Menuju konten utama

Es Krim Murah Aice: Menggandeng Para Seleb, Mengabaikan Hak Buruh

Langkah bisnis produsen es krim Aice berkali-kali lipat dari langkah perusahaan memenuhi hak-hak dasar buruh.

Es Krim Murah Aice: Menggandeng Para Seleb, Mengabaikan Hak Buruh
Distribusi penjualan ice cream Aice di minimarket OK OCE, Jakarta (3/12/2017). tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Meski ratusan nasib buruh yang memproduksi es krim Aice menerima perlakuan kerja buruk, bahkan dieksploitasi, kiprah bisnis "es krim murah" yang merambah ke desa-desa seluruh Indonesia ini, dari Aceh hingga Flores, menolak surut. Langkah bisnisnya berlipat-lipat maju ketimbang langkah perusahaan memenuhi hak-hak dasar buruhnya.

Aice Group Holdings Ptd. Ltd., yang beralamat di Singapura dan induk PT Alpen Food Industry, memang menyasar konsumen menengah ke bawah. Dalam kiprahnya sejak lima tahun, merek dagang ini merebut perhatian, di antaranya sebagai '10 Makanan Paling Viral 2016', 'Excellent Brand Award 2017', dan terakhir 'Jawara Halal Award 2017 kategori Produk Halal Pendatang Baru Terbaik'.

Semula perusahaan memproduksi es krim dengan merek dagang Baronet pada 2012. Dari penuturan Maria Margaretha, direktur PT Mandiri Putra Bangsa—perusahaan outsourcing berbasis di Tangerang yang memasok buruh kontrak kepada PT AFI—perusahaan ini dibentuk oleh pengusaha Indonesia bernama Indra Koesumadi, yang bekerjasama dengan rekanan kerja dari Cina bernama Mr. Guo. Konsepnya masih sama dengan Aice sekarang: menjual es krim dengan harga Rp2.000 hingga Rp10.000.

Indra, yang tak memperoleh izin, lantas menjual sahamnya kepada Aice Group Holdings Pte. Ltd.

Dari keterangan resmi pihak perusahaan kepada reporter Tirto, PT AFI bisa memproduksi es krim 1,8 juta batang per hari. Jumlah ini disalurkan ke seluruh Indonesia, menjangkau dari Aceh hingga Flores. Nyaris produk es krim Aice merambah ke sebagian besar toko kelontong, menutup produsen besar dan pemain lama es krim macam Wall's maupun Campina.

Bahkan dari keterangan buruh pabrik Aice, dan diperkuat dengan foto, ada pengiriman produk es krim dari Singapura, yang memperlihatkan 4 truk mengangkut sekitar 7 ribu dus es krim untuk memenuhi permintaan tinggi dari berbagai pelosok di Indonesia.

Dalam waktu dekat, Aice Groups bahkan bakal membangun pabrik baru di Surabaya dengan luas sekitar 2 kali lipat dari pabrik sekarang di Bekasi, dengan 15 jalur produksi (pabrik di Cibitung hanya punya 8 lane).

undefined

Distribusi Ke Toko Kelontong, Gandeng Para Seleb

Untuk mengirim es krim dalam satu kali ada sekitar 20 truk yang dipersiapkan. Setiap dua truk bergiliran masuk-keluar pabrik.

“Kapasitasnya tergantung, soalnya ada yang kecil, ada yang gede. Kalau yang kecil itu bisa sampai 4.000 dus, ya. Kalau untuk kontainer itu hampir 6.000 dus,” ujar salah satu karyawan.

Keuntungan Aice sampai bisa menjadi sponsor Asian Games 2018 masih cukup sumir. Dikonfirmasi ke salah satu distributor Aice di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Mr. Guo selaku manajemen di sana tidak mau menjawab seputar hal tersebut.

Mr. Guo adalah salah satu pimpinan kantor distributor Aice bernama PT Top Eskrim Yummy. Kantornya menempati gedung 3 lantai seluas kurang lebih 15 x 10 meter persegi. Lantai dasar sebagai gudang kulkas Aice, lantai 2 sebagai kantor administrasi, dan lantai 3 sebagai gudang penyimpanan. Di bawah terlihat ada 2 truk Colt T120 dengan boks penyimpan es krim untuk menjaga suhu tetap stabil saat diantar ke pelbagai agen dan toko kelontong.

Setiap hari, ada saja es krim yang diantar menuju agen Aice dari PT Top Eskrim Yummy. Kendati demikian, Mr. Guo enggan merinci total es krim yang mereka distribusikan. Mr. Guo hanya bilang ada tiga agen yang menampung kiriman dari mereka, dan ketiganya bebas menjual.

Tugas mereka adalah mencari toko-toko kelontong atau reseller yang mau memperdagangkan es krim Aice melalui sales, menurut Mr. Guo.

Setidaknya ada 35 jenis es krim Aice yang dijual di Indonesia. Biasanya satu dus dijual dengan harga terendah Rp40 ribu untuk varian rasa melon stick 50 gram isi 50 batang, dan yang termahal Rp200 ribu untuk varian rasa milk low sugar stick 50 gram isi 40 batang.

Selisih harga dari pabrik ke distributor hingga agen dan toko kelontong bisa melonjak antara Rp1.000 sampai Rp1.700.

Wiwit, pemilik toko kelontong di kawasan Pamulang, menjual es krim Aice sebanyak 40 dus dalam sebulan. Ada kontrak yang ditandatanganinya. Isinya, antara lain, ia harus menjual es krim Aice sebanyak 120 dus dalam 3 bulan, dan menjual sesuai harga yang dipatok oleh agen dan "tidak boleh menjual dengan harga lain." Toko biasanya hanya mengambil untung Rp500 per batang es krim.

Pada awal kontrak, Wiwit harus mengeluarkan Rp1,6 juta untuk biaya kulkas dari Aice. “Bila tidak mencapai target penjualan, kontraknya disetop,” ujar Wiwit, yang selalu memenuhi target.

Pada Agustus 2016, Aice mulai memasarkan produknya ke Transmart Carrefour, perusahaan ritel milik pengusaha Chairul Tanjung, di beberapa wilayah. Di ritel itu, sebatang es krim Aice yang biasa dijual seharga Rp2 ribu naik 150 persen menjadi Rp5 ribu.

Rekanan distribusi itu diposting oleh akun resmi Facebook Carrefour Indonesia: “Yang manis di hari Kamis! Cobain kesegaran buah asli dari Aice Ice Cream di Transmart & Carrefour harga mulai dari Rp5 ribu. Rasa buahnya terasaaaa banget.

Selain itu, beberapa selebritas digandeng PT Alpen Food Industry sebagai buzzer es krim Aice via akun Instagram. Para seleb ini termasuk Chelsea Islan, Melaney Ricardo, Ria Ricis, Gisella Anastasia, Tyna Kanna Mirdad, Ririn Dwi Ariyanti, hingga bintang belia Zara Leola.

Dalam satu pertemuan kami dengan para buruh Aice yang melakukan mogok kerja di pelataran pabrik, seorang pekerja dari bagian logistik, dengan nada miris berkata soal rasa es krim yang diproduksinya "katanya sih lebih enak" dari rasa produk es krim lain.

Mendengar itu, seorang kolega kerjanya dari bagian mixing menimpali: “Iyalah. Keringat gue.”

Baca juga artikel terkait BURUH AICE atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Bisnis
Reporter: Felix Nathaniel & Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Fahri Salam