Menuju konten utama

Faisal Basri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Cuma Mentok 0,5%

Faisal Basri memprediksi perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh 0,5 persen di tahun 2020.

Faisal Basri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Cuma Mentok 0,5%
Suasana permukiman penduduk dan gedung bertingkat di loihat dari kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/12). Apindo optimistis reformasi ekonomi di domestik bisa mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih pesat pada rentang 5-5,2 persen pada 2017, hal tersebut berdasarkan pertimbangan atas perkembangan ekonomi global dan domestik yang masih berada dalam proses pemulihan. ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww/16.

tirto.id - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal jauh lebih rendah dari estimasi pemerintah. Ia menyatakan pada skenario optimis atau baseline, ekonomi cuma bisa tumbuh 0,5 persen.

“Ekonomi Indonesia kemungkinan tumbuh 0,5 persen, paling optimis. Pesimisnya minus 2 sampai minus 2,5 persen,” ucap Faisal dalam diskusi online bertajuk Ongkos Ekonomi Hadapi Krisis COVID 19, Jumat (24/4/2020).

Adapun prediksi Kementerian Keuangan masih menetapkan pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh setidaknya 2,3 persen pada skenario “berat”. Lalu jika keadaan memburuk atau menjadi “sangat berat”, ekonomi akan tumbuh minus 0,4 persen.

Faisal mengatakan anjloknya pertumbuhan ekonomi itu disebabkan karena penanganan pandemi COVID-19 yang terkesan bertele-tele. Menurutnya antara pemerintahan tidak terjadi koordinasi tetapi semua berjalans endiri dan membuat pernyataannya masing-masing.

Ia mencontohkan penanganan tes di Indonesia saja baru menyentuh angka 56 ribu penduduk. Setara 214 per 1 juta penduduk. Dengan tren ini ia yakin ekonomi akan semakin sulit bergerak positif karena merespon tiap langkah penanganan yang dipilih pemerintah.

“Kita sudah kecolongan banyak misal Iran Active cases-nya turun kita masih naik entah sampai kapan. 2 Persen itu prestasi luar biasa. Jangan diharapkan ekonomi tumbuh di situasi seperti ini,” ucap Faisal.

Faisal juga mengkritik prediksi International Monetary Fund (IMF) yang dikutip Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto 17 April 2020 dalam sebuah situs media daring. Menurut Faisal tidak mungkin pada tahun 2021 Indonesia bisa langsung tumbuh di angka 8 persen hanya karena mengompensasi anjloknya pertumbuhan selama 2020.

Di samping itu, Indonesia membutuhkan waktu pemulihan. Pada tahun 2021, Indonesia ia prediksi baru bisa kembali ke 4,9 persen meski tahun 2020 sempat turun jauh. Pada tahun 2022 perlahan menyentuh 5 persen dan mencapai 5,2 persen pada 2023-2024.

“Ada yang aneh dari prediksi IMF. Rebound 2021 itu luar biasa. Melebihi pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Istilahnya kemerosotan tahun 2020 dibayar penuh plus bonus 2023. Seolah-olah Covid-19 hilang dan tiba-tiba normal lagi,” ucap Faisal.

“Tidak ada 7,8 atau 8,5 persen. Itu tidak ada,” tambah Faisal.

Faisal menilai, proyeksi tersebut juga tak akan bisa tercapai jika penanganan corona di Indonesia masih dilakukan secara amatir dan lamban.
Faisal memberi contoh, ketika suatu daerah mengajukan PSBB, pemerintah justru baru mengizinkan ketika sudah ada korban meninggal di kawasan tersebut karena COVID-19.

"Kan aneh orang mengajukan wilayah PSBB nunggu persetujuan berdasarkan berapa orang yang sudah meninggal," kata dia.

Lantaran itu lah, menurut Faisal, memulihkan perekonomian Indonesia membuthkan waktu yang cukup panjang.

"Rasanya dunia akan hadapi new normal. Recovery tidak bisa secepat yang dibayangkan oleh IMF. Saya melihat prediksinya masih konsevatif dan mungkin dunia akan lebih buruk daripada yang dibayangkan oleh IMF dan 2021 tidak akan secepat recovery," terangnya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI 2020 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas & Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana