Menuju konten utama

Fadli Zon Keliru: Meski Gratis, Linux Sistem Operasi yang Aman

Linux merupakan inti sistem operasi yang gratis, handal, dan lebih aman dari Windows.

Fadli Zon Keliru: Meski Gratis, Linux Sistem Operasi yang Aman
CEO Oracle Larry Ellison memberi isyarat di depan maskot penguin Linux pada pidatonya di konferensi Oracle Open World di San Francisco, Rabu, 25 Oktober 2006. AP Photo / Paul Sakuma

tirto.id - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengkritik Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU yang menggunakan Linux gratisan. Sebagaimana diberitakan Detik, Senin (6/5/2019), Fadli Zon berkunjung ke KPU dan melakukan sidak.

"Setelah melihat langsung ke lokasi server di kantor KPU RI, kondisi ruang penyimpanan server sangat tidak representatif. Sistem yang digunakannya juga sederhana. Operating system-nya menggunakan Linux, database mysql, dan program php. Program-program tersebut bahkan bisa diperoleh gratis. Secara fisik, server KPU itu tak representatif. Seorang ahli IT menaksir dari segi biaya server KPU itu di kisaran 1-2 miliar rupiah. Begitu pun dengan operation room-nya," ujar Fadli sebagaimana dikutip Detik.

Benarkah Linux "kurang representatif" seperti yang dibilang Fadli?

Kenyataan berkata sebaliknya. Gratisan bukan berarti tak bermutu. Dalam kasus Linux, tingkat keamanan sistem operasi komputer ini bahkan mengalahkan Windows.

“Saya memulai Linux sebagai sistem operasi desktop (PC),” kata Linus Benedict Torvalds, sosok yang melahirkan Linux pada 1991. “Sayangnya, PC adalah satu-satunya segmen yang tidak bisa dikuasai Linux,” tegas Torvalds kemudian dalam acara yang digelar di Aalto Center for Entrepreneurship 2012.

“Itulah kegagalan personal saya dalam mengembangkan Linux,” klaimnya.

Di segmen PC, baik desktop maupun laptop, Linux tak banyak dipakai. Hingga Januari 2019, Windows yang diproduksi oleh Microsoft menguasai lebih dari 75 persen pangsa pasar.

Linux lahir pada 25 Agustus 1991. Kala itu, Torvalds yang masih berumur 17 tahun, mengirim sebuah pesan pada grup com.os.minix, grup maya yang termaktub dalam jaringan Usenet. Dalam pesannya, Torvalds mengatakan bahwa ia tengah menggarap sistem operasi untuk komputer 386 (Intel 486). Atau tepatnya, menciptakan kernel alias inti sistem operasi yang bekerja mengendalikan segala sesuatu di komputer. Penciptaan Linux terinspirasi dari Unix, sistem operasi lawas yang dikembangkan Bell Labs.

Linux dikembangkan dengan konsep open source. Artinya, siapapun bisa menengok—dan bahkan memodifikasi—rupa kode pemrograman Linux. Pada versi awal, Linux 1.0, Torvalds menciptakan kernelnya itu melalui 176.250 baris kode (line of code). Kini, pada Linux 5.1, versi paling baru kernel Linux diciptakan dengan 17,8 juta baris kode berkat sokongan banyak pengembang dari seluruh dunia.

Namun, di awal kemunculannya Torvalds menegaskan bahwa Linux “hanya hobi semata dan diyakini tak akan menjadi besar serta profesional”. Tapi, dunia berkehendak lain. Linux berkembang menjadi salah satu teknologi yang mendikte dunia modern. Linux digunakan 90 persen perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500, menjadi sistem operasi server bagi 96,5 persen dari satu juta situs web terpopuler dunia, dan berada di balik setiap ponsel pintar berbasis Android di seluruh dunia.

Kehebatan lainnya, merujuk pemberitaan ZDNet, 500 dari 500 superkomputer terhebat dunia menggunakan Linux.

“Saya pikir, 900 ribu aktivasi Android (pada 2012) itu (dan prestasi Linux lainnya) bukan kesuksesan kecil,” canda Torvalds.

Jim Zemlin, direktur eksekutif Linux Foundation, konsorsium pengurus Linux, mengatakan bahwa Linux ialah “batubara dan baja di zaman informasi”.

Mengapa Linux Sukses?

Jurnalis Wired Robert McMillan mengatakan Linux bisa sukses salah satunya berkat mendompleng perkembangan Intel untuk menjadi pemain kunci sebagai penyedia chip komputer dan Windows sebagai sistem operasi. Kombinasi keduanya tidak memiliki saingan berarti karena Mac dari Apple merupakan paket kesatuan antara hardware dan software. Linux masuk di tengah-tengah mereka dan mencoba menjadi pilihan alternatif, dari segi sistem operasi.

Strategi memposisikan diri sebagai alternatif didukung dengan pilihan sistem lisensi teknologi ini. Menggunakan GNU General Public License, distribusi Linux tak dipatok tarif sepeser pun. Lisensi ini memungkinkan siapa saja boleh memiliki sistem operasi Linux, bahkan memodifikasinya.

infografik the great linux

undefined

Linux juga populer karena kernel ini terbilang andal, khususnya dalam hal keamanan. Dalam “Linux versus Windows NT: The Verdict” (1999) yang dirilis Bloor Research, disebutkan bahwa Windows NT kernel yang memotori sistem operasi Windows mengalami 68 kegagalan selama uji coba. Sementara kernel Linux hanya mengalami satu kali kegagalan fungsi selama dilakukan uji coba.

Studi Ioannis Samoladas, dkk yang berjudul “Open Source Software Development Should Strive for Even Greater Code Maintainability” (2004) pun menegaskan hal yang sama. Karena mengusung konsep open source, kode pemrograman Linux lebih baik dibandingkan sistem berbasis proprietary seperti Windows.

Pada 2004, sebagaimana diwartakan Wired, beberapa peneliti Stanford University melakukan penelitian terhadap Linux. Tim yang bekerja selama empat tahun itu menganalisis 5,7 juta baris kode Linux. Hasilnya, kernel Linux jauh lebih aman dibandingkan perangkat lunak sejenis berbasis proprietary.

Secara lebih terperinci, di kernel Linux 2.6, terdapat 985 bug dari 5,7 juta baris kode yang menyusun teknologi ini. Windows XP, sebagai pembanding, yang memiliki 40 juta baris kode disebutkan “memiliki bug dengan intensitas ‘sering’ di setiap barisnya.”

Secara umum, perangkat lunak memiliki 20 hingga 30 bug untuk setiap 1.000 baris kode, menurut penelitian yang dilakukan Carnegie Mellon University. Dengan asumsi itu, Linux seharusnya memiliki 114.000 hingga 171.000 bug pada 5,7 juta baris kode yang menyusunnya.

Tapi rupanya Linux hanya memiliki 0,17 bug untuk setiap 1.000 baris kode.

"Temuan kami menunjukkan bahwa Linux mengandung tingkat kecacatan yang sangat rendah dan merupakan bukti keamanan Linux yang kuat," kata Seth Hallem, seorang peneliti open source.

Linux memang gratis, tetapi ini tak ada hubungannya dengan tingkat keamanan teknologi ini.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Windu Jusuf