Menuju konten utama

Ethiopian Airlines, Maskapai yang Disebut Terbaik di Afrika

Ethiopian Airlines adalah maskapai full-service, lain dengan Lion Air yang ada di genre maskapai berbiaya murah.

Ethiopian Airlines, Maskapai yang Disebut Terbaik di Afrika
Pesawat Ethiopian Airlines. FOTO/Antaranews

tirto.id - Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET302 jatuh, enam menit selepas lepas landas dari bandara Addis Ababa pukul 8.39 waktu setempat dengan tujuan Nairobi. Diperkirakan ada 157 jiwa yang tewas, termasuk kru pesawat. Di antara mereka terdapat satu penumpang asal Indonesia yang menjadi bagian dari 19 penumpang pekerja Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ikut serta.

Pesawat ET 302 yang jatuh tersebut memiliki kesamaan tipe dengan pesawat Lion Air JT610 yang jatuh pada Oktober 2018 lalu di Laut Jawa, yakni Boeing 737 Max 8.

"Tidak ada cacat pada pesawat sebelum penerbangan dilakukan,” kata Kepala Eksekutif Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam sebagaimana diwartakan Associated Press. “Sulit melihat hubungan paralel dengan kecelakaan Lion Air.”

Pernyataan Gebremariam itu mirip sanggahan pihak Lion Air. Kala itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyatakan, “di dalam pesawat itu, kan, ada engineer-nya. Ikut dia terbang. Berarti, kan, pesawat layak terbang.”

Komentar yang senada itu muncul atas satu kondisi sama: 737 Max 8, baik yang dioperasikan Lion Air maupun Ethiopian Airlines, masih dalam kondisi baru, belum sampai setahun digunakan oleh masing-masing maskapai. Kedua kecelakaan 737 Max 8 itu pun terjadi tidak lama selepas take-off dilakukan. Kedua pesawat itu juga dikomando kapten yang memiliki jam terbang cukup tinggi.

Kapten Yared Mulugeta, yang memimpin Ethiopian Airlines ET302, disebut “sangat berpengalaman”. Sementara itu, Kapten Bhavye Suneja, yang memimpin JT610, telah mengantongi 6.000 jam terbang.

Namun, Mark Rosenker, mantan Kepala NTSB (National Transportation Safety Board), kepada Reuters mengatakan bahwa dua kecelakaan yang menimpa 737 Max 8 yang berurutan itu adalah kejadian yang “sangat tidak biasa".

Pernyataan senada ditegaskan pula oleh The Civil Aviation Administration of China (CAAC) yang membuat otoritas Cina membekukan operasional 96 unit tipe pesawat tersebut.

"Kecelakaan 737 Max 8, baik dari Lion Air maupun Ethiopian Airlines, memiliki tingkat kesamaan yang tinggi,” demikian kesimpulan otoritas keselamatan terbang Cina itu. “Prinsip kami soal keselamatan terbang adalah zero-tolerance."

Otoritas Indonesia sendiri tengah memperhatikan perkembangan 737 Max 8. Sementara itu, Kepala KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Soerjanto Tjahjono menyebut bahwa Indonesia siap memberi bantuan investigasi bagi Ethiopia, terutama karena ada satu korban asal Indonesia. Menurut ketentuan internasional, hal itu membuat Indonesia bisa diikutkan dalam investigasi.

Maskapai Bintang 4

Ethiopian Airlines (EAL) merupakan maskapai yang didirikan sejak 21 Desember 1945 oleh Kaisar Haile Selassie dan mulai mengangkasa sejak 8 April 1946. Pada penerbangan pertamanya, maskapai ini menggunakan Douglas C-47, pesawat yang umum mengangkasa pada Perang Dunia II. Ia mengantarkan para penumpang ke Kairo, Mesir.

Bandara Addis Ababa, markas utama maskapai ini, adalah pintu internasional menjelajah wilayah Afrika. Tak heran bila dalam pesawat yang jatuh itu ada banyak perwakilan PBB.

Ethiopian Airlines termasuk maskapai paling bersejarah dalam dunia kedirgantaraan Afrika. Misalnya, ia adalah maskapai pertama yang menerbangkan Boeing 767, Boeing 777, hingga Boeing 787 Dreamliner. Tercatat, per Februari 2019, Ethiopian Airlines mengoperasikan 108 pesawat yang terbang ke 20 rute domestik; 61 kota di Afrika dan lebih dari 105 rute internasional. Kehebatan ini membuat Ethiopian Airlines menjadi bagian dari “Star Alliance Member Carriers”.

Infografik Ethiopian airlines

Infografik Ethiopian airlines

Atas dukungan penuh dari pemerintah, tak mengherankan bila Ethiopian Airlines, menurut pemeringkat SkyTrak, merupakan maskapai berbintang 4 (dari 5 bintang). Pada 2018, SkyTrak bahkan memberi gelar maskapai itu sebagai “Best Airline in Africa”, Best Economy Class in Africa”, dan “Best Business Class in Africa”.

Sementara itu, pada 2017, Ethiopian Airlines menduduki posisi ke-48 sebagai maskapai terbaik di dunia, mengungguli Saudi Arabian Airlines, Southwest Airlines, Alitalia, hingga United Airlines. Bahkan, dalam salah satu pemberitaan BBC, maskapai ini disebut “Sub-Saharan Africa’s Best Operators.”

“Ethiopian Airlines merupakan salah satu maskapai teraman di dunia,” tegas Gebremariam, sang CEO.

Artinya, meski kecelakaan yang terjadi antara Ethiopian Airlines terlihat sama, keduanya berbeda. Ethiopian Airlines merupakan maskapai full-service, sementara Lion Air merupakan maskapai berbiaya murah atau low cost carrier yang layanannya minimalis.

Oleht SkyTrak, Lion Air hanya diberi 2 bintang. Dan di laman review pengguna SkyTrak, banyak komentar bernada negatif soal maskapai ini.

Meskipun mengklaim teraman dan termasuk maskapai terbaik, kecelakaan tak luput menggelayuti maskapai ini. Semenjak berdiri, tercatat telah 64 kecelakaan dialami Ethiopian Airlines, dengan total 494 korban jiwa.

Dua kecelakaan fatal yang terjadi sebelum ET302 ialah kecelakaan pesawat pada 25 januari 2010. Kala itu, pesawat Boeing 737-8AS (WL) Ethiopian Airlines jatuh di 11 kilometer barat daya Beirut International Airport di Libanon. Kecelakaan itu menewaskan 90 orang, termasuk kru.

Kecelakaan lainnya terjadi pada 23 November 1996. Penerbangan ET961 yang menggunakan Boeing 767-260ER tersebut berakhir fatal selepas dibajak oleh salah seorang penumpang yang mengaku membawa bom. Akibatnya, pesawat yang baru terbang 20 menit dari Addis Ababa celaka dengan menewaskan 125 orang.

Baca juga artikel terkait ETHIOPIAN AIRLINES atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani