Menuju konten utama

Elektabilitas Jokowi Selalu Tinggi, Siapa Mau Jadi Wapresnya?

Pendaftaran calon presiden dan wakil presiden dibuka lima bulan lagi. Siapa kandidat paling berpotensi?

Elektabilitas Jokowi Selalu Tinggi, Siapa Mau Jadi Wapresnya?
Siapa cocok jadi cawapres Jokowi? tirto.id/Sabit

tirto.id - Jusuf Kalla, wakil presiden (wapres) Jokowi saat ini, punya kesempatan besar melanjutkan jabatannya pada periode selanjutnya. Hasil survei Indo Barometer menempatkan pengusaha asal Sulawesi Selatan itu di urutan puncak kandidat cawapres top of mind dengan elektabilitas sebesar 15 persen.

Namun, laki-laki yang akrab disapa JK itu menolak. Karena telah dua kali menjabat wapres, JK tidak mau dicalonkan sebagai cawapres dalam Pilpres 2019. Pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 mengatur "Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan."

"Ada yang mengusulkan saya ikut lagi. Saya berterima kasih, tapi kita harus mengkaji baik-baik undang-undang kita di undang-undang dasar. Daripada itu kita tidak ingin nanti terjadi seperti waktu Orde Baru. Pada saat itu, Pak Harto tanpa batas gitu, kan, jadi kita menghargai filosofi itu," ujar JK, Senin (26/2/2018).

Sehari setelah JK melontarkan kata-kata tersebut, Puan Maharani menyatakan PDIP sudah menggelar pembahasan terbatas soal cawapres pendamping Jokowi. Namun, siapa saja tokoh yang masuk dalam daftar tersebut masih menjadi misteri.

"Kalau pembicaraan internal terbatas di PDIP sudah ada, tidak mungkin sudah bicara capres tidak ada pembahasan cawapresnya," kata Puan, Selasa (27/2/2018).

Elektabilitas Jokowi Terbang Tinggi

Ibarat kendaraan, elektabilitas Jokowi adalah pesawat yang telah terbang mengangkasa meninggalkan pesawat lain yang tinggal landas saja belum. Lima bulan menjelang pendaftaran calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, sejumlah lembaga survei mencatat elektabilitas Jokowi tidak pernah kurang dari 40 persen.

Survei Alvara Research Center digelar pada 17 Januari-7 Februari 2018. Hasilnya, sebanyak 46,1 persen responden menyatakan akan memilih Jokowi sebagai presiden jika Pemilihan Presiden (Pilpres) dilaksanakan hari ini.

Lembaga survei Indo Barometer yang menggelar jajak pendapat pada 23-30 Januari 2018 pun menunjukkan angka yang tidak jauh berbeda. Di antara 6 nama yang disodorkan, sebanyak 47,5 persen responden memilih Jokowi sebagai presiden.

Hasil survei Poltracking Indonesia juga menempatkan elektabilitas Jokowi di urutan puncak. Dari lima kandidat calon presiden (capres) yang ditawarkan, sebanyak 55,9 persen responden memilih Jokowi.

Berdasarkan survei yang digelar 27 Januari hingga 3 Februari 2018 tersebut, elektabilitas Jokowi bahkan hampir dua kali lipat melampaui Prabowo Subianto, capres rival Jokowi di Pilpres 2014, yang hanya memperoleh elektabilitas sebesar 29,9 persen.

Selain itu, elektabilitas Prabowo pun keok secara head-to-head dibanding Jokowi. Hasil survei Populi Center menyebutkan sebanyak 64,3 persen responden memilih Jokowi jika Pilpres diadakan hari ini dengan skema hanya Jokowi dan Prabowo yang menjadi capres.

Dengan modal elektabilitas tersebut, Jokowi bisa disebut kandidat terkuat capres di Pilpres 2019.

Meski demikian, Prabowo terus menempel dan menjadi pesaing terkuatnya. Elektabilitas Prabowo memang di bawah Jokowi, akan tetapi itu jauh lebih tinggi dibanding tokoh lain yang tengah digadang menjadi capres. Hasil survei Alvara Research Center menunjukkan elektabilitas Prabowo sebesar 26,5 persen. Sedangkan Indo Barometer menyatakan elektabilitas Prabowo sebanyak 19,4 persen.

Mimpi Jadi Pendamping Jokowi

"Sekarang yang memimpin ya dua orang itu, Jokowi dan Prabowo. Belum ada alternatif ketiga."

Kalimat itu diucapkan Direktur Populi Center Usep S. Ahyar kepada Tirto, Rabu (2/8/2018). Menurutnya, elektabilitas tokoh lain yang turut digadang sebagai capres seperti Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, atau Agus Yudhoyono kecil.

Kini, dukungan partai politik (parpol) pun telah mengerucut. Lima parpol sudah menyatakan dukungannya kepada Jokowi: PDIP, Hanura, Golkar, Nasdem, dan PPP. Total persentase perolehan suara lima partai di Pemilu 2014 sebesar 52,21 persen. Itu lebih dari cukup untuk memenuhi syarat presidential threshold yang sebesar 20 persen.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, Gerindra bakal mendeklarasikan Prabowo sebagai capres sebelum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Pernyataan Muzani tersebut sekaligus menganulir skema Jokowi dan Prabowo bersanding sebagai capres-cawapres dalam Pilpres 2019.

infografik polling wakil presiden

Apabila JK dan Prabowo sulit diusung sebagai cawapres pendamping Jokowi, adakah sosok lain?

Wiranto, mirip seperti JK, menampik bakal ikut serta sebagai kandidat di Pilpres 2019. Namun, Ketua Dewan Pembina Hanura tersebut justru diusung partainya menjadi cawapres pendamping Jokowi.

"Saya tidak peduli orang mau ngomong apa, tapi Partai Hanura akan jualan Wiranto sebagai cawapres," ujar Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Oddang, seperti dilansir Antara.

Langkah serupa juga diambil PKB. Wakil Sekretaris Jenderal PKB Daniel Johan mengatakan, PKB yakin mengusung ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019.

Meski PKB belum menetapkan capres yang bakal diusungnya, Daniel mengatakan partainya ingin menjodohkan Muhaimin alias Cak Imin dengan Jokowi.

"Pribadi Cak Imin dengan Pak Jokowi sudah punya pengalaman politik, sudah punya chemistry-nya, tentu ke Pak Jokowi. Karena dengan Pak Prabowo belum punya pengalaman," ujar Daniel kepada Tirto.

Pengalaman yang dimaksud Daniel adalah pengalaman koalisi PKB dengan PDIP sebagai partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi.

"Sejauh ini yang kuat (PKB) mendukung Jokowi," ujar Daniel.

Selain dua petinggi partai tersebut, Komandan Satuan Tugas Bersama Pemenangan Pilkada dan Pemilu 2019 Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun berminat menjadi cawapres pendamping Jokowi. Pertemuannya dengan Jokowi di Istana Negara pada Selasa (6/3/2018), dapat dibaca sebagai salah satu sinyal penjajakan untuk menjadi cawapres Jokowi pada Pemilu 2019.

Elektabilitas Cak Imin dan AHY sebagai cawapres cukup baik. Survei Alvara Research Center dan Poltracking Indonesia mencatat keduanya dalam lima besar kandidat cawapres dengan elektabilitas tertinggi.

Hasil survei Alvara Research Center menyebutkan elektabilitas AHY sebesar 17,2 persen, sedangkan Cak Imin sebesar 8,9 persen. Sementara itu, elektabilitas AHY dicatat sebesar 17,2 persen oleh survei Alvara Research Center dan 8,7 persen oleh Poltracking Indonesia.

Selain tokoh partai di atas, sejumlah tokoh non-partai juga turut mewarnai bursa cawapres, misalnya mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Elektabilitas Gatot lumayan tinggi. Baik survei Alvara Research Center (15,2 persen), Indo Barometer (9 persen), maupun Poltracking Indonesia (9,5 persen) menempatkannya pada posisi kedua. Sedangkan elektabilitas Anies berkejaran dengan Gatot. Hasil survei Alvara Research Center menyebutkan elektabilitas Anies sebesar 9,3 persen, Indo Barometer sebesar 10 persen, dan Poltracking Indonesia sebesar 7,6 persen.

Jika Wiranto, Cak Imin, dan AHY lekat digadang menjadi cawapres Jokowi, sosok Gatot dan Anies lebih luwes atau bisa menjadi pendamping Jokowi atau Prabowo.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ivan Aulia Ahsan