Menuju konten utama

Emmerson Mnangagwa Serukan Demokrasi Baru di Zimbabwe

Mantan tangan kanan Mugabe yang ditetapkan untuk menjadi presiden Zimbabwe berikutnya memberikan pidato pertama setelah kembali dari pengasingan.

Emmerson Mnangagwa Serukan Demokrasi Baru di Zimbabwe
Presiden Robert Mugabe dan Emmerson Mnangagwa berjabat tangan. FOTO/REUTERS

tirto.id - Mantan Wakil Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengatakan negara tersebut sedang menyaksikan sebuah "demokrasi yang baru dan terbentang". Hal ini diucapkan Mnangagwa saat dia memberi sambutan meriah setelah dua minggu melarikan diri ke Afrika Selatan usai dipecat oleh Robert Mugabe.

Emmerson Mnangagwa, veteran perang kemerdekaan yang berusia 75 tahun dan pendukung partai Zanu-PF yang berkuasa, akan dilantik sebagai presiden Zimbabwe pada Jumat (24/11/2017). Pemecatannya memicu krisis politik yang puncaknya berakhir dengan pengunduran diri Mugabe (93) pada hari Selasa.

Mnangagwa tiba dari Johannesburg di sebuah pangkalan udara militer di Harare pada Rabu (22/11/2017) sore. Ia kemudian melakukan perjalanan langsung ke markas Zanu-PF di mana ratusan orang telah berkumpul untuk mendengar pidato pertamanya sebagai presiden yang akan dilantik.

"Masyarakat telah berbicara. Suara rakyat adalah suara Tuhan," kata dia kepada pendukungnya. "Hari ini kita menyaksikan awal dari sebuah demokrasi baru dan terus berlanjut."

Prajurit menjaga pintu masuk markas, namun mengizinkan pedagang asongan menjual es krim, pisang, dan minuman ringan ke dalam. Di luar, sebuah kios darurat menjual kaos Zanu-PF dengan slogan "Era Baru" dan bendera dalam warna nasional.

Banyak pendukung membawa plakat untuk menyampaikan berterima kasih pada Mnangagwa atas "ketahanan dan kesabarannya."

Dijuluki "Sang Buaya" atas reputasinya yang menakutkan, Mnangagwa telah dituduh memimpin gelombang represi brutal terhadap lawan Zanu-PF dan Mugabe.

Popularitasnya saat ini, meski sangat tinggi, jelas lebih bergantung pada kejadian luar biasa minggu lalu daripada pengetahuan mendalam terhadap sosok mantan kepala mata-mata tersebut.

"Saya di sini untuk menyambut pemimpin saya, pemimpin kami," kata Nicky Chihwa, seorang siswa berusia 28 tahun yang melambai-lambaikan bendera nasional. "Kami berharap dia akan menjadi seseorang yang akan membawa perubahan. Kami tidak terlalu peduli dengan siapa. Kami hanya ingin Mugabe pergi. "

Mengutip laporan The Guardian, Jennifer Mhlanga, anggota dewan Zanu-PF dan anggota komite utama partai tersebut, mengatakan penting bahwa Mnangagwa merasa mendapat dukungan partai tersebut.

"Dia perlu tahu bahwa semua pekerjaan ini, untuk memenuhi semua harapan tinggi ini, tidak akan jatuh begitu saja di bahunya. Dia memiliki semua orang ini bersamanya. Keluarga Zanu-PF akan membantunya, keluarga Zimbabwe akan membantunya," tuturnya.

Pengasingan Mnangagwa di Afrika Selatan menggarisbawahi peran penting yang dimiliki pejuang kuat itu selama krisis. Meskipun upaya mediasi diplomatik gagal, ibu kota Pretoria jelas menawarkan tempat yang sangat penting bagi Mnangagwa dan sekutu dekat ketika mereka terpaksa melarikan diri tiga minggu yang lalu.

Perayaan menyambut iring-iringan mobil membawa Mnangagwa melewati ibu kota Zimbabwe dalam perjalanan ke markas partai. Di sana, satu potret kecil Mugabe tetap berada di dinding namun ada dua gambar besar yang tersimpan di sebuah sudut.

Masih banyak penghormatan Mugabe. Sementara kebanyakan masyarakat di Harare mengatakan bahwa dia seharusnya diizinkan untuk "beristirahat" daripada menghadapi tuduhan atau diadili secara paksa.

Pejabat Zanu-PF mengatakan bahwa Mugabe dan istrinya, Grace, akan diizinkan untuk tinggal di Zimbabwe.

Ziyambi Ziyambi, anggota parlemen Zanu-PF dan mantan menteri, mengatakan bahwa Mugabe dan Grace telah dijamin bebas dari tuntutan hukum dan perlindungan lainnya yang tidak ditentukan.

"Sudah ada kesepakatan. Mereka adalah negarawan tua dan akan dihormati serta diberi iuran. Dia adalah presiden kami dan dia setuju untuk mengundurkan diri sehingga dia akan menikmati keuntungan menjadi mantan presiden dan istrinya juga. Dia adalah ikon kami," kata Ziyambi.

Mugabe, yang memerintah negara tersebut dengan cengkeraman kuat selama 37 tahun, akhirnya menyerah pada tekanan rakyat dan politik pada Selasa (21/11/2017). Dia menolak untuk meninggalkan kantor selama delapan hari ketidakpastian yang dimulai dengan pengambilalihan militer pekan lalu.

Harare sepi pada Rabu pagi setelah malam perayaan yang menggembirakan. Lalu lintas normal dan banyak orang akan bekerja.

"Ini adalah hari baru bagi Zimbabwe. Kami tersenyum, "kata Lovemore Simbeli (19), saat ia menjual koran dengan headline halaman depan yang mengumumkan pengunduran diri Mugabe.

Mnangagwa, yang pernah menjadi salah satu pembantu terdekat Mugabe, dapat mengandalkan dukungan angkatan bersenjata, kelompok pengikut Zanu-PF yang bermarkas di seluruh negeri, dan pengikutnya sendiri di bagian timur Zimbabwe dari mana asalnya.

Keputusan untuk memecat Mnangagwa adalah kesalahan taktis yang jarang dilakukan oleh Mugabe, yang tampaknya ingin memberi jalan agar istrinya mendapatkan kekuasaan untuk memimpin.

Meskipun ada rasa hormat yang luas terhadap Mugabe atas kepemimpinannya selama perang pembebasan brutal pada tahun 1960-1970an, ibu negara itu justru dipandang berbeda dengan banyak orang menuntut pemenjaraannya.

Terlepas dari jaminan yang ditawarkan oleh Mnangagwa dan militer, Mugabe dan istrinya mungkin masih lebih memilih pengasingan. Dubai, Singapura atau Malaysia dianggap sebagai tujuan yang paling mungkin. Keluarga tersebut dipercaya memiliki properti yang cukup besar di luar negeri.

Baca juga artikel terkait ZIMBABWE atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari