Menuju konten utama

Faktor yang Membuat Angka Kematian Akibat DBD di Sikka Tertinggi

Kemenkes mencatat jumlah kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) terbanyak berada di Nusa Tenggara Timur, yakni 32 jiwa.

Faktor yang Membuat Angka Kematian Akibat DBD di Sikka Tertinggi
Sejumlah warga mendatangi laboratorium yang disiapkan khusus bagi masyarakat di Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (10/3/2020). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia masih mencatat jumlah kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) terbanyak berada di Nusa Tenggara Timur, yakni 32 jiwa. Jumlah terbanyak berasal dari Kabupaten Sikka yang memiliki 1.216 kasus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan tingginya angka kematian di Kabupaten Sikka, NTT, disebabkan banyak faktor.

"Di Sikka itu ada daerah yang sudah dekat dengan Ende, artinya cukup jauh, perlu waktu 2 jam untuk merujuk pasien ke rumah sakit di Kota Maumere. Ketepatan untuk merujuk pasien adalah kunci," ujar dia di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020).

Terlebih lagi, kata Nadia, pada awal masa sebelum ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di NTT, Sikka hanya memiliki 1 rumah sakit rujukan. Baru saat jumlah penderitanya meningkat, ada tambahan 2 rumah sakit swasta sebagai rujukan.

"Banyak yang meninggal tentunya ada beberapa faktor, tidak boleh terlambat sampai ke rumah sakit, puskesmas bisa merawat tapi DBD stadium 1 dan 2," ujar dia.

DBD stadium 1-2 yang dimaksud Nadia, yakni ketika pasien masih memiliki kesadaran cukup; trombosit masih di atas 100 ribu; belum muntah dan nyeri perut.

Pasien mulai harus dirujuk ketika DBD stadium 3-4, yakni pasien memiliki trombosit antara 105 hingga 99 ribu; gusi berdarah sekali; dan pendarahan dan sedikit bintik-bintik merah.

"Kendala lain di Sikka, tidak semua Puskesmas punya kemampuan yang sama. Sementara kasusnya sudah banyak. Ada faktor masyarakat tidak mau dirujuk atau terlambat sekali," ujarnya.

Hal lain yang mempengaruhi tingginya jumlah kasus DBD di Kabupaten Sikka, NTT diakui Nadia, dampak dari lingkungan yang kesulitan mengakses air. Sehingga banyak warga yang menyimpan air dalam berbagai wadah, yang akhirnya menjadi medium berkembang biaknya nyamuk.

"Sikka sampai sekarang masih belum mencabut status KLBnya," ujarnya.

Hingga 11 Maret 2020, Kemenkes mendapat total kematian akibat DBD sebanyak 104 jiwa di seluruh Indonesia.

Selain di NTT, Kemenkes mencatat angka kematian di Jawa Barat dengan 15 orang meninggal, Jawa Timur dengan 13 orang meninggal, Lampung 11 kasus kematian, Jawa Tengah 4 kasus kematian, Bengkulu 3 kasus kematian, Sulawesi Utara 3 kasus kematian.

Kemudian disusul dengan Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Masing-masing daerah itu mempunyai 2 kasus meninggal karena DBD.

"Paling sedikit ada di daerah Jambi, Kepri, Babel, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat. Totalnya satu kasus meninggal," kata Nadia.

Baca juga artikel terkait DBD atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz