisbawahi dalam perhelatan FFD tahun ini. Yang pertama, keberadaan festival sebagai

ruang dialog dan titik temu berbagai wacana dan perspektif tidak akan jadi tanpa antusiasme

banyak pihak.

Kedua, akan terus dilakukan evaluasi baik secara penyelenggaraan maupun organisasional dan setiap program yang diadakan tahun ini maupun selanjutnya FFD akan lebih

spesifik menarget penonton agar lebih tepat sasaran.

Malam penutupan ini turut memutarkan film pemenang kategori dokumenter pelajar setelah pembacaan pemenang dilakukan. Film yang diputar adalah film dari Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, Indonesia berjudul Tarian Kehidupan (2018).

Film berdurasi 17 menit ini mengisahkan tentang seorang pelajar SMP yang harus menjadikan tarian sebagai sumber penopang ekonominya.

Berikut ini adalah rekap dari pemenang kompetisi FFD 2018:

Kategori Dokumenter Pelajar:

Tarian Kehidupan (2018) karya Naira Capah dan Fauzam Syam Adiya dari Indonesia

Kategori Dokumenter Pendek:

Tidak ada pemenang

Special Mention Jury Award untuk Dokumenter Pendek:

The Nameless Boy (2017) karya Diego Batara dari Indonesia

Kategori Dokumenter Panjang:

In The Claws Of Century Wanting (2017) karya Jewel Maranan dari Filipina

Baca juga artikel terkait FILM DOKUMENTER atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Film
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra