Menuju konten utama

Elon Musk Sang Biang Kerok di Tubuh Tesla

Perseteruan Elon Musk dengan Komisi Pasar Modal Amerika Serikat berakhir dengan didepaknya Musk dari kursi ketua dewan direksi. Hal ini membuat masa depan Tesla sebagai perusahaan menjadi tak mudah diprediksi.

 Elon Musk Sang Biang Kerok di Tubuh Tesla
Elon Musk saat berbicara pada sebuah acara diskusi. Foto/Reuters

tirto.id - Seminggu terakhir mungkin adalah pekan yang menegangkan untuk para investor Tesla. Drama antara Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk dengan Komisi Pasar Modal (Securities and Exchange Commission/SEC) Amerika Serikat tak hanya menegangkan namun juga masih menyisakan sejumlah tanya mengenai bagaimana nasib perusahaan itu ke depan.

Semuanya berawal dari cuitan Musk di Twitter 7 Agustus lalu. Musk yang memiliki 22 juta folower di akun Twitternya tersebut menyebutkan bahwa ia telah ‘mengamankan pendanaan’ untuk pembelian saham Tesla senilai US$ 420 per lembar.

Cuitan itu menimbulkan kericuhan di media sosial juga pasar saham. Tidak hanya investor, para jurnalis serta analis pasar pun dibuat kebingungan karena cuitan itu muncul tiba-tiba bak petir di siang bolong.

Pada 24 Agustus, melalui blog resmi Tesla, ia kemudian mengumumkan bahwa transaksi itu dibatalkan. "Mengingat umpan balik yang saya terima, jelas bahwa sebagian besar pemegang saham Tesla percaya bahwa kami lebih baik bergerak sebagai perusahaan publik," tulis Musk.

Apa yang dilakukan Musk berujung gugatan dari SEC ke pengadilan tinggi distrik bagian selatan New York pada Kamis, 27 September lalu. Komisi tersebut menilai, Musk diduga melakukan penipuan sekuritas yang menyebabkan terjadinya gangguan pasar yang signifikan melalui cuitan tersebut. Cuitan Musk memang sempat membuat saham Tesla meroket hingga lebih dari 6 persen pada 7 Agustus 2018.

SEC menuduh bahwa Musk sesungguhnya tidak sedang dalam proses pembicaraan perjanjian penjualan apapun dengan institusi pembiayaan potensial dan ia sebenarnya tahu bahwa transaksi potensial itu tidak pasti.

"Pemimpin perusahaan memegang posisi kepercayaan di pasar kami dan memiliki tanggung jawab penting kepada pemegang saham," kata Steven Peikin, Co-Director Divisi Penegakan SEC. "Status selebritas atau reputasi sebagai inovator teknologi dari seorang pemimpin perusahaan tidak memberikan lisensi untuk menganggap enteng tanggung jawab itu."

Gugatan itu bertujuan untuk menyeret Musk turun dari posisinya sebagai CEO atau direktur perusahaan publik seperti Tesla. Seperti dilaporkan oleh The New York Times, hukuman ini merupakan salah satu solusi paling serius yang dapat 'dipaksakan' oleh SEC terhadap eksekutif perusahaan.

Usut punya usut, cuitan itu ternyata memang benar palsu layaknya pernyataan Ratna Sarumpaet yang mengaku dipukuli orang.

Seperti dilaporkan Bloomberg, Peikin menduga bahwa angka $420 per lembar itu didapat dari hitungan pembulatan Musk atas harga saham Tesla yang dikaitkan dengan budaya ganja serta keyakinan dirinya bahwa pacar Musk akan terkesima olehnya, bukan karena memang ada pihak yang akan membeli saham Tesla.

Menanggapi SEC, Musk tidak menyanggah pernyataan mengenai marijuana dan pacarnya. Ia hanya menyatakan bahwa gugatan SEC itu tidak adil dan membuatnya dirinya merasa sedih serta kecewa.

Meski sempat menolak, Musk akhirnya memutuskan untuk berdamai dengan SEC pada Sabtu, 29 September lalu, setelah regulator tersebut menaikkan tuntutannya. Musk setuju akan turun dari jabatannya sebagai ketua dari dewan direksi Tesla selama tiga tahun serta harus membayar denda sebesar US$20 juta.

Bukan yang Pertama

Drama Musk dengan SEC bukan merupakan keriuhan satu-satunya yang disebabkan oleh Elon Musk dalam beberapa bulan terakhir.

Pada Juli lalu, Musk terlibat perseteruan dengan salah seorang penyelam bernama Vern Unsworth yang terlibat dalam operasi penyelamatan tim sepakbola anak-anak beserta pelatihnya yang terjebak di Gua Tham Luang di Thailand.

Dalam wawancaranya dengan CNN, Unsworth mengkritik Musk yang saat itu menawarkan untuk mengirimkan kapal selam mini yang dapat digunakan untuk membantu misi penyelamatan tersebut. Unsworth mengatakan bahwa apa yang dilakukan Musk hanyalah sebuah akrobat pencitraan dan Musk dapat "menancapkan kapal selamnya di tempat yang menyakitkan."

Musk yang marah atas komentar Unsworth kemudian membalas melalui akun Twitternya. Ia menyebut Unsworth seorang pria pedofil dalam rangkaian cuitannya. Meski Musk kemudian menghapus cuitan-cuitan tersebut, reaksi ini mendapat kritikan dari para investor. Seperti dilaporkan oleh The New York Times, harga saham Tesla sempat turun akibat ulah Musk ini.

