Menuju konten utama

Erick Thohir akan Merger atau Tutup BUMN Berkinerja Buruk

Erick Thohir berencana memangkas jumlah BUMN dengan cara menggabungkan atau menutup perusahaan pelat merah, terutama yang berkinerja buruk.

Erick Thohir akan Merger atau Tutup BUMN Berkinerja Buruk
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (depan kiri) bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (depan tengah) dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga (depan kanan) mengikuti rapat dengan Komisi VI DPR, di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/12/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama.

tirto.id - Menteri BUMN Erick Thohir berencana memangkas jumlah BUMN yang saat ini mencapai 142 perusahaan dengan cara menggabungkan atau menutup perusahaan pelat merah, terutama yang berkinerja buruk.

“Jumlah BUMN sekarang banyak. Harus dikurangi kembali ke core bisnis. Ini harus dimerger atau ditutup. Tidak bisa berdiri sendiri. Semua terlalu banyak,” ucap Erick kepada wartawan saat ditemui di Ritz Carlton, Pacific Place, Rabu (4/12/2019).

Erick menyatakan salah satu contoh BUMN itu adalah PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN). Dia menilai BUMN ini tidak fokus pada bisnis inti yakni pembiayaan kredit atau leasing kapal lantaran juga menggarap bisnis hotel.

Perusahaan tersebut, lanjut Erick, malah mengurusi leasing pesawat yang jumlahnya pada 1994 mencapai 10 unit. Parahnya, perusahaan penyewanya saat ini sudah tidak ada alias tutup.

Kondisi PT PANN ini disinyalir menjadi salah satu perusahaan yang menjadi sasaran merger. Namun, kata Erick, kondisi yang terjadi di PT PANN tersebut tidak serta merta merupakan kesalahan manajemen saat ini karena direksi yang ada saat ini masih baru.

“Dia didirikan leasing kapal laut, bukan kapal udara. Nanti malah ada kapal lain yaitu kapal-kapalan,” ucap Erick.

Di samping itu, Erick juga menyoroti banyaknya BUMN yang memiliki anak usaha yang diduga hanya untuk menguntungkan pihak tertentu. Dia curiga BUMN itu dibuat tidak sesuai kebutuhan malah direksinya diisi oleh pensiunan yang sekadar mendapatkan jabatan.

“Apalagi visi presiden cipta lapangan kerja, ternyata nanti BUMN punya anak hanya menggemukkan diri dan diisi oleh kroni oknum. Maaf saya bukan anti orang tua, saya apresiasi, tapi kalau semua diisi oleh pensiunan, sedangkan 58 persen penduduk Indonesia muda, berarti enggak buka lapangan kerja,” ucap Erick.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyebutkan jumlah BUMN yang merugi pada 2018 meningkat dua kali lipat menjadi tujuh perusahaan dari sebelumnya hanya tiga perusahaan.

Tujuh perusahaan BUMN yang merugi itu di antaranya seperti PT Krakatau Steel Tbk., Perum Bulog, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT PAL, dan PT Dok Kodja.

“Tahun 2017 sudah ada perubahan setelah 2 kali PMN, jumlah BUMN yang laba ada 38 perusahaan dan rugi 3 perusahaan. Tahun lalu BUMN yang laba jadi 34 perusahaan dan yang rugi 7 perusahaan,” ucap Sri Mulyani.

Berdasarkan data dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Krakatau Steel membukukan rugi bersih sebesar 77 juta dolar AS sepanjang 2018. Pada saat bersamaan, Perum Bulog juga rugi sebesar Rp962 miliar.

Kemudian, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mencatatkan rugi Rp519 miliar, PT Sang Hyang Seri rugi Rp183 miliar, PT Pertani rugi Rp83 miliar, PT PAL rugi Rp304 miliar, dan PT Dok Kodja rugi Rp273 miliar.

Baca juga artikel terkait MERGER BUMN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang