Menuju konten utama

Erick Thohir Tidak Ingin Pilkada Jadi Gelombang Ketiga COVID-19

Erick Thohir berharap ajang pemilihan kepala daerah atau Pilkada tidak menjadi gelombang ketiga pandemi COVID-19 yang sangat berbahaya.

Erick Thohir Tidak Ingin Pilkada Jadi Gelombang Ketiga COVID-19
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kanan) bersama Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir (kiri) mengikuti Rapat Dengar Pandapat dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/nz

tirto.id - Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) Erick Thohir berharap ajang pemilihan kepala daerah atau Pilkada tidak menjadi gelombang ketiga pandemi COVID-19 yang sangat berbahaya.

"Kita menekankan pada situasi Pilkada dan pernyataan Komite PCPEN termasuk saya sendiri sangat keras, jangan kita bicara sukses Pilkada tapi gagal dalam penanganan COVID-19 karena situasi ini bisa menjadi gelombang ketiga yang sangat membahayakan," ujar Erick dalam orasi ilmiah di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jumat (11/9/2020), seperti dilansir Antara.

Erick mengimbau para calon pemimpin daerah yang berkompetisi harus peduli dan menjalankan disiplin protokol kesehatan pencegahan COVID-19, jika terjadi sebaliknya berarti mereka tidak peduli.

"Jangan hanya mengutamakan terpilihnya saja, tapi mengorbankan risiko fatalitas kematian COVID-19," katanya.

Menteri BUMN tersebut berulang kali mengingatkan agar penerapan dan disiplin protokol kesehatan pencegahan COVID-19 harus tetap dilakukan oleh semua masyarakat, demi menekan penyebaran pandemi mematikan tersebut.

"Saya tidak ada maksud menakut-nakuti bahwa kita tidak akan melihat penurunan jumlah kasus COVID secara signifikan, kalau perilaku disiplin protokol kesehatan tidak dilakukan bersama-sama," ujar Erick

Karena itu kalau melihat bagaimana sekarang kasus-kasus yang terjadi dan tentu kondisi Indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara seperti India, Brazil dan Amerika Serikat, namun semua pihak tidak mau Indonesia terus mendekati angka-angka penyebaran COVID di negara-negara tersebut.

Kalau melihat angka COVID di India yang mendapatkan angka satu juta kasus COVID dalam tempo 12 hari, bukan tidak mungkin jika tidak berdisiplin masyarakat Indonesia maka mungkin juga pada awal tahun depan akan mengalami kenaikan angka-angka kasus COVID di Indonesia.

"Kalau kita berasumsi jelek saja misalkan terjadi 3.000 kasus COVID per hari, maka di akhir Desember 2020 kasus pandemi Indonesia bisa mencapai 500 ribu," tegas Erick.

Hingga saat ini, kurva kasus positif Indonesia belum menunjukkan penurunan signifikan sejak kasus pertama dilaporkan pada Maret 2020. Itu artinya, gelombang pertama COVID-19 di Indonesia bahkan belum selesai. Kasus positif harian di Indonesia justru makin meningkat, terakhir pada 10 September 2020 kasus positif harian mencapai rekor 3.861 kasus .

Baca juga artikel terkait KASUS CORONA

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Restu Diantina Putri