Lebih lanjut, pada awal September, beberapa minggu setelah Musk mencabut pernyataan akan membuat Tesla menjadi perusahaan go private, Musk kedapatan muncul dalam sebuah wawancara online yang di unggah pada tanggal 6 September sembari mengisap marijuana.

Pada saat yang hampir bersamaan, Dave Morton, kepala akuntansi Tesla yang baru menjabat posisi itu selama kurang lebih sebulan, serta Gaby Toledano, kepala sumber daya manusia Telsa, mengundurkan diri pada 7 September 2018.

Akibatnya, seperti dilaporkan oleh Fortune, harga saham Tesla sempat anjlok sebesar 10 persen pada penutupan siang pada 7 September. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Juni 2016. Harga saham itu kemudian menguat sedikit dan ditutup pada persentase penurunan sebesar 6,7 persen.

Infografik Musk Adalah tesla adalah Musk

Tesla yang Kepayahan?

Serangkaian kejadian tersebut jelas membuat publik dan analis bertanya-tanya akan masa depan Tesla.

Kinerja Tesla pada kuarta II-2018 ini sesungguhnya tidaklah terlalu buruk. Meski mencatat kerugian yang lebih luas daripada yang diperkirakan oleh para analis pasar, Tesla mampu mencatatkan pendapatan lebih baik dari perkiraan analis.

Seperti dilansir dari Business Insider, Tesla melaporkan kerugian per saham yang disesuaikan sebesar US$3,06 (perkiraan analis adalah $2,9). Sementara itu, pendapatan perusahaan mencapai $4 miliar (perkiraan analis ‘hanya’ $3,97 miliar). Pendapatan ini tumbuh dari $2,79 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan, kerugian bersih perusahaan ini mencapai angka $717,5 juta atau $4,22 per saham, lebih luas daripada kerugian pada periode yang sama setahun lalu sebesar $336,4 juta atau $2,04 per saham.

Sementara itu, CNBC melaporkan bahwa Tesla telah membakar dana sebesar $700 juta pada kuartal kedua 2018, menurun cukup jauh dari kuartal pertama yang menghabiskan dana lebih dari $900 juta.

Tak bisa disangkal, perusahaan ini masih merugi.

Dalam sebagian dari perjanjiannya dengan SEC, Musk mengatakan ia bertujuan membuat Tesla menjadi perusahaan yang “menguntungkan dan memiliki arus keuangan yang positif pada setiap kuartalnya ke depan.” Untuk mewujudkan hal ini lini sedan listrik Model 3 Tesla sesungguhnya menjadi tumpuan perusahaan.

Sebelum segala kontroversi yang melibatkan Musk terjadi, ia sesungguhnya telah menargetkan bahwa Tesla akan mulai mencetak keuntungan pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini dengan mengandalkan lini produksi Model 3 setidaknya 5.000 unit per minggu.

Berdasarkan rilis dari perusahaan, target ini mampu mereka capai dalam minggu terakhir kuartal III-2018, di mana mereka mampu mencapai produksi 5.300 unit.

Meski demikian, analis masih meragukan apakah Tesla mampu meraih profit pada kuartal III-2018 ini. Hal ini karena pada kuartal-kuartal sebelumnya, biaya perusahaan meningkat seiring dengan pembuatan mobil yang lebih banyak.

"Mereka membuat lebih banyak mobil, namun sulit untuk mengatakan apakah mereka memperoleh lebih banyak uang pada setiap unitnya," jelas analis Morningstar David Whiston seperti dilansir dari The New York Times.

Laporan keuangan Tesla diperkirakan akan dirilis pada akhir Oktober ini.

Selain itu, kekacauan yang ditimbulkan oleh perseteruan Musk dengan SEC membuat situasi menjadi semakin sulit untuk diprediksi ke depan. Posisi ketua dewan kosong yang ditinggalkan Musk akibat perseteruan itu menjadi posisi yang cukup problematis.

Seperti yang telah diketahui, figur Musk sangatlah lekat dengan Tesla, di mana segala keputusan Musk adalah hal yang absolut. Siapapun figur yang menduduki posisi ketua dewan direksi Tesla, berpotensi mendapatkan tekanan yang luar biasa dari Musk sendiri mengingat kepribadiannya yang sangat eksentrik.

"Saya pikir, posisi ini akan menjadi pekerjaan yang hampir mustahil," jelas profesor bisnis dari the University of Michigan Erik Gordon, seperti dilansir dari Los Angeles Times.

"Dia [Musk] masih akan mengontrol dewan direksi," tambah Charles Elson, profesor bisnis dari the University of Delaware.

Melihat apa yang dikatakan Elson dan Gordon, maka boleh jadi akan timbul potensi friksi internal perusahaan di masa depan yang dapat mengganggu kestabilan perusahaan.

Oleh karenanya, Elson mengatakan, seluruh dewan direksi sudah seharusnya perlu melupakan gagasan bahwa Musk itu penting.

"Tidak ada manusia yang abadi," jelasnya. "Jika Tesla sangat bergantung pada Musk, maka dewan direksi belum melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Mereka harus mengidentifikasi seseorang yang dapat menggantikannya."

Baca juga artikel terkait ELON MUSK atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Windu Jusuf